Isu Sosial-Budaya dan Ekonomi Seputar Fenomena Penjual Madu Warga Suku Baduy ke Wilayah DKI Jakarta dan Sekitarnya [Socio-Cultural and Economic Issues Regarding the Baduy People Phenomena Selling Traditional Honey to Jakarta and its Surrounding Areas]

Hariyadi Hariyadi
| Abstract views: 459 | views: 922

Abstract

The Baduy people phenomena selling their traditional honey to Jakarta and its surrounding areas reflects common phenomena amid changes in the social lives, economic rationalism, demographic changes, and spill-over effect from other people’s life style. In the long term, however, such a phenomenon may disanvantage the community it self. With the very limited rate of their access to education and high embededdness to their social and cultural values, this phenomenon may expose them to the urban people values. This study aims to analyse factors driving the phenomena, analysing what impacts the phenomena may pose to the Baduy people socio-cultural life, and finally what government may responds to this issue. By using the social changes and socio-cultural life system theoritical perspective, this basic qualitative study concluded that in the context of strengthened socio-cultural and economic values putting land as living invaluable modalities, the Baduy people phenomenon selling their traditional honey to Jakarta and its surrounding areas may give an impact to the degrading of the community’s socio-cultural and economic values. This study recommends the needs for the government to thoroughly oversee the implementation of social forestry program and to set an affirmative policies to manage social issues in the Baduy indigenous people including to this phenomena.

Keywords: Baduy customary community, honey-sale phenomena, socio-cultural and economic values, social issues, social change

Abstrak

Fenomena masyarakat Suku Baduy yang menjual madu ke Jakarta dan sekitarnya mencerminkan fenomena umum seiring dengan adanya pergeseran pola kehidupan, rasionalisme ekonomis, faktor pertumbuhan demografis, dan efek-tetesan gaya hidup masyarakat non-Suku Baduy sendiri. Di dalam jangka panjang, bagaimanapun fenomena ini dapat merugikan masyarakat Suku Baduy itu sendiri. Sangat terbatasnya tingkat pendidikan dan tingginya keterikatan terhadap nilai-nilai sosio-budaya mereka, fenomena ini akan menghadapkan mereka pada nilai-nilai sosio-budaya dan ekonomi masyarakat urban. Studi ini ditujukan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mendorong terjadinya fenomena tersebut dan dampaknya terhadap keberadaan sistem kehidupan sosio-budaya mereka, serta apa yang perlu dilakukan pemerintah terhadap persoalan ini. Dengan menggunakan kerangka pemikiran tentang perubahan sosial dan pembangunan sistem kehidupan sosial budaya, kajian dasar dengan pendekatan kualitatif menyimpulkan bahwa konteks kuatnya nilai-nilai sosio-budaya dan ekonomis setempat sebagai modal kehidupan utama, fenomena masyarakat Suku Baduy tersebut dapat berpotensi menggerus nilai-nilai sosio-budaya dan ekonomi masyarakat Suku Baduy tersebut. Kajian ini merekomendasikan pemerintah pusat dan daerah untuk mengawal implementasi program perhutanan sosial dan kebijakan masyarakat hukum adat untuk mempertahankan sistem kehidupan sosio-ekonomi dan budaya masyarakat tersebut. Keperluan ‘intervensi’ pemerintah untuk mendorong kebijakan-kebijakan afirmatif untuk mengelola fenomena tersebut menjadi hal yang perlu mendapatkan kemauan politik pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah.

Kata kunci: Suku Baduy, penjual madu, nilai-nilai sosio-budaya dan ekonomis, perubahan sosial, persoalan sosial

Keywords

Suku Baduy; penjual madu; nilai-nilai sosio-budaya dan ekonomis; perubahan sosial; persoalan sosial; Baduy customary community; honey-sale phenomena; socio-cultural and economic values; social issues; social change

Full Text:

PDF

References

Buku:

BPS Kabupaten Lebak. (2018). Kabupaten Lebak dalam angka 2018. Rangkasbitung: BPS Kabupaten Lebak.

