2024-03-19T15:55:14Z
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/oai
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1534
2020-01-13T05:22:03Z
hukum:FP
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1077
2018-09-21T09:04:22Z
aspirasi:ART
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1530
2020-01-13T04:56:10Z
hukum:FP
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1677
2020-07-06T04:10:10Z
hukum:BP
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1536
2020-01-13T05:28:49Z
hukum:FP
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1065
2018-09-24T06:43:04Z
hukum:ART
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1531
2020-01-13T04:56:10Z
hukum:FP
oai:jurnal.dpr.go.id:article/2132
2021-03-09T15:28:28Z
hukum:FP
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1535
2020-01-13T05:35:24Z
hukum:FP
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1066
2018-09-24T06:43:04Z
hukum:ART
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1675
2020-07-06T04:10:10Z
hukum:FP
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1532
2020-01-13T05:09:11Z
hukum:FP
oai:jurnal.dpr.go.id:article/2133
2021-03-09T15:36:41Z
hukum:FP
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1537
2020-01-13T05:35:24Z
hukum:FP
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1086
2018-09-25T03:04:46Z
hukum:FP
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1676
2020-07-06T04:10:10Z
hukum:FP
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1533
2020-01-13T05:12:14Z
hukum:FP
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1083
2018-09-21T09:04:22Z
aspirasi:ART
oai:jurnal.dpr.go.id:article/3273
2022-08-10T02:34:53Z
aspirasi:FP
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1540
2020-01-13T05:46:23Z
hukum:BP
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1276
2019-05-06T01:18:24Z
aspirasi:ART
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1678
2020-07-06T04:10:10Z
hukum:FP
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1925
2021-07-30T05:11:00Z
ekp:ART
The Relationship Between Indonesia’s Foreign Direct Investment and Bilateral Intra-Industry Trade with Japan, China, and ASEAN-9
Marisa, Suhaila
Masaru, Ichihashi
Economic; Public Policy; Trade; Investment
foreign direct investment; manufacture; intra-industry trade; penanaman modal asing; manufaktur; perdagangan intraindustri
Many countries try to engage more in international trade to be part of global networks. Foreign investment is one of the ways to improve a country’s economies of scale. Thus, developing countries, such as Indonesia, try to attract more FDI. FDI is mainly export oriented and wants to compete globally. Intra-industry trade measures export and import in the same industry. A high degree of intra-industry trade means a country has strong integration with a partner’s country. This study examines the relationship between FDI in Indonesia’s manufacturing sector and bilateral intra-industry trade between Indonesia and Japan, China, and ASEAN-9, especially at the industry level. The method of this study is the Fixed Effect Model. The result shows that the linkage between FDI and intra-industry trade is only significant in specific industries. In the case of Indonesia and Japan, FDI in the vehicle and other transportation industry has the highest correlation with intra-industry trade. Meanwhile, in the case of Indonesia and China, FDI in the metal, except machinery, and equipment industry shows the highest association with intra-industry trade. In the case of Indonesia and ASEAN-9, the highest linkage between FDI and intra-industry trade is in the textile industry. The relationship between FDI and intra-industry trade differs across locations and industries.Keywords: foreign direct investment, manufacture, intra-industry tradeAbstrakBeberapa negara mencoba untuk lebih terlibat dalam perdagangan internasional untuk menjadi bagian dari jaringan global. Investasi asing dipercaya merupakan salah satu cara untuk meningkatkan skala ekonomi dari suatu negara. Oleh karena itu, negara berkembang seperti Indonesia mencoba untuk menarik lebih banyak penanaman modal asing (PMA). Tujuan utama PMA biasanya adalah berorientasi ekspor dan ingin bersaing di pasar global. Perdagangan intraindustri mengukur ekspor dan impor dalam satu kategori industri. Indeks perdagangan intraindustri yang mempunyai nilai tinggi berarti suatu negara memiliki integrasi yang kuat dengan negara mitra. Kajian ini mencoba menganalisis hubungan antara PMA sektor manufaktur di Indonesia dan bilateral perdagangan intraindustri antara Indonesia dengan masing-masing Jepang, China, dan ASEAN-9, khususnya pada level industri. Metode dari penelitian ini menggunakan Fixed Effect Model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterkaitan antara PMA dan perdagangan intraindustri hanya signifikan pada industri tertentu. Dalam kasus Indonesia dan Jepang, PMA pada industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain memiliki korelasi tertinggi dengan perdagangan intraindustri. Sedangkan untuk kasus Indonesia dan China, PMA pada industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya menunjukkan hubungan yang paling tinggi dengan perdagangan intraindustri. Dalam kasus Indonesia dan ASEAN-9, hubungan tertinggi antara PMA dan perdagangan intraindustri adalah pada industri tekstil. Hubungan PMA dan perdagangan intraindustri berbeda antarlokasi dan industri.Kata kunci: penanaman modal asing, manufaktur, perdagangan intraindustri
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2021-07-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1925
10.22212/jekp.v12i1.1925
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 12, No 1 (2021); 15-28
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 12, No 1 (2021); 15-28
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1925/979
Copyright (c) 2021 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/65
2018-10-15T05:17:24Z
ekp:ART
APLIKASI MODEL STOKASTIK DALAM PENENTUAN SALDO KAS HARIAN OPTIMAL BANK DENGAN PENDEKATAN DISTRIBUSI GENERALIZED LOGISTIC (Study Kasus Salah Satu Kantor Cabang di PT. Bank XYZ, Tbk)
Maulana, Rizki
Noviyanti, Lienda
Soleh, Achmad Zanbar
Economic
trade-off; biaya transfer; biaya kas menganggur; random walks; generalized logistic
Rata-rata saldo kas harian yang optimal diperlukan untuk mengatasi trade-off antara profitabilitas dan risiko likuiditas dari suatu aktivitas perbankan. Nilai tersebut diperoleh dengan meminimumkan model biaya yang diperoleh dari penjumlahan biaya transfer dan biaya kas menganggur berdasarkan kendala-kendala yang ada. Pendekatan random walk digunakan untuk mendapatkan rata-rata banyaknya transfer yang terjadi dan rata-rata saldo kas harian dirumuskan dengan pendekatan distribusi generalized logistic. Optimasi dari model biaya yang diperoleh dengan pendekatan distribusi generalized logistic ini memberikan nilai saldo kas harian optimal sebesar Rp4.105.000.163,94
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-03-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/65
10.22212/jekp.v4i1.65
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 4, No 1 (2013); 15-26
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 4, No 1 (2013); 15-26
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/65/32
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (Trial)
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1480
2020-07-16T06:25:11Z
ekp:ART
How Consumer Confidence Affects the Impact of Housing and Stock Market Wealth and Consumption? Evidence from Asian Countries [Bagaimana Kepercayaan Konsumen Memengaruhi Wealth Effect? Pasar Perumahan dan Pasar Saham terhadap Konsumsi? Bukti Empiris dari Negara-Negara Asia]
Santoso, Heru
Inoue, Takeshi
Economic
consumer confidence; consumption; housing market wealth; stock market wealth; panel FMOLS; kepercayaan konsumen; konsumsi; wealth effect pasar perumahan; wealth effect pasar saham
This study explores the effect of consumer confidence in the impact of housing market and stock market wealth on private consumption for a panel of 10 Asian countries. This study using quarterly data from the 1st quarter of 2010 to the 4th quarter of 2017 and applies panel Fully Modified Ordinary Least Square (FMOLS) method to assess the long-term relationship between variables. The result shows that the inclusion of consumer confidence changes the previous impact of housing market wealth and stock market wealth on consumption. Particularly, the interaction between consumer confidence and housing market wealth has a positive and significant impact on consumption, which is different from the previous insignificant impact of housing market wealth on consumption. On the other hand, the interaction between consumer confidence and stock market wealth has a negative significant impact on consumption, which is different from the previous positive significant impact of stock market wealth on consumption. In addition, the supplementary findings of this study show (1) countries with higher financial sector development have stronger housing market and stock market wealth effect than countries with lower financial sector development and (2) countries with higher income level have stronger housing market and stock market wealth effect than countries with lower income level.Keywords: consumer confidence, consumption, housing market wealth, stock market wealth, panel FMOLSAbstrakStudi ini mengeksplorasi pengaruh kepercayaan konsumen terhadap wealth effect dari pasar perumahan dan pasar saham terhadap tingkat konsumsi di 10 negara Asia. Studi ini menggunakan data triwulanan dari kuartal pertama tahun 2010 hingga kuartal keempat tahun 2017 dan menggunakan metode panel Fully Modified Ordinary Least Square (FMOLS) untuk melihat hubungan jangka panjang antar variabel. Hasil studi menunjukkan bahwa kepercayaan konsumen berpengaruh terhadap wealth effect dari pasar perumahan dan pasar saham terhadap tingkat konsumsi. Secara rinci, interaksi dari kepercayaan konsumen dan wealth effect dari pasar perumahan memiliki dampak positif yang signifikan terhadap tingkat konsumsi, berbeda dengan wealth effect dari pasar perumahan yang sebelumnya tidak signifikan terhadap tingkat konsumsi. Di lain sisi, interaksi antara kepercayaan konsumen dan wealth effect dari pasar saham memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap tingkat konsumsi, berbeda dengan wealth effect dari pasar saham yang sebelumnya positif dan signifikan terhadap tingkat konsumsi. Selain itu, hasil studi ini juga menunjukkan bahwa (1) negara-negara dengan perkembangan sektor keuangan yang lebih tinggi memiliki wealth effect dari pasar perumahan dan pasar saham yang lebih kuat dibandingkan negara-negara dengan perkembangan sektor keuangan yang lebih rendah dan (2) negara-negara dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi memiliki wealth effect dari pasar perumahan dan pasar saham yang lebih kuat dibandingkan negara-negara dengan tingkat pendapatan yang lebih rendah.Kata kunci: kepercayaan konsumen, konsumsi, wealth effect pasar perumahan, wealth effect pasar saham, panel FMOLS
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi, Universitas Indonesia
Graduate School of International Cooperation Studies, Kobe University
Bappenas
2020-01-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1480
10.22212/jekp.v10i2.1480
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 10, No 2 (2019); 99-109
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 10, No 2 (2019); 99-109
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1480/782
Copyright (c) 2020 Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/672
2020-06-15T11:17:51Z
ekp:ART
Peranan Modal Sosial Dalam Pengurangan Kemiskinan Rumah Tangga di Perdesaan Indonesia
Nasution, Ahmadriswan
Economic, Public Policy
modal sosial; pengeluaran per kapita rumah tangga; kemiskinan; perdesaan; Indonesia
