Kebijakan Pemekaran Wilayah dan Pengembangan Pusat Pertumbuhan Ekonomi Kota Tasikmalaya

Ebed Hamri, Eka Intan Kumala Putri, Hermanto J. Siregar, Deddy S. Bratakusumah
| Abstract views: 1783 | views: 1371

Abstract

Penelitian ini dilakukan di Kota Tasikmalaya sebagai kota hasil pemekaran tahun 2001 dan berkembang sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat. Penelitian bertujuan menganalisis perkembangan struktur perekonomian wilayah dan sektor unggulan yang menjadi daya saing perekonomian wilayah Kota Tasikmalaya dibandingkan daerah sekitarnya (hinterland). Penelitian menggunakan analisis tipologi Klassen, Indeks Diversitas Entropi (IDE), dan Location Quotient (LQ). Penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis tipologi Klassen, Kota Tasikmalaya termasuk klasifikasi daerah berkembang cepat, dibandingkan wilayah hinterland-nya Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, dan Kabupaten Pangandaran, masuk dalam klasifikasi daerah relatif tertinggal. Analisis IDE menunjukkan sektor-sektor perekonomian Kota Tasikmalaya lebih berkembang dibandingkan daerah hinterland-nya. Terlihat rata-rata indeks diversitas entropi Kota Tasikmalaya (0,85) lebih besar dibandingkan rata-rata nilai entropi wilayah sekitarnya (hinterland), yaitu Kabupaten Tasikmalaya (0,71), Kabupaten Garut (0,67), Kabupaten Ciamis (0,81), Kota Banjar (0,83), dan Kabupaten Pangandaran (0,74). Besarnya nilai entropi menunjukkan perekonomian wilayah Kota Tasikmalaya lebih maju dan berkembang. Sedangkan dari hasil analisis LQ menunjukkan rata-rata LQ Kota Tasikmalaya (12,80) lebih besar dibandingkan rata-rata LQ wilayah hinterland-nya, yaitu Kabupaten Tasikmalaya (9,73), Kabupaten Garut (9,25), Kabupaten Ciamis (11,23), Kota Banjar (10,91), dan Kabupaten Pangandaran (10,20). Sektor-sektor unggulan yang menjadi sektor basis ekonomi Kota Tasikmalaya adalah bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa keuangan, serta jasa-jasa.

Keywords

pemekaran wilayah; tipologi klassen; Indeks Diversitas Entropi; kuosien lokasi; pusat pertumbuhan

Full Text:

PDF

References

Buku:

Adisasmita, R. (2008). Pengembangan wilayah: Konsep dan teori. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis. (2013 dan 2014). Ciamis dalam angka 2014. Ciamis: BPS Kabupaten Ciamis.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut. (2013 dan 2014). Garut dalam angka 2014. Garut: BPS Kabupaten Garut.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Pangandaran. (2013 dan 2014). Pangandaran dalam angka 2014. Pangandaran: BPS Kabupaten Pangandaran.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Tasikmalaya. (2013 dan 2014). Tasikmalaya dalam angka 2014. Tasikmalaya: BPS Kabupaten Tasikmalaya.

Badan Pusat Statistik Kota Tasikmalaya. (2013 dan 2014). Kota Tasikmalaya dalam angka 2014. Tasikmalaya: BPS Kota Tasikmalaya.

Badan Pusat Statistik. (2013 dan 2014). Jawa Barat dalam angka 2014. Bandung: BPS Provinsi Jawa Barat.

Bappenas dan United Nations Development Programme (UNDP). (2008). Studi evaluasi dampak pemekaran daerah 2001-2007. Jakarta: BRIDGE (Building and Reinventing Decentralised Governance).

Budiharsono, S. (2001). Teknik analisis pembangunan wilayah pesisir dan lautan. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Higgins, B. and Salvoie, D. J. (2005). Regional development theories and their application. New Brunswick, New Jersey: Transaction Publicers.

Kuncoro, M. (2013). Mudah memahami dan menganalisis indikator ekonomi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Kuncoro, M. (2012). Perencanaan daerah: Bagaimana membangun ekonomi lokal, kota, dan kawasan. Jakarta: Salemba Empat.

Kuncoro, M. (2004). Otonomi dan pembangunan daerah: Reformasi, perencanaan, strategi dan peluang. Jakarta: Erlangga.

Kuncoro, M. (2002). Analisis spasial dan regional: Studi aglomerasi dan kluster industri Indonesia. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Muta’ali, L. (2011). Kapita selekta pengembangan wilayah. Yogyakarta: Fakultas Geogragi UGM.