Brundtland, G.H. (1987). Report of the world commission on environment and development: Our common future. Oslo: WCED.

Garna, J. (1993). Orang Baduy di Jawa: Sebuah studi kasus mengenai adaptasi suku asli terhadap pembangunan. Dalam Lim Teck Ghee & Alberto G. Gomes (ed.), terj. Suku asli dan pembangunan di Asia Tenggara. Jakarta: Obor.

Iskandar, J. (1992). Ekologi perladangan di Indonesia: Studi kasus dari daerah Baduy Banten Selatan. Jakarta: Penerbit Djembatan.

KLHK. (2018). Statistik LH dan kehutanan tahun 2017. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Lubis, N.H., Saringendyanti, E., Awaludin, N., Miftahul, F., & Syahputra, R. (tanpa tahun). Sejarah Kabupaten Lebak. Bandung: Pemda Kab. Lebak dan Puslit Kemasyarakatan dan Kebudayaan, Lemlit Universitas Padjadjaran.

Miller, G.T. & Spoolman, S.E. (2016). Environmental science. 5th. Ed., Chicago: Cengage Learning.

Mulyadi, M. (2016). Metode penelitian praktis, kuantitatif dan kualitatif. Jakarta: Publica Press.

Ms., Djoewisno. (1987). Potret kehidupan Masyarakat Baduy: Orang-orang Baduy bukan suku terasing, Mereka yang mengasingkan diri di Banten Selatan. Banten: Cipta Pratama.

Prayitno, U.S. (2014). Perubahan sosial: Dinamika perkembangan Iptek dalam kehidupan masyarakat. Jakarta. P3DI Setjen DPR RI dan Publica Press.

Soekanto, S. (1999). Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: Radjawali Pers.

Soemarwoto, Otto. (2004). Ekologi, lingkungan hidup dan pembangunan. Jakarta: Djambatan.

Wirutomo, P. (2012). Sosiologi untuk Jakarta: Menuju pembangunan sosial budaya. Jakarta: Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Jakarta.

Jurnal dan Working Paper:

Beckert, J. (2007). The great transformation of embeddedness: Karl Polanyi and the new economic sociology. MPIfG Discussion Paper 07/1, Max Planck Institute for the Study of Societies Cologne (January): 1-24.

Chong, Wu-Ling. (2015). Local politics and Chinese Indonesian business in post-Suharto Era. Southeast Asian Studies, 4(3), 487-532.

Iskandar, J. & Iskandar, B.S. (2017). Kearifan ekologi Orang Baduy dalam konservasi padi dengan ‘Sistem Leuit’. Jurnal Biodjati, 2(1), 38-51.

Lamsal, M. (2012). The structuration approach of Anthony Giddens. Himalayan Journal of Sociology & Antropology, V, 111-122.

Maharani, S.D. (2009). Perempuan dalam kearifan lokal Suku Baduy. Jurnal Filsafat, 19(3), 199-213.

Masaaki, O. & Hamid, A. (2008). Jawara in power, 1999-2007. Indonesia 86, 109-138.

Mizuno, K., Mugniesyah, S.S., Herianto, A.S., & Tsujii, H. (2013). Talun-Huma, Swidden Agriculture, and rural economy in West Java, Indonesia. Southeast Asian Studies, 2(2), 351-381.

Permana, R.C.E. (2009). Masyarakat Baduy dan pengobatan tradisional berbasis tanaman. Wacana, 11(1), 81-94.

Permana, R.C.E., Nasution, I.P., Nugraha, Y.A., & Putra, H. (2017). Sosialisasi kearifan lokal Masyarakat Baduy dalam mitigasi bencana di perbatasan Wilayah Baduy. Paradigma, 4(1), 27-42. DOI: 10.17510/paradigma.v4i1.157.