Kebijakan pengurangan kemiskinan di Indonesia cenderung mengandalkan pendekatan ekonomi, seperti pembangunan infrastruktur (modal fisik), bantuan kredit (modal keuangan), dan bantuan pendidikan dan kesehatan (modal manusia). Padahal, kemiskinan merupakan persoalan yang kompleks, melibatkan banyak sumber daya termasuk modal sosial. Penelitian ini menganalisis peran modal sosial terhadap kemiskinan rumah tangga perdesaan di Indonesia. Modal sosial diukur berdasarkan indeks dimensi modal sosial (saling percaya, norma, gotong royong, partisipasi dalam kegiatan sosial, dan jejaring sosial), sedangkan kemiskinan diukur dengan pengeluaran per kapita rumah tangga. Metode analisis menggunakan model regresi linier berganda pada sampel sebanyak 40.474 rumah tangga. Adapun sumber data dari hasil survei berskala nasional yang dilakukan oleh BPS, yaitu Susenas tahun 2012 dan Podes tahun 2011. Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata indeks modal sosial rumah tangga di perdesaan sebesar 52,18 (maksimum 100). Adapun komponen yang paling berperan dalam pembentukan modal sosial rumah tangga miskin adalah rasa saling percaya. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa modal sosial bersama-sama dengan modal manusia, modal keuangan, dan modal fisik memberikan efek positif terhadap pengeluaran per kapita rumah tangga, sehingga dapat mengurangi kemiskinan. Hal ini menunjukkan bahwa modal sosial berperan penting dalam pengurangan kemiskinan di perdesaan. Pemerintah dan pihak terkait diharapkan membuat kebijakan yang memfasilitasi pengembangan modal sosial dalam upaya pengurangan kemiskinan di perdesaan Indonesia.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2017-06-12
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/672
10.22212/jekp.v7i2.672
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 7, No 2 (2016); 171-183
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 7, No 2 (2016); 171-183
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/672/505
Copyright (c) 2017 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1648
2020-06-08T07:16:53Z
ekp:FPG
oai:jurnal.dpr.go.id:article/163
2018-10-15T04:23:46Z
ekp:ART
Privatisasi BUMN dan Perannya Terhadap Pembangunan Ekonomi Nasional: Kasus PT. Garuda
Wiranta, Sukarna
Economic
BUMN; privatisasi; pembangunan ekonomi; PT. Garuda
BUMN or state-owned enterprises (SOEs), as one of the country`s economic pillars beside private companies and cooperatives, are playing an increasingly significant role in national economic development through their upward performance and financial contributions to the state. Besides, stateowned firms in 2010 is also made indirect contributions to national development in the form of capital expenditure worth IDR 197 trillion and operational expenditure valued at IDR 932 trillion. Therefore, to increase their contribution to national development, their capital expenditure would be further pushed up in which the BUMN is ready to push state firm to increase their capital expenditure to the level of IDR 380 trillion in the next 4 years. PT. Garuda as one of the good BUMN was be privatizied by government in January 2011 which caused the controversial issues due to the did not clear of the sale its share, particularly the price that based on IPO scheme. This paper aims to investigate the performance of Garuda, and the scheme their assets, whether based on legal price regulation or not.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-03-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/163
10.22212/jekp.v2i1.163
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 2, No 1 (2011); 371-394
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 2, No 1 (2011); 371-394
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/163/107
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (Trial)
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/3767
2023-11-02T10:36:40Z
ekp:FPG
Front Cover
Redaksi, Redaksi
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2023-02-06
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Front Pages
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/3767
10.22212/jekp.v13i2.3767
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 13, No 2 (2022)
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 13, No 2 (2022)
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/3767/1105
Copyright (c) 2023 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/103
2018-10-15T05:07:10Z
ekp:ART
ANALISIS PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH PASCA ERUPSI GUNUNG MERAPI
Rivani, Edmira
Permana, Sony Hendra
Economic
kredit bermasalah; Usaha Mikro Kecil dan Menengah; uji T berpasangan; kebijakan
Nasabah debitur yang terkena dampak bencana erupsi Gunung Merapi diperkirakan akan mengalami kesulitan dalam melunasi kewajibannya sesuai dengan perjanjian kredit. Beberapa kebijakan dan ketentuan telah diberlakukan untuk menangani permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penanganan kredit bermasalah yang dilakukan selama ini sudah memberikan hasil.Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis kuantitatif perbedaan rata-rata dengan uji T berpasangan untuk membandingkan rata-rata dari kondisi kredit bermasalah ketika terjadi bencana alam erupsi Gunung Merapi dan pasca erupsi Gunung Merapi, agar diketahui apakah terdapat pengaruh dari kebijakan yang diberlakukan dalam mengatasi kredit bermasalah akibat erupsi Gunung Merapi. Hasil penelitian menunjukkan kebijakan-kebijakan tersebut masih bisa diterapkan pada kasus pasca erupsi Gunung Merapi ini, paling tidak secara aplikatif dan evaluatif kebijakan Bank Indonesia tersebut mampu mendorong pemulihan ekonomi Usaha Mikro Kecil Menengah. Sebagian besar penurunan tentu juga dipengaruhi oleh upaya-upaya persuasif oleh bank dan debitur yang kooperatif, dengan tetap mempertimbangkan kondisi debitur (business to business).
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-03-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/103
10.22212/jekp.v3i2.103
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 3, No 2 (2012); 125-137
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 3, No 2 (2012); 125-137
2086-6313
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (Trial)
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1162
2020-06-15T09:23:28Z
ekp:ART
Kerugian Ekologis dalam Pembangunan di Provinsi Kalimantan Timur [Ecological Cost in East Kalimantan Province Development]
Margiyono, Margiyono
Fauzi, Ahmad
Rustiadi, Ernan
Juanda, Bambang
Economic
pembangunan berkelanjutan; sumber daya alam; bencana; perhitungan ekologis; regulasi; sustainable development; natural resources; disaster; ecological account; regulation
East Kalimantan is one of the richest provinces in Indonesia that is blessed with an endowed of natural resources. East Kalimantan’s Province average economic growth during the 1990s and 2000s was more than 7 percent per year; the third highest human development index (HDI) in Indonesia and the environmental quality index (EQI) were also very good. At present, East Kalimantan Province experiences a contraction in economic growth up to -1.28 percent, even of ecological disasters also increases. This shows that East Kalimantan Province experienced a wellbeing paradox and sustainability paradox. Therefore, is very interesting to research with the aim of knowing the value of ecological losses, their impact on welfare and the causes of ecological losses. To achieve that goal, an ecological account method is used. The results of the study showed that the highest environmental losses caused by the extent of the critical land, followed by sequentially losses due to the exploitation of coal, natural gas, and petroleum. The ecological losses have corrected the welfare level to 76 percent of Gross Domestic Product (GDP). Other result of this study showed weak environmental regional regulation and enforcement. Finally, this study provided some policy recommendations to elevate the development of East Kalimantan Province or similar others region with the same characteristic, that is to rehabilitate critical land by using it to support productive activities. Moreover, critical land rehabilitation should be followed by structural transformation towards renewable resource-oriented economy and also to revise environmental regulations by implementing incentive and disincentive approachesKeywords: sustainable development, natural resources, disaster, ecological account, regulationAbstrakKalimantan Timur adalah salah satu provinsi terkaya di Indonesia yang dikaruniai kelimpahan sumber daya alam. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Timur selama tahun 1990an hingga tahun 2000an mencapai lebih dari 7 persen per tahun, indeks pembangunan manusia (IPM) tertinggi ketiga di Indonesia, dan indeks kualitas lingkungan juga sangat baik. Namun saat ini, Provinsi Kalimantan Timur mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi hingga -1,28 persen yang dibarengi pula dengan peningkatan kejadian bencana alam. Hal ini menunjukkan indikasi bahwa Provinsi Kalimantan Timur mengalami paradoks kesejahteraan dan kelestarian. Oleh karena itu, tujuan studi ini adalah untuk mengetahui nilai kerugian ekologis, dampaknya terhadap kesejahteraan, dan penyebab kerugian ekologis. Untuk menjawab tujuan itu maka digunakan metode ecological account. Hasil studi menunjukkan bahwa kerugian ekologis tertinggi disebabkan oleh luasnya lahan kritis, kemudian secara berurutan kerugian akibat eksploitasi batu bara, gas bumi, dan minyak bumi. Kerugian ekologis tersebut telah mengoreksi tingkat kesejahteraan sampai 76 persen dari PDRB. Hasil studi lainnya menunjukkan bahwa tingginya kerugian ekologis disebabkan oleh lemahnya peraturan daerah yang berkaitan dengan lingkungan dan penegakan hukum. Akhirnya, studi ini merekomendasikan bagi para pembuat kebijakan bahwa dalam upaya untuk meningkatkan pembangunan di Provinsi Kalimantan Timur atau daerah lain yang memiliki karakteristik yang sama maka perlu merehabilitasi lahan kritis untuk aktivitas yang produktif, diikuti dengan transformasi struktur ekonomi yang lebih berorientasi pada sumber daya alam yang dapat diperbaharui, serta melakukan revisi peraturan daerah tentang lingkungan dengan menerapkan pendekatan insentif dan disinsentif. Kata kunci: pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, bencana, perhitungan ekologis, regulasi
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2019-07-09
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1162
10.22212/jekp.v10i1.1162
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 10, No 1 (2019); 43-55
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 10, No 1 (2019); 43-55
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1162/736
Copyright (c) 2019 Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/413
2020-06-16T01:06:57Z
ekp:ART
Biaya Intermediasi Keuangan Perbankan Indonesia: Peranan Regulasi dan Institusi
Hendri, Davy
Economic, Public Policy
net interest margin; struktur pasar; makroekonomi; tata kelola yang baik
Studi ini membahas faktor-faktor penentu margin suku bunga (NIM) di Indonesia dengan menggunakan dataset panel bank periode tahun 2004-2012 yang mencakup sampel 42 bank umum komersial dari keseluruhan bank yang beroperasi. Studi ini menggunakan pengembangan teori dealership model dalam analisis guna menentukan variabel dominan penentu NIM. Hal ini dilakukan dengan memasukkan variabel kondisi makroekonomi, kelembagaan, dan regulasi dalam dunia perbankan. Dengan data perbankan yang mencakup kategori perbankan menurut kepemilikan saham terbesar (BUMN, asing, dan campuran) dan lingkup pelayanan (devisa), analisis regresi panel fixed effect dilakukan dengan mengkomparasikan determinan karakteristik khusus (time-variant) masing-masing bank tersebut. Hasil analisis studi ini menemukan fakta bahwa memang karakteristik spesifik perbankan, seperti ukuran, likuiditas, dan kekuatan pasar, serta struktur pasar di mana bank beroperasi, menjelaskan sebagian besar variasi NIM. Namun regulasi dan kualitas institusi ternyata tidak cukup membantu menjelaskan variasi biaya intermediasi keuangan ini. Temuan ini memang berbeda jauh dengan temuan pada studi perbankan pada negara maju. Hal ini setidaknya bisa dijelaskan oleh kemungkinan level regulasi perbankan Indonesia yang justru sudah pada standar maksimum dan kemungkinan indikator regulasi tidak bisa dipandang terisolasi dari struktur hak kepemilikan dan kompetisi yang sudah terbangun dalam dunia perbankan sebelumnya. Namun secara umum, hasil analisis menunjukkan bahwa ada potensi besar kebijakan untuk mendorong persaingan perbankan dan memperkuat kerangka kerja institusional guna lebih mengurangi biaya intermediasi sistem perbankan.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-12-07
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/413
10.22212/jekp.v7i1.413
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 7, No 1 (2016); 43-65
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 7, No 1 (2016); 43-65
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/413/319
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/154
2018-10-15T05:55:51Z
ekp:ART
KETIMPANGAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI DAERAH HASIL PEMEKARAN: STUDI KASUS DI PROVINSI BANTEN DAN GORONTALO
Suhartono, .
