Pendekatan Eko-Habitat Sebagai Strategi untuk Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Pertanian [Eco-habitat Approach as A Strategy to Increase Agricultural Society Income]

Priyaji Agung Pambudi, Suyud Warno Utomo
| Abstract views: 468 | views: 166

Abstract

Poverty is an issue that continues to be discussed in the world. Poverty is multi-dimensional and requires the participation of all parties to resolve. Poverty has implications for the environmental damage caused by access to natural resources are made public. This study aims to apply the principles of eco-habitat (integrate economically and ecologically) in rural areas to increase incomes while preserving the environment. The study was conducted with a mixed method through observation, interviews, and literature review. That 68 percent of respondents never perform actions that lead to environmental destruction; 72 percent know that his actions have consequences for the extinction of organisms. Meanwhile, 57 percent say it is because there was another choice for needs. Furthermore, 100 percent of respondents agree with the strategy of environmental conservation by utilizing the types of organisms which has an economic value. Ecological suitability-based land management provides the most optimal production value. Management of pattern and type of land it gives the production value is very small, because of the high cost of planting, pest attacks, and controls that are environmental unfriendly. This should be targeted at land management based ecological suitability to provide economic and ecological values are high. This principle has many benefits including CO2 sequestration, absorb and store water, provide habitat for organisms, and provide economic value for society. Finally, the land use pattern encourages a sense of ownership of natural resource and environmental ecosystems, that they have the willingness to manage and preserve it.

Keywords: agriculture, ecosystems, environmental degradation, income, poverty

Abstrak

Kemiskinan menjadi isu yang terus diperbincangkan di seluruh belahan dunia, yang harus diselesaikan pada tahun 2030. Kemiskinan bersifat multi dimensi dan membutuhkan partisipasi dari semua pihak untuk menyelesaikannya. Kemiskinan berimplikasi pada terjadinya kerusakan lingkungan akibat akses sumber daya alam yang dilakukan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan prinsip eko-habitat (mengintegrasikan aspek ekonomi dan ekologi) di kawasan pedesaan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekaligus melestarikan lingkungan. Penelitian dilakukan dengan mixed method melalui observasi, wawancara, dan kajian pustaka. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 68 persen responden pernah melakukan tindakan yang mengarah pada perusakan lingkungan; 72 persen mengetahui bahwa tindakannya memiliki konsekuensi terhadap kepunahan organisme. Sementara 57 persen menyatakan hal tersebut dilakukan karena tidak ada pilihan lain untuk memenuhi kebutuhan hidup. Di sisi lain, 100 persen responden setuju dengan strategi pelestarian lingkungan dengan memanfaatkan jenis-jenis organisme yang bernilai ekonomi. Pengelolaan lahan berbasis kesesuaian ekologis memberikan nilai produksi yang paling optimal. Pola pengelolaan dan jenis lahan yang justru memberikan nilai produksi yang sangat kecil, karena tingginya biaya tanam, serangan organisme pengganggu tanaman, dan pengendalian yang tidak ramah lingkungan. Perlu diutamakan pengelolaan lahan berbasis kesesuaian ekologis untuk memberikan nilai ekonomi dan ekologi yang tinggi. Tentunya prinsip ini memiliki banyak manfaat di antaranya menyerap CO2, menyerap, dan menyimpan air, menyediakan habitat organisme, dan memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat. Pada akhirnya dengan pola pemanfaatan lahan tersebut masyarakat memiliki rasa kepemilikan terhadap ekosistem alam dan lingkungan, sehingga mereka memiliki kemauan untuk menjaga dan melestarikannya.

Kata kunci: ekosistem, kemiskinan, kerusakan lingkungan, pendapatan, pertanian

Keywords

ekosistem; kemiskinan; kerusakan lingkungan; pendapatan; pertanian; agriculture; ecosystems; environmental degradation; income; poverty

Full Text:

PDF

References

Buku:

Biel, R. (2016). Sustainable food systems. London: UCL Press.

Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pacitan. (2015). Daftar industri di Pacitan. Pacitan: Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pacitan.

Drinkwater, L., Friedman, D., & Buck, L.E. (2016). Systems research for agriculture: Innovative solutions to complex challenges. Brentwood, MD.: Sustainable Agriculture Research and Education (SARE) Program and National Institute of Food and Agriculture, U.S. Department of Agriculture.

Edi, S., & Bobihe, J. (2010). Budidaya tanaman sayuran. Jambi: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi.

FAO (2016). Influencing food environment for healthy diet. Rome: Food and Agriculture Organization of the United Nations.

Global Panel on Agriculture and Food Systems for Nutrition.

(2016). Food systems and diets: Facing the challenges of the 21st century. London: Springer.

IPES. (2016). From uniformity to diversity: A paradigm shift from industrial agriculture to diversified agroecological systems. International Panel of Experts on Sustainable Food systems. Louvainla-Neuve (Belgium): IPES.

Kartodihardjo, H., & Supriono, A. (2000). Dampak pembangunan sektoral terhadap konversi dan degradasi hutan alam: Kasus pembangunan HTI dan perkebunan di Indonesia. Bogor: CIFOR.

Kementerian Kehutanan. (2013). Masterplan penelitian dan pengembangan Gaharu 2013-2023. Jakarta: Kementerian Kehutanan.

Kementerian Pertanian. (2016). Statistik pertanian 2016. Jakarta: Kementerian Pertanian.

Pagiola, S. (2000). Land use change in Indonesia. Environmental Department, World Bank.

Susilo, A., Kamila, T., & Santoso, E. (2014). Panduan lapangan pengenalan jenis pohon penghasil Gaharu Aquilaria spp. di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi dengan International Tropical Timber Organization (ITTO)-CITES Phase II Project.

Thayib, M.H. (2018). Ekologi: Mempertautkan ilmu-ilmu alam dengan ilmu sosial. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Widianto., Suprayogo, D., Noveras, H., Widodo, R.H., Purnomosidhi, P., & Noordwijk, M.v. (2004). Alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian: Apakah fungsi hidrologis hutan dapat digantikan sistem kopi monokultur? Bogor: World Agroforestry Centre.

Jurnal:

Aini, Y. (2015). Analisis keuntungan usahatani padi sawah di Kecamatan Rokan IV Koto. Jurnal Ilmiah Cano Economos, 4(1), 121-130.

Akpoti, K., Kabo-bah, A.T., & Zwart, S.J. (2019). Agricultural land suitability analysis: State-ofthe-art and outlooks for integration of climate change analysis. Agricultural Systems, (173), 172-208.

Ariati, P.E.P. (2017). Produksi beberapa tanaman sayuran dengan sistem vertikultur di lahan pekarangan. Agrimeta, 7(13), 76-86.

Bai, Z., Caspri, T., Gonzalez, M.R., Batjes, N.H., Mäder, P., Bünemann, E.K., Goede, R.d., Brussaard, L., Xu, M., Ferreira, C.S.S., Reintam, E., Fan, H., Mihelič, R., Glavan, M., & Tŏth, Z. (2018). Effects of agriculture management practices on soil quality: A review of long-term experiments for Europe and China. Agriculture, Ecosystem and Environment, (265), 1-7.

Béné, C., Oosterveer, P., Lamotte, L., Brouwer, I.D., Haan, S.D., Prager, S.D., Talsma, E.F., & Khoury, C.K. (2019). When food systems meet sustainability-Current narratives and implications for actions. World Development, (113), 116-130.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.