Nazara, S. (1994). Pertumbuhan ekonomi Indonesia: Suatu aplikasi fungsi produksi agregat Indonesia 1985-1991. Prisma No. 8. Jakarta: PT. Pustaka PL3ES Indonesia.

Nugroho, K. S. (2011). Pemekaran daerah, dapatkah menjadi model pemerataan pembangunan (Kasus pemekaran di Propinsi Banten). Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah: Best practices dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Serang Banten: Fisip Untirta dan LAN Fisip Untirta.

Nurzaman, S. S. (2012). Perencanaan wilayah dalam konteks Indonesia. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Pribadi, O. D., Panuju, D. R., Rustiadi, E., dan Emma, A. P. (tanpa tahun). Permodelan perencanaan pengembangan wilayah: Konsep, metode, aplikasi dan teknik komputasi (tidak dipublikasikan).

Ratnawati, T. (2009). Pemekaran daerah: Politik lokal dan beberapa isu terseleksi. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Riyadi dan Bratakusumah, D. S. (2004). Perencanaan pembangunan daerah: Strategi menggali potensi dalam mewujudkan otonomi daerah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Rustiadi, E., Saefulhakim, S., dan Panuju, D. R. (2009). Perencanaan dan pengembangan wilayah. Jakarta: Crespent Press dan YOI.

Setiono, D. N. S. (2011). Ekonomi pengembangan wilayah: Teori dan aplikasi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sjafrizal. (2008). Ekonomi regional: Teori dan aplikasi. Padang: Baduose Media. Sjafrizal. (1997). Pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan regional wilayah Indonesia bagian barat. Prisma No. 3. Jakarta: PT. Pustaka PL3ES Indonesia.

Tarigan, R. (2005). Ekonomi regional: Teori dan aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Jurnal dan Working Paper:

Agustino, L. dan Yussof, M. A. (2008). Proliferasi dan etno nasionalisme daripada pemberdayaan dalam pemekaran daerah di Indonesia. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, 15(3), 196- 201.

Booth, A. (2011). Splitting, splitting and splitting again: A brief history of the development of regional government in Indonesia since independence. Bijdragen tot de Taal-Land-en Volkenkunde, 167(1), 31-59.

Butt, S. (2010). Regional autonomy and legal disorder: The proliferation of local laws in Indonesia. Singapore Journal of Legal Studies, 1-21.

Cheema, G. S., and Rondinelli, D. A. (2007). Decentralizing governance: Emerging concepts and practices. Dalam From Government Decentralization to Decentralized Governance. Washington: Brooking Institution Press.

Dawkins, C. J. (2003). Regional development theory: Conceptual foundations, classic works, and recent developments. Journal of Planning Literature, 18(2), 131-172.

Juanda, B. (2007). Manfaat dan biaya pemekaran daerah serta implikasinya terhadap APBN. Jurnal Ekonomi, Vol. 25, 36-51.

Monsted, M. (1974): François Perroux’s theory of growth pole and development pole: A critique. Antipode, 6(2), 106-113.

Pamungkas, C. (2007). Pemekaran wilayah, otonomi daerah dan desentralisasi politik di Indonesia. Jakarta USAID-DRSP-Percik-LIPI.

Parr, J. B. (1999). Growth pole strategies in regional economic planning: A retrospective view. Part 1: Origins and advocacy. Urban Studies, 36(7), 1.195-1.215.

Pede, O.V. (2013). Diversity and regional economic growth: Evidence from US Counties. Journal of Economic Development, 38(3), 111-127.

Pekkala, S. (2003). What draws people to urban growth centers: Jobs vs. pay?. Government Institute for Economic Research.

Ratnawati, T. (2010). Satu dasa warsa pemekaran daerah Era reformasi: Kegagalan otonomi daerah. Jurnal Ilmu Politik, No. 21, 122-145.

Sutikno dan Maryunani. (2007). Analisis daya saing kecamatan sebagai pusat pertumbuhan Satuan Wilayah Pengembangan (SWK) Kabupaten Malang.Journal of Indonesia Applied Economics, 1(1), 1-17.

Tryatmoko, M. W. (2010). Pemekaran daerah dan persoalan governability lokal di Indonesia. Jurnal Penelitian Politik, 7(1), 42-43.

Tesis:

Agusniar, A. (2006). Analisis dampak pemekaran wilayah terhadap perekonomian wilayah dan kesejahteraan masyarakat (Studi kasus di Kabupaten Aceh Singkil Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam). (Tidak dipublikasikan). Tesis, Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor.

Dokumen:

Kemendagri, (2013). Daerah otonom baru di Indonesia per provinsi tahun 1999-2013. KPPOD, Jakarta.

Peraturan Perundang-undangan:

Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah. Undang-

Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang No. 32 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.