Economic, Public Policy
pemekaran; pembangunan ekonomi; ketimpangan regional; tipologi Klassen; indeks entropi Theil
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan ekonomi dan ketimpangan pembangunan antardaerah di daerah hasil pemekaran. Penelitian dilakukan di Provinsi Banten dan Gorontalo dengan menggunakan data sekunder tahun 2007-2011 dan data primer hasil wawancara dan FGD. Perkembangan ekonomi dianalisis dengan menggunakan tipologi Klassen, ketimpangan dengan indeks entropi Theil. Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 8 kabupaten/kota, Banten terdapat empat daerah cepat-maju dan cepattumbuh, satu daerah maju tapi tertekan, satu daerah berkembang cepat, dan dua daerah relatif tertinggal. Sedangkan Gorontalo dari 6 kabupaten/kota terdapat dua daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh, dua daerah berkembang cepat, dan dua daerah relatif tertinggal. Indeks entropi Theil Banten 3,96 dan Gorontalo 1,16. Sebagai daerah hasil pemekaran Banten memiliki ketimpangan paling tinggi, sedangkan Gorontalo sama dengan ketimpangan yang ada di daerah yang tidak dimekarkan terutama di luar Pulau Jawa. Salah satu penyumbang terbesar ketimpangan di Banten adanya pemusatan industri di Kota Cilegon. Sedangkan ketimpangan yang rendah di Gorontalo karena fokus pada pertanian yang merupakan sektor mayoritas masyarakat bekerja. Penelitian ini menyarankan pemerintah memperhatikan faktor pemusatan ekonomi, karena faktor ini dapat menjadikan kebijakan pemekaran gagal mewujudkan pemerataan sebagai salah satu tuntutan lahirnya pemekaran.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-03-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/154
10.22212/jekp.v6i1.154
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 6, No 1 (2015); 33-43
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 6, No 1 (2015); 33-43
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/154/98
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (Trial)
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/2155
2023-02-06T01:45:24Z
ekp:ART
Analisis Kelayakan Pendirian Usaha Pengolahan Limbah Medis untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
Ernawati, Aeda
Wahyudi, Jatmiko
Astuti, Arieyanti Dwi
Aini, Siti Qorrotu
Economic
non-financial feasiblitiy; financial feasiblitiy; local revenue; medical waste; kelayakan nonfinansial; kelayakan finansial; Pendapatan asli daerah; limbah medis
The contribution of Local Government Owned Corporate (BUMD) to Local Own Revenue (PAD) Pati is still low (4.23 percent). Establishing a new medical waste processing company is promising as a new business unit of BUMD since the current company that manages medical waste shows low performance. This study aims to analyze the feasibility of establishing a medical waste treatment business in Pati Regency. In addition, the contribution of the new company to generate PAD also is estimated. The feasibility is assessed based on financial and non-financial aspects. The research method used is a mixed-method with dominant in a quantitative method. The result showed that the establishment of a medical waste treatment company is feasible based on non-financial and financial indicators. Non-financial aspects include market aspect, technical aspect, management and human resources aspects, social and economic aspects, and environmental aspect. Financially, the establishment of this company is feasible acoording to the following indicators: the payback period (3 years 10 months 9 days), Net Present Value (Rp5,245,526,919), and internal rate of return (28.65 percent). The establishment of this company has a good market potential since there is only one waste company as a competitor in Central Java Province. Furthermore, this company offers lower prices compared to its competitor to gain new costumers. Collecting the medical waste on time enables this company to support their customers creating better sanitation. It is estimated that this company will contribute to PAD 0.215 percent by 2023 higher than that of another unit of BUMD.Keywords: non-financial feasiblitiy, financial feasiblitiy, local revenue, medical wasteAbstrakKontribusi laba atas penyertaan modal pada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pati masih rendah (4,23 persen). BUMD tertarik untuk meningkatkan PAD melalui pengelolaan limbah medis karena pengolahan oleh pihak ketiga dianggap kurang optimal. Tujuan penelitian untuk menganalisis kelayakan rencana pendirian usaha pengolahan limbah medis dan menghitung perkiraan kontribusinya terhadap PAD Kabupaten Pati. Metode yang digunakan deskriptif kualitatif dan dianalisis dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha pengolahan limbah medis dinyatakan layak untuk dijalankan, baik dari faktor finansial maupun nonfinansial. Berdasarkan penilaian dari faktor finansial, nilai PP (Payback Period)= 3 tahun 10 bulan 9 hari; NPV (Net Present Value) = Rp5.245.526.919,00; dan IRR (Internal Rate of Return) = 28,65 persen. Faktor nonfinansial meliputi faktor pasar yang terbuka lebar karena hanya ada 1 perusahaan pengolahan limbah medis di Jawa Tengah, harga yang ditawarkan lebih murah Rp2.000,00-Rp7.000,00 per kg dibandingkan pihak ketiga; faktor hukum, izin pengelolaan limbah B3 sudah sesuai prosedur Permen LHK No. 56 Tahun 2015; faktor sosial ekonomi, kenyamanan dan kesehatan masyarakat lebih terjamin karena jadwal pengambilan limbah tepat waktu; faktor lingkungan, mengurangi risiko kontaminasi limbah infeksius; faktor manajemen dan sumber daya manusia, membutuhkan 10 orang tenaga kerja dengan kualifikasi tertentu; serta faktor teknis dan operasional, pemilihan lokasi sudah sesuai prosedur, yaitu di TPA Sukoharjo dengan peralatan utama mesin insinerator sesuai spesifikasi. Diestimasikan laba dari Perusahaan Daerah Aneka Usaha (PDAU) Unit Pengolahan Limbah Medis memberikan kontribusi terhadap PAD Kabupaten Pati pada tahun 2023 sebesar 0,215 persen, lebih tinggi dari pada kontribusi PDAU Unit yang lainnya.Kata kunci: kelayakan nonfinansial, kelayakan finansial, pendapatan asli daerah, limbah medis
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
Bappeda Kabupaten Pati
2022-07-18
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/2155
10.22212/jekp.v13i1.2155
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 13, No 1 (2022); 57-70
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 13, No 1 (2022); 57-70
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/2155/1046
Copyright (c) 2022 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/90
2018-10-15T06:08:09Z
ekp:ART
Dampak Spillover Pusat-Pusat Pertumbuhan di Kalimantan
Pasaribu, Ernawati
Priyarsono, Dominicus Savio
Siregar, Hermanto
Rustiadi, Ernan
Economic
spillover effect; pusat pertumbuhan; spatial lag dependent
Dampak spillover terhadap kinerja pusat-pusat pertumbuhan di Indonesia yang diamati selama ini belum pernah sampai kepada pengujian secara statistik. Padahal, pembuktian ada tidaknya dampak spillover secara empiris sangat diperlukan mengingat penerapan teori pusat pertumbuhan yang telah dilakukan baik oleh negara-negara maju maupun negara-negara berkembang masih menimbulkan pro dan kontra. Pengujian dampak spillover pusat-pusat pertumbuhan di Kalimantan secara khusus dilakukan untuk mengetahui apakah peranannya sebagai lumbung energi nasional seperti yang tertuang dalam Program MP3EI tidak akan menimbulkan backwash effect bagi daerah sekitarnya. Pendeteksian awal akan adanya hubungan ketergantungan spasial (spatial lag dependent) antara pusat-pusat pertumbuhan di Kalimantan dan daerah sekitarnya diuji menggunakan Lagrange Multiplier Spatial Lag Dependent. Hasilnya ternyata membuktikan bahwa pertumbuhan output, pertumbuhan tenaga kerja, dan pertumbuhan investasi yang terjadi pada pusat-pusat pertumbuhan di Kalimantan secara signifikan memberikan dampak spillover negatif (backwash effect) terhadap wilayah sekitarnya. Pusat-pusat pertumbuhan secara signifikan berdampak spillover positif (spread effect) terhadap wilayah sekitarnya apabila pertumbuhan output, pertumbuhan tenaga kerja, dan pertumbuhan investasi pada pusat-pusat pertumbuhan disertai dengan aliran ekonomi ke wilayah sekitarnya. Dengan demikian, pengembangan wilayah pusat-pusat pertumbuhan di Kalimantan di masa mendatang harus diarahkan pada upaya peningkatan transaksi perdagangan antarwilayah agar dampak spillover positif dapat terjadi seperti yang diharapkan dan pertumbuhan yang diikuti pemerataan antarwilayah di Kalimantan niscaya akan terwujud.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2014-12-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/90
10.22212/jekp.v5i2.90
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 5, No 2 (2014); 225-238
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 5, No 2 (2014); 225-238
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/90/57
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (Trial)
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1674
2021-07-08T21:02:15Z
ekp:ART
Hubungan Kepadatan Koperasi dan Keputusan Mengakses Pembiayaan Koperasi
Nopitasari, Nopitasari
Handayani, Dwini
Economic, Public Policy
cooperative; microfinance; access to finance; household; koperasi; keuangan mikro; akses pembiayaan; rumah tangga
Cooperative is a financial institution capable of providing financing for MSMEs which are still constrained by capital problems. Many MSMEs are constrained by financing problems, this indicates high demand for funding but there is a limited number of cooperative which can provide financing for MSMEs. Indonesia has the largest area where Cooperative is not spread evenly so that many households have difficulties in accessing financing from Cooperative. In this study, Cooperatives’ accessibility is proxied to its density. The purpose is to identify the relationship between the density of cooperatives and the decision to access Cooperative financing by using Susenas of March 2018 data and a sample of 283,478 households. By identifying the relationship, it would be recognizable whether Cooperative is still becoming a financing alternative or not. Based on the results of the Multinomial Logit Regression, the density of Cooperative is related to the decision of households to access financing from Cooperative. The density of cooperative improves the decision taken by households to access financing from Cooperative. The increase in the number of cooperatives will increase financial inclusion as well, which is helpful for people who need loans. The Indonesian government needs to conduct cooperative development programs to increase financial inclusion. However, the density of Cooperative doesn’t significantly influence the household decision to access financing from institutions other than cooperative. Thus, cooperative development programs should be implemented in areas where there are no financial institutions yet.Keywords: cooperative, microfinance, access to finance, householdAbstrakKoperasi merupakan salah satu lembaga keuangan yang dapat memberikan pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang masih terkendala masalah modal. Banyaknya jumlah UMKM yang terkendala masalah pembiayaan mengindikasikan terdapat banyaknya permintaan akan pembiayaan namun belum diimbangi dengan jumah koperasi yang dapat memberikan pembiayaan kepada UMKM. Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas, saat ini sebaran koperasi belum merata ke setiap wilayah Indonesia sehingga banyak rumah tangga yang terkendala aksesiblitas untuk mengakses pembiayaan koperasi. Pada penelitian ini aksesibilitas koperasi diproksikan dengan kepadatan koperasi. Pada penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara kepadatan koperasi terhadap keputusan mengakses pembiayaan koperasi dengan data Susenas Maret 2018 dan sampel sebanyak 283.478 rumah tangga. Dengan mengidentifikasi hubungan tersebut, dapat diketahui apakah koperasi masih menjadi salah satu alternatif pilihan pembiayaan atau bukan. Berdasarkan hasil regresi Multinomial Logit menunjukkan bahwa kepadatan koperasi mempunyai hubungan terhadap keputusan rumah tangga mengakses pembiayaan di koperasi. Kepadatan koperasi meningkatkan keputusan mengakses pembiayaan pada rumah tangga di koperasi. Bertambahnya jumlah koperasi akan meningkatkan inklusi keuangan sehingga dapat membantu masyarakat yang membutuhkan pinjaman. Pemerintah perlu melakukan program penumbuhan koperasi di Indonesia dalam rangka peningkatan inklusi keuangan. Namun kepadatan koperasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan rumah tangga mengakses pembiayaan di selain koperasi, sehingga program penumbuhan koperasi sebaiknya dilakukan pada daerah yang belum terdapat lembaga keuangan pada daerah tersebut.Kata kunci: koperasi, keuangan mikro, akses pembiayaan, rumah tangga
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
Universitas Indonesia
Bappenas
2021-02-17
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1674
10.22212/jekp.v11i2.1674
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 11, No 2 (2020); 149-162
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 11, No 2 (2020); 149-162
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1674/921
Copyright (c) 2021 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/349
2018-10-15T06:16:59Z
ekp:ART
PENGENDALIAN NEGARA ATAS BUMN SEKTOR TELEKOMUNIKASI PASCAPRIVATISASI
F.S., Sahat Aditua
Economic
Badan Usaha Milik Negara; telekomunikasi; privatisasi; pemerintah
Pemerintah harus melindungi keberadaan perusahaan negara telekomunikasi karena sektor telekomunikasi memiliki peran penting dalam menjaga kedaulatan negara dan memiliki nilai strategis. Karena alasan inilah, maka terjadi debat seputar masalah privatisasi BUMN telekomunikasi. Perdebatan yang sering muncul apakah pemerintah harus mempertahankan kepemilikan dominan di BUMN telekomunikasi dalam rangka melindungi kepentingan negara, ataukah pemerintah dapat memberikan kepemilikan saham bagi pihak swasta dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan. Kajian ini bertujuan untuk mengkaji kinerja perusahaan baik sebelum maupun setelah rezim privatisasi. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan sumber data sekunder yang berasal dari jurnal, literatur, media daring, maupun sumber resmi lainnya. Kajian ini menemukan bahwa kebijakan baik sebelum maupun setelah rezim privatisasi ternyata dapat meningkatkan kinerja perusahaan sehingga kebijakan privatisasi dapat dibenarkan. Kajian ini juga menyarankan tiga instrumen untuk mempertahankan kendali negara atas BUMN telekomunikasi, yaitu penerbitan saham emas, pembentukan badan pengatur independen, dan pemberian lisensi bagi operator telekomunikasi swasta.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-08-22
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/349
10.22212/jekp.v6i2.349
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 6, No 2 (2015); 215-226
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 6, No 2 (2015); 215-226
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/349/280
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/128
2018-10-15T04:41:32Z
ekp:ART
KEBIJAKAN PRIVATISASI DALAM UPAYA PROFITISASI PT. KERETA API
Sukarna, .
