Strategi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Nglanggeran

Dinar Wahyuni

Abstract

Currently, tourism is growing rapidly. The problem is the progress of a tourist area has not guaranteed an increase in the welfare of the local community due to the low community participation in tourism management. The writing which is the result of research would like to study community empowerment strategy in development of Nglanggeran Tourism Village, Gunung Kidul Regency. Through qualitative descriptive approach, it can be seen that community empowerment in Nglanggeran Tourism Village is done through three strategies, awareness, capacity building, and powering. Awareness is done through soacialization and innovation by the youth organization until finally Nglanggeran is defined as a tourist village. Community capacity building is done through training and mentoring around tourism village management. Society then put together in the organization, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Nglanggeran. The Articles of Association and Bylaws are based on deliberation as a form of value system capitation. The powering stage is given to people who have the capacity for independence. Nglanggeran village get a lot of support for the development of tourism support facilities and tourism business development from various parties. Community empowerment strategy succeeded in improving the local community’s economy. In addition, the increasing number of tourists each year has increased PAD Gunung Kidul through ticket charges.

Saat ini pariwisata berkembang pesat. Permasalahannya, kemajuan sebuah daerah wisata belum menjamin peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal karena masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wisata. Tulisan yang merupakan hasil penelitian, ingin mengkaji strategi pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Nglanggeran, Kabupaten Gunung Kidul. Melalui pendekatan deskriptif kualitatif terlihat bahwa pemberdayaan masyarakat di Desa Wisata Nglanggeran dilakukan melalui tiga strategi, yaitu penyadaran, pengkapasitasan, dan pendayaan. Penyadaran dilakukan melalui sosialisasi dan inovasi oleh karang taruna desa sampai akhirnya Nglanggeran disepakati sebagai desa wisata. Pengkapasitasan masyarakat dilakukan melalui pelatihan dan pendampingan seputar manajemen desa wisata. Masyarakat kemudian disatukan dalam wadah organisasi, yakni Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Nglanggeran. Pokdarwis menyusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga berdasarkan musyawarah sebagai bentuk pengkapasitasan sistem nilai. Tahap pendayaan diberikan kepada masyarakat yang telah mempunyai kapasitas sehingga tercapai kemandirian. Desa Nglanggeran banyak mendapat bantuan untuk pembangunan sarana pendukung wisata maupun pengembangan usaha wisata dari berbagai pihak. Strategi pemberdayaan masyarakat berhasil meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Selain itu, peningkatan jumlah wisatawan setiap tahunnya telah meningkatkan PAD Gunung Kidul melalui retribusi tiket.




Keywords

empowerment strategy; tourism village; Nglanggeran

Full Text:

pdf

References

Buku

Dinas Pariwisata DIY. (2014). Kajian Pengembangan Desa Wisata di DIY. Laporan Akhir. DIY:Dinas Pariwisata DIY.

Hadiwijoyo. (2012). Perencanaan PariwisataPerdesaan Berbasis Masyarakat. Yogyakarta:Graha Ilmu.

Ife, Jim. (1995). Community Development, Creating Community Alternatives -Vision, Analysis and Practice. Melbourne: Addison Wesley Longman.

O.S. Prijono, O.S. & A.M.W. Pranarka. (1996). Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan, dan Implementasi. Jakarta: CSIS.

Pantin, D. and Francis, J. (2005). Community Based Sustainable Tourism. UK: UWI-SEDU.

Tri Winarni.(1998). Memahami Pemberdayaan Masyarakat Desa Partisipatif dalam Orientasi Pembangunan Masyarakat Desa Menyongsong Abad 21: Menuju Pemberdayaan Pelayanan Masyarakat. Yogyakarta: Adita Media.

Victoria br. Simanungkalit, dkk.(2017). Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau. Jakarta: Asisten Deputi Urusan Ketenagalistrikan dan Aneka Usaha Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia.