Suhadi. (2012). Etika Masyarakat Baduy sebagai inspirasi pembangunan. Komunitas 4 (1), 65-72.

Suryani, I. (2014). Menggali keindahan alam dan kearifan lokal Suku Baduy, Studi kasus pada acara feature dokumenter “Indonesia Bagus” di Stasiun Televisi NET.TV. Musawa, 13(2), 179-193.

Syarbini, A. (2015). Kearifan lokal Baduy Banten. Refleksi, 14(1), 55-74.

Wahid, M. (2011). Sunda Wiwitan Baduy: Agama penjaga alam lindung di Desa Kanekes Banten. El-Harakah, 13(2), 150-168.

Wirutomo, P. (2014). Sociological reconceptualization of social development: With empirical evidence from Surakarta City, Indonesia. Asian Social Science, 10(11), 283-293.

Wolsink, M. 2007. Planning of renewables schemes. Deliberative and fair decision-making on landscape issues instead of reproachful accusations of non-cooperation. Energy Policy, 35(5), 2.692-2.704. doi:10.1016/ j.enpol.2006.12.002.

Makalah dan Kertas Kerja:

Helmi, S. (2018). Analisis sosial kelompok Masyarakat Baduy. Makalah Program Studi Magister Biomanajemen, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, ITB.

Kurniati, S., Setyowati, I. & Saryoko, A. (2017). Kearifan lokal masyarakat Suku Baduy dalam mengendalikan hama dan penyakit padi. Prosiding Seminar Nasional Agroinovasi Spesifik Lokasi Untuk Ketahanan Pangan pada Era Masyarakat Ekonomi ASEAN di Balitbang Lampung.

Munasinghe, M. (1993). Environmental economics and sustainable development. World Bank Environment Paper No. 3. Washington, D.C.: The World Bank.

Permana, R.C.E. (2010). Kearifan lokal Masyarakat Baduy menghadapi perubahan sosial. Makalah disampaikan dalam forum Seminar Antarabangsa Bersama Universiti Kebangsaan Malaysia dan Universitas Indonesia (SEBUMI 3), 16-18 Desember 2010, Universiti Kebangsaan Malaysia, Malaysia.

Prihantoro, F. (2006). Kehidupan berkelanjutan masyarakat Suku Baduy. Jakarta: Bintari Foundation dan Asia Good ESD Practice Project.

Internet:

Alambudaya.com. (2010). Asal usul Suku Baduy/Kanekes Banten. Diperoleh tanggal 8 Maret 2018, dari http://www.alambudaya.com/2010/07/asal-usul-suku-Baduykanekes-banten.html.

Putera, A.D. (2015). Waspada, penjual madu palsu mengaku penduduk asli Suku Baduy!. Diperoleh tanggal 8 Maret 2018, dari https://megapolitan.kompas.com /read/2015/07/02/17162131/Waspada.Penjual.Madu.Palsu.mengaku.Penduduk. Asli.Suku.Baduy).

Republika.co.id. (2016). Semangat Baduy jual madu hutan ke ibu kota. Diperoleh tanggal 7 Maret 2018, dari http://www.republika.co.id/berita/koran/kesra /16/04/15/o5ny47-semangat-Baduy-jual-madu-hutan-ke-ibu-kota.

Walhi Jabar. (2012). Rencana alih fungsi kawasan TNGHS ancam perusakan ekosistem hutan yang lebih masif…!. Diperoleh tanggal 7 Maret 2018, dari https://walhijabar.wordpress.com/2012/11/12/rencana-alih-fungsi-kawasan-tnghs-ancam-perusakan-ekosistem-hutan-yang-lebih-masif/.

Wilodati. (tanpa tahun). Sistem perladangan Masyarakat Baduy. Diperoleh tanggal 21 Agustus 2018, dari http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/ 196801141992032-Wilodati/Jurnal_Baduy.pdf.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.