Economic, Public Policy
PSO; Profitisasi; Privatisasi; Pengelolaan PT. KCJ.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah salah satu pilar penting dalampemasukan pendapatan negara melalui kinerja atau kontrubusi keuanganyang besar terhadap pembangunan nasional. Lagi pula, peningkatankontribusinya terhadap PDB dan modalnya harus ditingkatkan supayaBUMN siap untuk meningkatkan pengeluarannya dalam upaya perbaikansarana dan prasarana BUMN tersebut. Di sini, PT. KAI (Kereta ApiIndonesia) sebagai BUMN dibidang transportasi perlu diprivatisasi dalamupaya meningkatkan modalnya tersebut guna menutupi pengeluaranpengeluarandalam biaya operasional serta perbaikan sarana danprasarananya melalui skema IPO (Initial Procedure Obligation) atau PSO(Public Service Obligation). Makalah ini akan menginvestigasi kinerja PT.KAI, terutama kinerja atau pengelolaan PT. KCJ melalui skema PSO.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-03-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/128
10.22212/jekp.v2i2.128
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 2, No 2 (2011); 753-784
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 2, No 2 (2011); 753-784
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/128/81
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (Trial)
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/2807
2021-12-30T22:55:26Z
ekp:FPG
Front Cover
Redaksi, Redaksi
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2021-12-31
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Front Pages
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/2807
10.22212/jekp.v12i2.2807
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 12, No 2 (2021)
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 12, No 2 (2021)
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/2807/1021
Copyright (c) 2021 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/79
2018-10-15T05:50:03Z
ekp:ART
Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Kinerja Sektor Industri Manufaktur di Indonesia
Budiyanti, Eka
Economic
kebijakan moneter; sektor industri manufaktur; estimasi ECM
Sektor industri manufaktur merupakan salah satu motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi. Selain itu, industri manufaktur juga memiliki peran penting dalam penciptaan lapangan kerja baru. Terdapat suatu kekhawatiran terhadap semakin meningkatnya penurunan output manufaktur di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, meskipun saat ini otoritas moneter sudah mulai melakukan beberapa strategi yang bertujuan untuk meningkatkan produksi industri dan pemanfaatan kapasitas sektor. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dibahas mengenai bagaimana pengaruh kebijakan moneter terhadap output sektor industri manufaktur Indonesia, sehingga dapat diketahui instrumen moneter mana yang paling berpengaruh terhadap output manufaktur Indonesia. Dalam hal ini, dilakukan uji empiris menggunakan Error Correction Model (ECM) selama periode tahun 2001:01-2013:03, di mana data yang digunakan diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia. Adapun instrumen moneter yang digunakan antara lain tingkat suku bunga, money supply, nilai tukar, dan tingkat inflasi. Hasil uji empiris menunjukkan bahwa money supply dan tingkat suku bunga signifikan memengaruhi PDB manufaktur. Money supply berpengaruh positif terhadap PDB manufaktur, sedangkan tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap PDB manufaktur. Dari kedua variabel tersebut, money supply memiliki pengaruh terbesar terhadap PDB manufaktur yaitu sebesar 0,26 persen, sedangkan tingkat suku bunga hanya berpengaruh sebesar 0,0054 persen terhadap PDB manufaktur. Karenanya, diperlukan perhatian yang lebih dari pemerintah dan Bank Indonesia dalam pengendalian money supply sehingga dapat meningkatkan output sektor industri di Indonesia. Walaupun pengaruh tingkat suku bunga terhadap PDB manufaktur tidak terlalu besar, pemerintah dan Bank Indonesia juga tetap perlu menekan tingkat suku bunga yang dapat mendorong investasi, yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-03-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/79
10.22212/jekp.v5i2.79
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 5, No 2 (2014); 145-159
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 5, No 2 (2014); 145-159
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/79/46
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (Trial)
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1542
2020-07-16T06:35:38Z
ekp:ART
Dampak Demokrasi terhadap Perdagangan di Negara-Negara Berpendapatan Menengah dan Tinggi Asia [Impacts of Democracy on Trade Activity in Asia's Middle and High Income Countries]
Tambunan, Nathania Riris Michico
economic; trade; public policy; democracy
democracy; trade; Gravity Model; middle income countries; high income countries; demokrasi; perdagangan; Model Gravitasi; negara berpendapatan menengah; negara berpendapatan tinggi
A democratic system is a way as the basis for supporting the trade process among countries. Increased international trade can generate economic growth. But some parties claim that democracy actually would hinder or even threatens the trade flows. That dynamic situation is increasingly apparent in middle and high-income countries. This study aims to determine whether democracy impacts on trade, especially in Asia. Using the Gravity Model, this study focuses on 11 countries divided by their income from period 2009 to 2018. The high-income countries chosen in this study are Japan, Singapore, South Korea, and Brunei Darussalam, and middle-income countries are China, Indonesia, Malaysia, Thailand, the Philippines, Pakistan, and India. Using the panel data regression method, the results of this study states that democracy in the Asia Countries affected trade significantly. It was also found that trade in high-income countries was not affected by democracy, while trade in low-income countries was strongly influenced by democracy.Keywords: democracy, trade, Gravity Model, middle income countries, high income countriesAbstrakSistem demokrasi menjadi salah satu jalan untuk mendukung terjadinya perdagangan antara negara satu dengan lainnya. Peningkatan perdagangan internasional berkontribusi penting terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, beberapa pihak mengklaim bahwa demokrasi dianggap menghambat atau bahkan dapat mengancam suatu aliran perdagangan. Dinamika dari situasi tersebut semakin terlihat jelas ketika melibatkan negara-negara berpendapatan menengah dan tinggi. Studi ini bertujuan untuk mengetahui apakah demokrasi berdampak pada perdagangan, khususnya di Asia. Dengan menggunakan Model Gravitasi, studi ini difokuskan pada 11 negara yang dibagi berdasarkan pendapatan dari tahun 2009 hingga 2018. Negara berpendapatan tinggi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Jepang, Singapura, Korea Selatan, dan Brunei Darussalam, dan negara berpendapatan menengah adalah Tiongkok, Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Pakistan, dan India. Berdasarkan pendekatan melalui metode regresi data panel, hasil penelitian ini menemukan bahwa interaksi antara demokrasi dan negara-negara di Asia memengaruhi perdagangan secara signifikan. Namun, ditemukan pula bahwa perdagangan di negara-negara berpenghasilan tinggi tidak terpengaruh oleh demokrasi, sedangkan perdagangan di negara-negara berpenghasilan rendah sangat dipengaruhi oleh demokrasi.Kata kunci: demokrasi, perdagangan, Model Gravitasi, negara berpendapatan menengah, negara berpendapatan tinggi
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2020-07-15
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1542
10.22212/jekp.v11i1.1542
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 11, No 1 (2020); 1-12
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 11, No 1 (2020); 1-12
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1542/846
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/downloadSuppFile/1542/165
Copyright (c) 2020 Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1006
2020-06-15T10:56:59Z
ekp:ART
Pengolahan Biji Kakao Produksi Perkebunan Rakyat untuk Meningkatkan Pendapatan Petani [Processing of Smallholder Plantations Cocoa Production to Increase Farmers Income]
Manalu, Radot
Agriculture
pengelolaan; mutu; kakao; pendapatan; petani; teknologi; processing; quality; cocoa; income; farmers; technology
The cocoa commodity is one of the plantation commodities in Indonesia which has an important role for the national economy to increase the country’s foreign exchange. However, the quality of Indonesian cocoa, especially the production of smallholder cocoa beans, is still low. The results showed that smallholder plantations farmers in South Sulawesi Province did not pay attention to the quality of cocoa beans because usually farmers sell cocoa beans that have not been fermented. If farmers of smallholder cocoa plantations process cocoa beans with fermentation technology will get better quality and economic value because the price of fermented cocoa beans is higher than the price of unfermented cocoa beans with a price difference of around Rp3,000/kg - Rp5,000/kg. In addition to improving quality to obtain better economic value, the results of the study also show that animal feed from fermented cocoa beans is also better than non-fermented cocoa beans. The purpose of this study is to review and formulate policy recommendations to improve the quality of cocoa beans produced by smallholders to increase farmer income. Therefore, technical guidance on the management of cocoa beans from the local government to smallholder plantation farmers is very important so that the quality of farmer cocoa beans can be improved. Furthermore, in the future the cocoa development program in the future must be directed towards efforts to realize high-quality cocoa bean products, so as to obtain better economic value especially for farmers as suppliers of cocoa beans. This study uses a qualitative method with a descriptive approach. The research sample was taken through purposive sampling technique. Data analysis was carried out with a qualitative exploratory approach with a research framework for post-harvest cocoa bean processing so that it could explain and answer problems in the study.Keywords: processing, quality, cocoa, income, farmers, technologyAbstrakKakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan di Indonesia yang memiliki peranan penting bagi perekonomian nasional untuk peningkatan devisa negara. Namun demikian, mutu kakao Indonesia khususnya produksi biji kakao perkebunan rakyat masih rendah. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji dan merumuskan saran kebijakan guna meningkatkan mutu biji kakao produksi perkebunan rakyat untuk meningkatkan pendapatan petani. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengambilan sampel penelitian dilakukan melalui teknik purposive sampling dan analisis data dilakukan dengan pendekatan kualitatif eksploratif dengan kerangka penelitian pengolahan biji kakao pascapanen sehingga dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan dalam penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para petani perkebunan rakyat di Provinsi Sulawesi Selatan belum memerhatikan mutu biji kakao karena pada umumnya petani menjual biji kakao hasil pertaniannya yang belum difermentasi. Jika petani perkebunan kakao rakyat mengolah biji kakao dengan teknologi fermentasi akan mendapatkan mutu dan nilai ekonomi yang lebih baik karena harga biji kakao fermentasi lebih tinggi dari harga biji kakao yang tidak difermentasi dengan selisih harga sekitar Rp3.000/kg – Rp5.000/kg. Selain peningkatan mutu untuk memperoleh nilai ekonomi yang lebih baik, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pakan ternak dari limbah biji kakao yang difermentasi juga lebih baik dibandingkan dengan biji kakao yang tidak fermentasi. Oleh karena itu, bimbingan teknis pengelolaan biji kakao dari pemerintah daerah kepada petani perkebunan rakyat sangat penting agar mutu biji kakao petani dapat ditingkatkan. Selanjutnya, secara berkelanjutan program pengembangan kakao di masa depan harus diarahkan kepada upaya mewujudkan produk biji kakao yang bermutu tinggi, sehingga dapat memperoleh nilai ekonomi yang lebih baik terutama bagi petani sebagai pemasok biji kakao.Kata kunci: pengelolaan, mutu, kakao, pendapatan, petani, teknologi