Wrihatnolo, Randy R. dan Riant Nugroho Dwidjowijoto.(2007). Manajemen Pemberdayaan: Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Jurnal

Chusmeru dan Agoeng Noegroho.(2010). “Potensi Ketengger Sebagai Desa Wisata di Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas”. Analisis Pariwisata Vol. 10, No. 1, 2010: 16-23.

Johnson, Peter A.(2010). “Realizing Rural Community Based Tourism Development: Prospects for Social-Economy Enterprises.” Journal of Rural and Community Development 5, 1/2 (2010): 150-162.

Made Heny Urmila Dewi, Chafid Fandeli, dan M. Baiquni.(2013). “Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi Masyarakat Lokal di Desa Wisata Jatiluwih Tabanan, Bali”. Kawistara, Vol. 3, No. 2, Agustus 2013: 129-139.

Nurhidayati, Sri Endah dan Chafid Fandeli.(2012). “Penerapan Prinsip Community Based Tourism (CBT) Dalam Pengembangan Agrowisata Di Kota Batu, Jawa Timur.” Jejaring Administrasi Publik. Th IV. Nomor 1, Januari-Juni 2012:36-46.

Pookaiyaudom, Gulapish.(2013). “The Integrated Learning of Community-Based in Thailand.” Procedia-Social and Behavioral Sciences,106 (2013): 2890-2898.

Wearing, S.L. and Mc Donald.(2002). “The Development of Community Based Tourism: Re-Thinking The Relationship Between Tour Operators and Development Agents As Intermediaries in Rural and Isolated Area Communities.” Journal of Sustainable Tourism/, Vol. 10, No. 3, 2002.

Prosiding

Hausler, N.( 2005). Definition of Community Based Tourism. Tourism Forum International at the Reisepavillon. Hanover 6 Februari 2005.

Laporan Penelitian

Hastuti, Suhadi Purwantara, dan Nurul Khotimah. “Model Pengembangan Desa Wisata Berbasis Kearifan Lokal Sebagai Strategi Pengentasan Kemiskinan di Lereng Merapi Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta”. Laporan Penelitian. http://lppm.uny.ac.id/sites/lppm. uny.ac.id/files/abstrak%20lepas%20desa%20 wisata.pdf, diakses 27 April 2017.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan.

Internet

Apa itu Pokdarwis? https://travel.kompas.com/read/2017/10/17/153900727/apa-itu-pokdarwis-, diakses 16 Maret 2018.

Desa Wisata Nglanggeran Terbaik ASEAN 2017, https://m.tempo.co/read/news/2017/01/21/242838401/desa-wisata-nglanggeran-terbaik-asean-2017, diakses 27 Februari 2017.

Diresmikan, Griya Cokelat Hasil Kerjasama LIPI dengan BI dan Kabupaten Gunung Kidul, http://lipi.go.id/siaranpress/diresmikan-griya-cokelat-hasil-kerjasama-lipi-dengan-bi-dan-kabupaten-gunungkidul/17088, diakses 16 Maret 2018.

Inilah Produk Griya Cokelat Nglanggeran, http://gunungapipurba.com/posts/detail/inilah-produk-griya-cokelat-nglanggeran, diakses 16 Maret 2018.

Lebih baik Pertumbuhan Desa Wisata Daripada Mal, http://www.pikiran-rakyat.com/wisata/2016/01/04/355728/lebih-baik-pertumbuhan-desa-wisata-daripada-mal, diakses 27 Februari 2017.

Pengangguran Turun 530.000, Menaker: Pariwisata Serap Tenaga Kerja, https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3340085/pengangguran-turun-530000-orang-menaker-pariwisata-serap-tenaga-kerja, diakses 20Februari 2017.

Tantangan Pengembangan Pariwisata, http:// www.republika.co.id/berita/koran/opini- koran/16/02/03/o1yjcu1-tantangan-pengembangan-pariwisata, diakses 7 Februari 2017.


DOI: https://doi.org/10.46807/aspirasi.v9i1.994

Refbacks

  • There are currently no refbacks.