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2019-02-14
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1006
10.22212/jekp.v9i2.1006
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 9, No 2 (2018); 99-112
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 9, No 2 (2018); 99-112
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1006/656
Copyright (c) 2019 Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/110
2018-10-15T05:13:32Z
ekp:ART
POLA PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN REGIONAL DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Meilani, Hilma
Wuryandani, Dewi
Economic
pola perkembangan ekonomi; ketimpangan regional, tipologi klassen, indeks entropi theil, location quotient; indeks krugman
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola perkembangan ekonomi dan ketimpangan ekonomi regional antardaerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Unit analisis adalah kabupaten/kota di Provinsi NTB dengan menggunakan data sekunder periode 2006-2009. Analisis klasifikasi perkembangan ekonomi dilakukan dengan tipologi Klassen, ketimpangan regional dengan indeks entropi Theil, sektor unggulan dengan Location Quotient, dan spesialisasi regional dengan indeks Krugman. Penelitian ini menunjukkan bahwa Kabupaten Sumbawa Barat dan Kota Mataram tergolong daerah cepat maju dan cepat tumbuh, Kabupaten Sumbawa dan Dompu tergolong daerah maju tapi lamban tumbuh, Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Tengah tergolong daerah berkembang cepat, serta Kabupaten Lombok Timur, Bima, Lombok Utara, dan Kota Bima tergolong daerah relatif tertinggal. Ketimpangan regional tergolong tinggi, ketimpangan terbesar terjadi di Kabupaten Sumbawa Barat, dan terkecil di Kabupaten Lombok Tengah. Sektor unggulan Kabupaten Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa, Dompu, Bima, dan Lombok Utara adalah sektor tanaman bahan makanan, Kabupaten Sumbawa Barat unggul pada sektor perdagangan, Kota Mataram unggul pada sektor pengangkutan, Kota Bima unggul pada sektor pemerintahan, sedangkan Lombok Barat tidak memiliki sektor unggulan. Kabupaten/kota di NTB tidak memiliki indeks spesialisasi yang tinggi.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-03-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/110
10.22212/jekp.v3i2.110
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 3, No 2 (2012); 203-214
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 3, No 2 (2012); 203-214
2086-6313
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (Trial)
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/2330
2021-07-30T05:11:00Z
ekp:FPG
Front Cover
Redaksi, Redaksi
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2021-07-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Front Pages
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/2330
10.22212/jekp.v12i1.2330
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 12, No 1 (2021)
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 12, No 1 (2021)
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/2330/985
Copyright (c) 2021 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/70
2018-10-15T05:22:50Z
ekp:ART
STRATEGI PENGEMBANGAN MEREK USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
Sudarwati, Yuni
Satya, Venti Eka
Economic
strategi branding; hambatan merek UMKM; Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah terbukti mampu bertahan pada masa krisis ekonomi nasional tahun 2009. UMKM bahkan mampu menyediakan lapangan pekerjaan, barang-barang murah, dan melahirkan wirausaha-wirausaha baru. Perkembangan UMKM mengalami beberapa masalah salah satunya adalah masalah pemasaran khususnya terkait branding. Kajian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai permasalahan yang dihadapi oleh UMKM pada saat pengembangan merek sehingga bisa mendapatkan masukan untuk proses pengembangannya. Analisis dilakukan menggunakan pendekatan deskriptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa UMKM memang harus melakukan branding sehingga memiliki keunggulan kompetitif untuk bisa bersaing di pasar global.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-03-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/70
10.22212/jekp.v4i1.70
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 4, No 1 (2013); 89-101
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 4, No 1 (2013); 89-101
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/70/37
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (Trial)
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1655
2020-06-15T11:01:43Z
ekp:FPG
Preface
Redaksi, Redaksi
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2018-06-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Front Pages
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1655
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 9, No 1 (2018)
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 9, No 1 (2018)
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1655/817
Copyright (c) 2020 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/686
2020-06-15T11:15:36Z
ekp:ART
Pengaruh Variabel Moneter dan Ketidakpastian Inflasi terhadap Inflasi pada ASEAN 4 Periode 1998:Q1 – 2015:Q4
Nurjannah, Anisya
Suryantoro, Agustinus
Cahyadin, Malik
Economics; Financial Economics
inflasi; ketidakpastian inflasi; variabel moneter; uji kausalitas Granger; data panel
Studi ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kausalitas antara inflasi dan ketidakpastian inflasi, serta pengaruh variabel moneter yaitu (jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga) terhadap inflasi di Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Thailand. Penelitian ini menggunakan tiga metode analisis, yaitu analisis time series, Uji kausalitas Granger, dan data panel. Analisis time series dilakukan untuk mengestimasi ketidakpastian inflasi pada masing-masing negara, yaitu: Indonesia dengan metode ARMA(2,2), Filipina dengan metode AR(1), Malaysia dengan metode AR(2)–EGARCH(1,2), dan Thailand dengan metode ARMA(1,(1)(3))-TARCH(2). Sementara itu, analisis data panel digunakan untuk menganalisis pengaruh ketidakpastian inflasi dan variabel moneter terhadap inflasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kasus Indonesia dan Thailand terdapat hubungan kausalitas satu arah antara inflasi dengan ketidakpastian inflasi. Sementara itu, hasil uji kausalitas di Filipina dan Malaysia menunjukkan terdapat hubungan kausalitas dua arah antara inflasi dan ketidakpastian inflasi. Estimasi data panel menunjukkan bahwa ketidakpastian inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap inflasi, jumlah uang beredar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap inflasi, sedangkan tingkat suku bunga deposito berhubungan positif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap inflasi. Saran dalam penelitian ini, yaitu Bank Indonesia sebagai otoritas moneter diharapkan tetap fokus untuk mencapai tingkat inflasi rendah dan stabil untuk menekan ketidakpastian inflasi. Selain itu, pemerintah pusat sebaiknya melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan jumlah uang kuasi dan mengurangi jumlah uang kartal untuk menekan tingkat inflasi.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
FEB UNS
2017-07-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/686
10.22212/jekp.v8i1.686
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 8, No 1 (2017); 57-70
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 8, No 1 (2017); 57-70
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/686/530
Copyright (c) 2017 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1657
2020-06-09T09:08:13Z
ekp:FPG
oai:jurnal.dpr.go.id:article/170
2018-10-15T04:50:47Z
ekp:ART
KEBIJAKAN REVERSE BRAIN: MENGAPA PENTING DAN ALTERNATIF PENDEKATAN
Saefuloh, Asep Ahmad
Economic, Public Policy
brain drain; brain gain; penelitian dan pengembangan; reverse brain
Brain drain merupakan fenomena umum yang terjadi hampir di semua negara, termasuk Indonesia. Masalah ini mendorong Pemerintah untuk melakukan strategi reverse brain yang diimplementasikan ke dalam berbagai kebijakannya sehingga merubah dari brain drain menjadi brain gain. Hal ini diperkuat dengan analisis literatur yang memperlihatkan bahwa memang sedang terjadi gejala brain drain. Untuk itu perlu dikembangkan kebijakan dengan pengembangan sistem inovasi nasional yang didukung dengan peningkatan penelitian dan pengembangan yang dibarengi dengan penciptaan iklim kondusif bagi pengembangan Iptek, dan pendekatan ini perlu disinerjikan dengan perencanaan pembangunan.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-03-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/170
10.22212/jekp.v3i1.170
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 3, No 1 (2012); 165-190
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 3, No 1 (2012); 165-190
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/170/115
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (Trial)
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/2382
2024-01-04T02:21:51Z
ekp:ART
AKUNTABILITAS DAN KONDISI KEUANGAN DAERAH OTONOMI KHUSUS PADA PROVINSI ACEH, PAPUA, DAN PAPUA BARAT
Ramadhan, Fajri
Khoirunurrofik, Khoirunurrofik
Ekonomi; Kebijakan Publik.
asymmetric decentralization; local financial condition; accountability; desentralisasi asimetris; kondisi keuangan daerah; akuntabilitas
This study aims to examine the relationship between the financial condition of the three special autonomous regions, Aceh, Papua, and West Papua with regional financial accountability as proxied by the opinion variable on regional financial statements audited by BPK RI. Using Conditional Logistic Fixed Effect method, the study uses financial ratios based on regional financial data from 2011-2019. The result of the study is that there is a relationship between accountability and financial condition of the special autonomy regional government. Variable of Special Allocation Fund (DAK) divided by total transfer is consistent to enhance accountability. The ratio of Revenue Sharing (DBH) per total income, operating and capital expenditures per total expenditure are consistent and significant in reducing the possibility of an Unqualified Opinion (WTP). All of these findings are in line with the development of calculations that use an ordered logit marginal effect to see the percentage of possible occurrences of opinions and their relationship to various ratios that become research variables. Various findings based on data processing and marginal effect calculations indicate that there is a need to revise DBH policies and regional expenditures, and the application of DAK in regions that have not yet received a WTP opinion.Keywords: asymmetric decentralization, local financial condition, accountabilityAbstrakPenelitian ini bertujuan mengkaji hubungan kondisi keuangan tiga daerah otonomi khusus (otsus), yaitu Aceh, Papua, dan Papua Barat dengan akuntabilitas keuangan daerah yang diproksikan oleh variabel opini laporan keuangan daerah hasil pemeriksaan BPK RI. Menggunakan metode Conditional Logistic Fixed Effect, penelitian ini menggunakan rasio keuangan berdasarkan data keuangan daerah tahun 2011-2019. Hasil penelitian adalah adanya hubungan antara akuntabilitas dengan kondisi keuangan pemerintah daerah otsus. Variabel yang konsisten mendorong terciptanya akuntabilitas adalah variabel rasio Dana Alokasi Khusus (DAK) dibagi total dana transfer. Rasio Dana Bagi Hasil (DBH) per total pendapatan serta belanja operasi dan belanja modal per total belanja konsisten dan signifikan dalam mengurangi kemungkinan terwujudnya opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Seluruh temuan ini sejalan dengan pengembangan perhitungan yang juga menggunakan marginal effect ordered logit untuk melihat persentase kemungkinan keterjadian opini dan hubungannya dengan berbagai rasio yang menjadi variabel penelitian. Berbagai temuan berdasarkan olah data dan perhitungan marginal effect menunjukkan bahwa perlu adanya pembenahan kebijakan DBH dan belanja daerah, serta penerapan DAK pada daerah yang belum memperoleh opini WTP.Kata kunci: desentralisasi asimetris, kondisi keuangan daerah, akuntabilitas
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2024-01-04
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/2382
10.22212/jekp.v14i1.2382
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 14, No 1 (2023); 33-45
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 14, No 1 (2023); 33-45
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/2382/1198
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/downloadSuppFile/2382/458
Copyright (c) 2023 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/53
2018-10-15T05:46:35Z
ekp:ART
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA
Adam, Lukman
Surya, T. Ade
Economic, Public Policy
perikanan budi daya; perikanan tangkap; ekosistem pesisir; kawasan konservasi laut; terintegrasi
Pengembangan sektor perikanan hanya dapat dirumuskan secara tepat dengan memperhatikan kebutuhan pengguna sumber daya tersebut. Sektor perikanan, baik perikanan budi daya maupun perikanan tangkap, sangat bergantung pada kelestarian ekosistem pesisir, terutama terumbu karang dan hutan mangrove. Saat ini, kondisi ekosistem pesisir sangat menurun. Salah satu bentuk pelestarian ekosistem pesisir dilakukan dengan menetapkan kawasan konservasi laut di wilayah yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi. Kebijakan pengembangan perikanan yang berkelanjutan tidak bisa dilakukan secara parsial, harus memperhatikan faktor lingkungan, ekonomi, dan sosial secara terintegrasi.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-03-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/53
10.22212/jekp.v4i2.53
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 4, No 2 (2013); 195-211
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 4, No 2 (2013); 195-211
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/53/20
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (Trial)
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1295
2020-07-16T06:25:11Z
ekp:ART
Daya Saing, Ekuivalen Tarif, dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekspor Minyak Sawit Indonesia di Negara OKI [Competitiveness, Tariff Equivalent, and Factors Affecting the Demand of Indonesia Palm Oil Exports to OIC Countries]
Daya Saing, Ekuivalen Tarif, dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekspor Minyak Sawit Indonesia di Negara OKI
Nibras, Ghina Saarah
Widyastutik, Widyastutik
Ekonomi; Perdagangan Internasional
ekuivalen tarif; EPD; Gravity Model; minyak sawit; volume ekspor; tariff equivalent; palm oil; volume exports
ekuivalen tarif; EPD; Gravity Model; minyak sawit; volume ekspor
Indonesia is the largest exporter of palm oil in the world. However, in recent years, Indonesian palm oil has been faced by several obstacles. Therefore, Indonesia is expected to be able to diversify the market, which making the Organization of Islamic Cooperation (OIC) member countries as aim export countries. This study aims to analyze the competitiveness of Indonesian palm oil, tariff equivalent, and factors that affect the demand of Indonesia’s palm oil exports to 28 OIC countries. The methods used in this research are Export Products Dynamics (EPD) and panel data regression. Method of analysis to estimate tariff’s equivalent is a gravity model. The result of the study shows that Indonesian palm oil has strong competitiveness in 15 OIC countries. In the other hand, Indonesian palm oil at other 13 OKI country occupy falling star, lost opportunity, and retreat position. It caused by many factors. Some OKI country able to produce palm oil and become producer of palm oil, and there are competitors in country of destination. The estimations results using the panel data regression method shows that Gross Domestic Product (GDP) per capita of the importing country, economic distance, price of exports, population of the importing country, and the real exchange rate have a significant effect on the volume of Indonesian palm oil exports to the OIC countries. The study also found that the non-tariff barriers imposed by the OIC countries on Indonesian palm oil are still low. The highest tariff equivalent import apllied by Benin, it reaches 19.67. Keywords: tariff equivalent, EPD, Gravity Model, palm oil, volume exportsAbstrakIndonesia merupakan negara pengekspor minyak sawit terbesar di dunia. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, minyak sawit Indonesia dihadapi oleh beberapa hambatan. Oleh karena itu, Indonesia diharapkan mampu melakukan diversifikasi pasar, salah satunya dengan menjadikan negara anggota Organisasi Kerja sama Islam (OKI) sebagai negara tujuan ekspornya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana daya saing, besarnya ekuivalen tarif, dan faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor minyak sawit Indonesia di 28 negara OKI. Metode yang digunakan adalah Export Products Dynamics (EPD) dan regresi data panel. Metode analisis untuk mengestimasi ekuivalen tarif adalah model gravity. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak sawit Indonesia memiliki daya saing yang cukup kuat pada 15 negara OKI. Sedangkan, minyak sawit Indonesia pada 13 negara OKI lainnya menempati posisi falling star, lost opportunity, dan retreat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adanya beberapa negara OKI yang juga merupakan produsen dari minyak sawit, serta adanya kompetitor di negara tujuan. Hasil estimasi menggunakan metode regresi data panel menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita negara importir, jarak ekonomi, harga ekspor, populasi, dan nilai tukar riil berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor minyak sawit Indonesia ke negara OKI. Penelitian ini juga menemukan bahwa negara OKI memberlakukan hambatan nontarif terhadap minyak sawit Indonesia walaupun besarannya relatif rendah. Nilai ekuivalen tarif impor tertinggi dikenakan oleh negara Benin sebesar 19,67.Kata kunci: ekuivalen tarif, EPD, Gravity Model, minyak sawit, volume ekspor
Indonesia merupakan negara pengekspor minyak sawit terbesar di dunia. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, minyak sawit Indonesia dihadapi oleh beberapa hambatan. Oleh karena itu, Indonesia diharapkan mampu melakukan diversifikasi pasar, salah satunya dengan menjadikan negara anggota Organisasi Kerja sama Islam (OKI) sebagai negara tujuan ekspornya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana daya saing, besarnya ekuivalen tarif, dan faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor minyak sawit Indonesia di 28 negara OKI. Metode yang digunakan adalah Export Products Dynamics (EPD) dan regresi data panel. Metode analisis untuk mengestimasi ekuivalen tarif adalah model gravity. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak sawit Indonesia memiliki daya saing yang cukup kuat pada 15 negara OKI. Sedangkan, minyak sawit Indonesia pada 13 negara OKI lainnya menempati posisi falling star, lost opportunity, dan retreat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adanya beberapa negara OKI yang juga merupakan produsen dari minyak sawit, serta adanya kompetitor di negara tujuan. Hasil estimasi menggunakan metode regresi data panel menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita negara importir, jarak ekonomi, harga ekspor, populasi, dan nilai tukar riil berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor minyak sawit Indonesia ke negara OKI. Penelitian ini juga menemukan bahwa negara OKI memberlakukan hambatan nontarif terhadap minyak sawit Indonesia walaupun besarannya relatif rendah. Nilai ekuivalen tarif impor tertinggi dikenakan oleh negara Benin sebesar 19,67.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2020-01-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1295
10.22212/jekp.v10i2.1295
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 10, No 2 (2019); 111-124
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 10, No 2 (2019); 111-124
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1295/781
Copyright (c) 2020 Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/577
2020-06-15T11:17:51Z
ekp:ART
Kebijakan Pelarangan Penangkapan Ikan Tuna Sirip Kuning: Analisis Dampak dan Solusinya
Adam, Lukman
Economic, Public Policy
tuna sirip kuning; perikanan berkelanjutan; pengelolaan perikanan tertutup; wilayah pengelolaan perikanan; sumber daya ikan
Permen Kelautan dan Perikanan No. 4 Tahun 2015 tentang Larangan Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) RI 714 merupakan hal baru dalam pengelolaan perikanan di Indonesia. Permen KP tersebut berisikan larangan penangkapan Ikan Tuna Sirip Kuning pada titik koordinat 126 – 132° BT dan 4 – 6° LS di Laut Banda, di bulan Oktober–Desember. Kajian ini bertujuan (a) mengevaluasi konsep dan alasan diterbitkannya Permen KP No. 4 Tahun 2015; (b) menganalisis dampak teknis, sosial-ekonomi, dan lingkungan dan solusi yang perlu dilakukan akibat terbitnya kebijakan tersebut; serta (c) merumuskan reorientasi kebijakan yang diperlukan. Kajian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Permen KP tersebut tidak didasarkan pada kajian akademis formal yang memadai. Dampak teknis yang ditemukan adalah pelarangan penggunaan pukat cincin sejak tahun 2015 dan modernisasi armada penangkapan hasil perikanan. Dampak sosial-ekonomi yang ditemui adalah pendapatan per kapita nelayan per tahun pada tahun 2015 meningkat 1,46 persen dan tidak ada gejolak sosial di nelayan. Dampak lingkungan, yaitu potensi Ikan Tuna Sirip Kuning tetap stabil dan kesadaran nelayan terhadap lingkungan tinggi. Reorientasi kebijakan pemerintah harus sudah mulai dilakukan yang mengarah pada inklusifitas perikanan. Keberanian pemerintah pusat untuk melakukan pengelolaan perikanan tertutup pada sebuah WPP didasarkan pada dimensi lokasi dan waktu harus bisa diterapkan di WPP yang sudah mengalami tangkap lebih dan daerah tempat bertelur ikan. Namun kebijakan ini harus didukung oleh kajian dan data memadai.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2017-06-12
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/577
10.22212/jekp.v7i2.577
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 7, No 2 (2016); 215-227
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 7, No 2 (2016); 215-227
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/577/508
Copyright (c) 2017 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1643
2020-06-08T06:44:12Z
ekp:FPG
oai:jurnal.dpr.go.id:article/159
2018-10-15T05:59:08Z
ekp:ART
PROSPEK PELAKSANAAN REDENOMINASI DI INDONESIA
Permana, Sony Hendra
Economic
redenominasi; rupiah; mata uang; efisiensi
Tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan berbagai hal yang perlu menjadi perhatian dalam rencana pelaksanaan redenominasi di Indonesia dan menjelaskan bagaimana kesiapan fundamental makroekonomi Indonesia dalam menghadapi program redenominasi serta dampak yang akan ditimbulkannya. Metode yang digunakan dalam membahas studi ini adalah metode deskriptif dengan memanfaatkan data sekunder dan publikasi yang sudah ada sebelumnya. Urgensi dilaksanakannya redenominasi di Indonesia didasari adanya inefisiensi perekonomian, adanya kendala teknis pada operasional kegiatan usaha dan mendukung ekonomi nasional dalam memasuki era masyarakat ekonomi ASEAN. Indikator makroekonomi Indonesia saat ini dinilai cukup kuat dan dapat mendukung diberlakukannya redenominasi. Redenominasi diharapkan dapat memberikan manfaat positif baik bagi negara, pelaku usaha dan masyarakat. Bagi negara redenominasi dapat meningkatkan kredibilitas rupiah, menghemat biaya pencetakan uang, dan mempermudah transaksi pemerintah. Bagi pelaku usaha redenominasi dapat mempermudah transaksi keuangan sehingga mempercepat waktu operasional dan meminimalisir potensi kesalahan. Selain itu, akan mengurangi biaya penyesuaian perangkat keras dan lunak sistem akuntansi dan teknologi informasi. Bagi masyarakat, redenominasi dapat mempermudah dalam bertransaksi, mengurangi resiko kerusakan uang dan mendukung proses belajar dan mengajar pada pendidikan dasar. Namun, pemerintah dan Bank Indonesia juga perlu mewaspadai terjadinya risiko akibat redenominasi, yaitu inflasi, penambahan pengeluaran negara, penolakan sebagian masyarakat dan penambahan biaya produksi, efek psikologi, dan potensi perselisihan antar pelaku usaha dan konsumen.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-03-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/159
10.22212/jekp.v6i1.159
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 6, No 1 (2015); 109-122
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 6, No 1 (2015); 109-122
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/159/103
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (Trial)
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/2284
2023-11-02T10:36:40Z
ekp:ART
IMPACT OF JAKARTA MASS RAPID TRANSIT ON LOCAL AIR QUALITY
Puryanti, Dwi Setiyo
Yudhistira, Muhammad Halley
Economic-Transportation
air quality; MRT Jakarta; ISPU; kualitas udara
Moda Raya Terpadu Jakarta, or MRT Jakarta, is the first urban rail-based public transportation in Indonesia with several underground lines. Since March 24, 2019, MRT Jakarta Phase 1 (North-South corridor) has officially operated and has a line length of about 16 kilometers consisting of seven elevated stations and six underground stations. The motivation for this research stems from the fact that in 2019 Jakarta occupied ranked first as the capital city with the highest level of air pollution in Southeast Asia, where the land transportation sector is one of the primary sources. Government investment is significant enough to develop public transport, which is expected to overcome this market failure. However, research evidence to prove the benefits of MRT operation on local air quality is still limited, especially for urban areas in developing countries such as Jakarta. This study uses the Difference-in-Difference method and the Air Pollution Standard Index (ISPU) as air quality proxies by controlling several factors, such as weather conditions, determination of national holidays, weekends, and large-scale social restriction (PSBB) policies during the Covid-19 pandemic that hit all parts of the world, the gradual determination of MRT fares, and the period of construction of the MRT line. This study reveals two main findings. First, the operation of MRT Jakarta Phase 1 in corridor 1 resulted in a 27.4 percent reduction in air pollution levels in the area closest to the MRT line. Second, the estimation results show that the impact on reducing air pollution is negligible on weekends.Keywords: air quality, MRT Jakarta, ISPUAbstrakModa Raya Terpadu Jakarta, atau MRT Jakarta merupakan transportasi publik berbasis kereta perkotaan pertama di Indonesia dengan beberapa jalur bawah tanah. Sejak 24 Maret 2019, MRT Jakarta Fase 1 (koridor Utara-Selatan) resmi beroperasi dan memiliki panjang jalur sekitar 16 kilometer yang terdiri dari tujuh stasiun layang dan enam stasiun bawah tanah. Motivasi penelitian ini bermula dari kenyataan bahwa pada tahun 2019 Jakarta menduduki peringkat pertama sebagai ibu kota dengan tingkat polusi udara tertinggi di Asia Tenggara, di mana sektor transportasi darat menjadi salah satu sumber utama. Investasi pemerintah cukup besar untuk mengembangkan angkutan umum yang diharapkan dapat mengatasi kegagalan pasar ini. Namun, hasil penelitian untuk membuktikan manfaat pengoperasian MRT terhadap kualitas udara lokal masih terbatas, terutama untuk wilayah perkotaan di negara berkembang seperti Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode Difference-in-Difference dan Indeks Standar Polusi Udara (ISPU) sebagai proksi kualitas udara dengan mengontrol beberapa faktor-faktor, seperti kondisi cuaca, penetapan hari libur nasional, akhir pekan, kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di masa pandemi Covid-19 yang melanda seluruh belahan dunia, penetapan tarif MRT secara bertahap, dan dengan memperhitungkan periode pembangunan jalur MRT. Penelitian ini mengungkapkan dua temuan utama. Pertama, beroperasinya MRT Jakarta Fase 1 di koridor 1 berdampak pada penurunan tingkat polusi udara sebesar 27,4 persen di area yang terdekat dengan jalur MRT. Kedua, hasil estimasi menunjukkan bahwa dampaknya terhadap penurunan polusi udara terjadi lebih kecil pada akhir pekan.Kata kunci: kualitas udara, MRT Jakarta, ISPU
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2023-02-06
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/2284
10.22212/jekp.v13i2.2284
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 13, No 2 (2022); 101-112
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 13, No 2 (2022); 101-112
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/2284/1101
Copyright (c) 2022 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/97
2018-10-15T04:05:04Z
ekp:ART
URGENSI PERUBAHAN UNDANG-UNDANG SISTEM BUDIDAYA TANAMAN
Dewi, Galuh Prila
Satya, Venti Eka
Economic, Public Policy
Sistem Budidaya Tanaman; varietas; organik.
The role of agricultre sector is very important on stapel main of Indonesianpeople and employ half of the Indonesian labour. One of the important roleis the cultivation of the plan in which according to the Act No 12 of 1992about the cultivating system, it shoud be regulated by largely determinantof quality and quantity of agriculture sector. The changes in thegovernment system, the climate change, food crises, and its tendency tochoose the organic staples is association with the certification isues, changeof land uses, global market, low price cheap, and post harvest storage arealso nots accommodate by the law. The changes in this law, must be donein order to accomodate the changes of the pay attention to the farmersinterest.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-03-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/97
10.22212/jekp.v2i1.97
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 2, No 1 (2011); 423-458
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 2, No 1 (2011); 423-458
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/97/64
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (Trial)
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/2069
2021-07-08T21:02:15Z
ekp:FPG
Front Cover
Redaksi, Redaksi
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2021-02-17
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Front Pages
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/2069
10.22212/jekp.v11i2.2069
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 11, No 2 (2020)
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 11, No 2 (2020)
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/2069/929
Copyright (c) 2021 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/406
2020-06-16T01:06:57Z
ekp:ART
Dampak Keterkaitan Ekonomi Pulau Sulawesi, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur terhadap Ekonomi Wilayah
Arman, Arman
Hadi, Setia
Achsani, Noer Azam
Fauzi, Akhmad
Economic, Public Policy
ekonomi wilayah; keterkaitan ekonomi; model IRIO
Ketimpangan ekonomi antarwilayah di Indonesia masih terus berlangsung, di mana Pulau Jawa menguasai +60 persen aktivitas ekonomi. Penelitian ini menganalisis dampak keterkaitan ekonomi antarwilayah Pulau Sulawesi, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur. Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Gorontalo diagregasi menjadi satu unit wilayah menjadi Sulawesi Lain. Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat diagregasi menjadi satu unit wilayah menjadi Sulawesi Selatan. Data dasar tahun 2005 diupgrade ke tahun 2011 dengan menggunakan teknik RAS. Hasil analisis menunjukkan bahwa transaksi aliran barang antara wilayah Sulawesi Lain dengan Sulawesi Selatan masih sangat kecil. Kebutuhan input antara Sulawesi Lain dan Sulawesi Selatan lebih banyak dipasok dari wilayah Jawa Timur. Kedua wilayah tersebut lebih banyak bergantung pasokan aliran barang dari wilayah Jawa Timur. Keterkaitan ekonomi antara Sulawesi Selatan dan Sulawesi Lain terhadap Kalimantan Timur dipengaruhi aliran komoditas pertanian dan energi. Wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Lain banyak memasok kebutuhan pangan, sedangkan wilayah Kalimantan memasok kebutuhan energi ke Sulawesi. Wilayah Jawa Timur memperoleh manfaat ekonomi yang paling besar akibat interaksi ekonomi dengan Sulawesi Selatan, Sulawesi Lain, dan Kalimantan Timur. Hasil interaksi memberikan pengaruh spillover yang sangat besar terhadap wilayah Jawa Timur. Pengaruh spillover mengindikasikan kinerja ekonomi wilayah Jawa Timur meningkat bila keterkaitan ekonomi (aliran barang) dengan Pulau Sulawesi dan Kalimantan Timur semakin kuat. Dampak keterkaitan ekonomi pada keempat wilayah menunjukkan Jawa Timur memperoleh manfaat yang lebih besar. Namun kinerja dan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur memberikan pengaruh spillover yang masih sangat kecil terhadap wilayah Sulawesi dan Kalimantan.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-12-07
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/406
10.22212/jekp.v7i1.406
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 7, No 1 (2016); 97-109
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 7, No 1 (2016); 97-109
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/406/315
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/146
2018-10-15T05:52:58Z
ekp:ART
DAMPAK KEBIJAKAN DESENTRALISASI FISKAL PADA DAERAH TERTINGGAL DI INDONESIA
Sari, Rafika
Economic
desentralisasi fiskal; daerah tertinggal; DAK; dana transfer; pertumbuhan ekonomi
Kebijakan desentralisasi fiskal di Indonesia bertujuan untuk memberikan peran dan kemandirian daerah lebih dalam peningkatan kualitas pelayanan publik di daerah. Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan salah satu instrumen transfer daerah yang mengatasi kesenjangan fiskal daerah. Semakin meningkatnya DAK sebagai tindakan afirmatif bagi daerah tertinggal seyogyanya memberikan pengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pengentasan daerah tertinggal. Tujuan dari studi ini adalah mengetahui karakteristik keuangan dan kondisi desentralisasi fiskal daerah tertinggal di Indonesia, serta hubungan DAK terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal pada periode tahun 2010-2012. Dalam studi ini akan digunakan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Metode kuantitatif yang digunakan adalah rasio kemampuan keuangan daerah, rasio kemandirian keuangan daerah tertinggal, serta membandingkan pertumbuhan alokasi DAK per kapita dan pertumbuhan ekonomi per kapita daerah tertinggal. Populasi yang digunakan dalam studi ini adalah 183 kabupaten daerah tertinggal di Indonesia pada tahun 2010-2012. Hasil studi menunjukkan bahwa derajat desentralisasi fiskal pada daerah tertinggal sangat rendah, dan meningkatnya alokasi DAK pada daerah tertinggal tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-03-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/146
10.22212/jekp.v5i1.146
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 5, No 1 (2014); 79-99
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 5, No 1 (2014); 79-99
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/146/94
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (Trial)
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1980
2023-02-06T01:45:24Z
ekp:ART
Factors Influencing the Consumer’s Decision Using Financial Technology: Case Study in Jakarta
Risqiani, Renny
Ginting, Ari Mulianta
Economics, fintech, public policy
fintech; benefit and risk perception; Structural Equation Model; manfaat dan persepsi risiko
Economic evolution started with the first wave of the industrial revolution. Economic evolution brought about changes in the economy. One of these effects is the advancement of technology, which has increased the use of Financial Technology (Fintech) in Indonesia. Fintech usage has risen in Indonesia, particularly in Jakarta. The study’s goal is to look at the elements that influence people’s decision to keep using fintech services. The study used non-probability sampling methods to obtain data from fintech users in Jakarta aged 17 to 35 years old over the research period of March to May 2020. The data was analyzed by using Structural Equation Model (SEM) with the AMOS software program. This study found that competitive pressures in technology services and the ease of digital technology offer consumers a wide range of options. Customers easily switch to other technology services at a reasonably affordable price. The study also found that variable consumer perceptions of benefits and trust variables in fintech services influence consumer attitudes. However, these two variables have no direct effect on the desire to continue using fintech services. Variable risk perception does not affect the attitude and desire of consumers to continue using fintech services. Variable attitudes affect the desire to continue using fintech services. The study results showed that increasing the penetration of fintech and continue consumers to continue to use fintech. It is necessary to improve risk perception to fintech used by consumers.Keywords: fintech, benefit and risk perception, Structural Equation Model AbstrakPerkembangan evolusi perekonomian dimulai dari gelombang pertama hingga masuk revolusi industri membawa perubahan terhadap perekonomian. Salah satu dampak tersebut adalah semakin berkembangnya teknologi. Perkembangan teknologi membawa dampak terhadap peningkatan Financial Technology (Fintech) di Indonesia. Penggunaan fintech di Indonesia mengalami peningkatan khususnya penggunaan fintech di Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi niat untuk terus memanfaatkan layanan fintech. Studi ini mengumpulkan data dari pengguna fintech di Jakarta yang berusia 17 hingga 35 tahun menggunakan metode non-probability sampling dengan periode penelitian dari bulan Maret – Mei tahun 2020. Analisis data menggunakan Structural Equation Model (SEM) dengan program software AMOS. Studi ini menemukan bahwa tekanan persaingan dalam layanan teknologi dan kemudahan teknologi digital menawarkan konsumen berbagai pilihan. Konsumen dengan mudah beralih ke layanan teknologi lain dengan harga yang cukup terjangkau. Penelitian ini juga menemukan bahwa variabel persepsi konsumen terhadap manfaat dan variabel kepercayaan terhadap layanan fintech berpengaruh terhadap sikap konsumen. Namun, kedua variabel tersebut tidak berpengaruh langsung terhadap keinginan untuk terus menggunakan layanan fintech. Variabel persepsi risiko tidak memengaruhi sikap dan keinginan konsumen untuk tetap menggunakan layanan fintech. Variabel sikap memengaruhi keinginan untuk terus menggunakan layanan fintech. Hasil studi menunjukkan bahwa penetrasi fintech meningkat dan konsumen terus menggunakan fintech. Persepsi risiko terhadap fintech yang digunakan konsumen perlu ditingkatkan.Kata kunci: fintech, manfaat dan persepsi risiko, Structural Equation Model
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2022-07-18
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1980
10.22212/jekp.v13i1.1980
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 13, No 1 (2022); 29-41
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 13, No 1 (2022); 29-41
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1980/1044
Copyright (c) 2022 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/84
2018-10-15T06:06:02Z
ekp:ART
Jaminan Produk Halal dalam Perspektif Kelembagaan
Sayekti, Nidya Waras
Economic
jaminan produk halal; lembaga penyelenggara jaminan produk halal; kewenangan
Produk halal kini menjadi trend konsumsi di seluruh dunia, baik di negara muslim maupun nonmuslim. Tidak kurang dari USD650 juta transaksi produk halal terjadi setiap tahunnya. Sebagai negara dengan mayoritas berpenduduk muslim, Indonesia sudah seharusnya memerhatikan kebutuhan warganya dalam mengkonsumsi produk halal, salah satunya melalui pemberian jaminan halal atas produk yang dikonsumsi. Menanggapi kebutuhan tersebut, MUI mendirikan LPPOM pada tahun 1989 untuk memberikan layanan pemeriksaan kehalalan suatu produk pangan, obat-obatan, dan kosmetika. Di sisi lain, kehadiran Undang-Undang Jaminan Produk Halal (UU JPH) yang baru saja ditetapkan telah menjadi payung hukum pelaksanaan JPH di Indonesia. UU tersebut mengamatkan untuk membentuk Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH). Tujuan kajian ini adalah menganalisis sistem JPH yang telah berjalan selama ini, menganalisis kelembagaan dalam pelaksanaan JPH sebelum dan sesuai UU JPH, serta menggambarkan potensi permasalahan dalam UU JPH. Kajian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil studi menunjukkan bahwa pemerintah memberikan kewenangan penyelenggaraan sertifikasi halal kepada LPPOM MUI sejak tahun 2001, di mana sertifikat halal masih bersifat sukarela oleh pelaku usaha dan berlaku hanya untuk 2 tahun. Keberadaan BPJPH memiliki beberapa kekuatan, antara lain penyelenggaraan JPH dan keberadaan LPH menjadi terorganisasi dan masa berlaku sertifikat halal menjadi 4 tahun. Sedangkan kelemahannya antara lain alur proses sertifikasi menjadi panjang dan birokratis karena banyak pihak/lembaga yang terlibat serta masih perlu diatur akuntabilitas dan transparansi kinerjanya. Dalam implementasi, UU tersebut berpotensi menimbulkan masalah yaitu meningkatnya beban APBN/APBD, dominasi LPH, dan kontradiksi antarperaturan.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2014-12-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/84
10.22212/jekp.v5i2.84
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 5, No 2 (2014); 193-209
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 5, No 2 (2014); 193-209
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/84/51
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (Trial)
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1487
2020-07-16T06:35:38Z
ekp:ART
Dampak Sektor Pariwisata terhadap Penerimaan Daerah di Kabupaten Belitung [Impact of Tourism Sector on Regional Income in Belitung Regency]
Harefa, Mandala
economic, public policy
local revenue; tourism; proportion; tourists; impact; Pendapatan Asli Daerah; pariwisata; proporsi; wisatawan; dampak
In recent years tourism becomes one of the important economic sectors as a source of regional income. The local governments that are able to manage tourism objects well will have greater opportunities to increase local revenue (PAD). Belitung Regency is one of the regions that have a major income source from the tourism sector and it has also got famous since the film Laskar Pelangi. To develop the tourism sector is not easy, including how to provide a high contribution to regional income. This study aims to analyze the problem and development of the tourism sector’s contribution to local revenue in the Belitung Regency. A descriptive qualitative method is applied to answer the research. Primary data is obtained through in-depth interviews and focus group discussions (FGD) with relevant stakeholders, while secondary data is sourced from various publications. The results show that regional income from Belitung Regency’s tourism sector tend to increase. The direct impact is obtained from the construction of hotels, restaurants, and transportation procurement. While various tax revenues (hotels and restaurants) and retribution from tourism activities as an indirect impact. Based on the total of regional income, the contribution of the tourism sector’s revenue is less significant. Some points that need to be considered in order to optimize the tourism sector’s revenue in Belitung Regency are to overcome the limitations of tourism object supporting facilities, encourage the quality and quantity of tourism human resources, and encourage more intensive tourism promotion.Keywords: local revenue, tourism, proportion, tourists, impactAbstrakBeberapa tahun terakhir pariwisata menjadi salah satu sektor ekonomi yang penting sebagai sumber penerimaan daerah. Pemerintah daerah yang mampu mengelola objek pariwisata dengan baik akan memiliki peluang lebih besar dalam meningkatkan penerimaan asli daerah (PAD). Kabupaten Belitung menjadi salah satu daerah yang memiliki sumber penerimaan utama dari sektor pariwisata yang semakin terkenal sejak adanya film Laskar Pelangi. Namun demikian, tantangannya tidak mudah untuk mengembangkan sektor pariwisata agar tetap memberikan kontribusi yang tinggi terhadap proporsi pada penerimaan daerah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis masalah dan perkembangan kontribusi sektor pariwisata terhadap PAD Kabupaten Belitung. Metode kualitatif deskriptif digunakan untuk menjawab penelitian tersebut. Data primer diperoleh melalui diskusi dan focus group discussion (FGD) terhadap stakeholders terkait, sedangkan data sekunder bersumber dari berbagai terbitan yang terpercaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan daerah dari sektor pariwisata di Kabupaten Belitung cenderung meningkat. Dampak langsung terhadap PAD diperoleh dari pembangunan hotel, restoran dan pengadaan transportasi. Sedangkan dampak tidak langsung diperoleh dari berbagai penerimaan pajak (hotel dan restoran) dan retribusi dari kegiatan pariwisata yang dilakukan para wisatawan. Namun apabila dilihat secara total dari pendapatan daerah, kontribusi penerimaan dari sektor pariwisata tersebut dinilai masih belum signifikan. Beberapa poin yang perlu diperhatikan guna mengoptimalkan penerimaan dari sektor pariwisata di Kabupaten Belitung adalah mengatasi keterbatasan sarana pendukung objek pariwisata, mendorong kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (SDM) pariwisata, dan mendorong promosi pariwisata yang lebih intensif.Kata kunci: Pendapatan Asli Daerah, pariwisata, proporsi, wisatawan, dampak
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2020-07-15
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1487
10.22212/jekp.v11i1.1487
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 11, No 1 (2020); 65-77
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 11, No 1 (2020); 65-77
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1487/851
Copyright (c) 2020 Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/990
2020-06-15T10:56:59Z
ekp:ART
The Role of Mass Communications to the Market Interventions of Rice Commodity in Indonesia [Peran Komunikasi Massa terhadap Intervensi Pasar Komoditas Beras di Indonesia]
Jati, Kumara
Mardiansyah, Arie
Economic; Public Policy; Trade; Agriculture
market intervensions; ARMA; ARCH/GARCH; structural time-series model; intervensi pasar
The rice is a staple food for the people and significantly contributes to economic development in Indonesia. Occasionally a market intervention should be implemented by the Government of Indonesia during the low harvest season to control and to manage the price of rice and the inflation, so low-income society could meet their basic needs. This study examines how communication aspect is really important as a part of market intervention mechanism to control the price and the stock of rice in Indonesia. Autoregressive and Moving Average, Autoregressive Conditional Heteroskedasticity/Generalized Autoregressive Conditional Heteroskedasticity, and the Structural Time-Series Model are applied with a dummy variable on daily and monthly data of the stock and the price of rice from January 1, 2015 until June 27, 2016. It can be inferred from the data that the form of mass communication by the government to relevant stakeholders (channel distribution and consumers) can run well, especially in order to maintain the supply and the price stabilization of rice. Nevertheless, the ARMA(1,1)-GARCH(1,1) model with dummy variables, inter alia mass communication, and also the number of market operations and rice policy, are not so influential on the price of rice, but more influence on the stock of rice. Then, the Structural Time-Series Model shows that the fluctuation of price and stock is affected by seasonal and cycle components especially more fluctuated in the month of January-March. Therefore, the relevant authorities are expected to maximize the rice policy in order to maintain the price stability in the short term, medium term, and long term.Keywords: market intervensions, ARMA, ARCH/GARCH, Structural Time-Series ModelAbstrakBeras merupakan makanan pokok bagi masyarakat dan secara signifikan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi di Indonesia. Terkadang intervensi pasar harus dilaksanakan oleh pemerintah di luar musim panen untuk mengendalikan dan mengelola harga beras dan inflasi, sehingga masyarakat berpenghasilan rendah dapat memenuhi kebutuhan mereka. Penelitian ini mengkaji bagaimana aspek komunikasi sangat penting sebagai mekanisme intervensi pasar untuk mengendalikan harga dan stok beras di Indonesia. Autoregressive and Moving Average and Autoregressive Conditional Heteroskedasticity/Generalized Autoregressive Conditional Heteroskedasticity serta the Structural Time-Series Model digunakan dengan variabel dummy pada data stok dan harga beras, baik harian maupun bulanan, antara 1 Januari 2015 hingga 27 Juni 2016. Hasil analisis menyimpulkan bahwa komunikasi massa oleh pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan (pelaku usaha dan konsumen) dapat berjalan dengan baik terutama untuk menjaga pasokan dan stabilitas harga beras. Sedangkan analisis lebih lanjut Model ARMA(1,1)-GARCH(1,1) dengan variabel dummy yaitu komunikasi massa, serta jumlah operasi pasar dan kebijakan beras kurang berpengaruh terhadap harga beras namun lebih berpengaruh terhadap stok beras. Kemudian, the Structural Time-Series Model menunjukkan bahwa naik turunnya harga dan stok beras berasal dari komponen musiman dan siklus terutama lebih berfluktuasi pada bulan Januari-Maret. Oleh karena itu, otoritas terkait diharapkan dapat memaksimalkan kebijakan beras untuk menjaga stabilitas harga dan stok beras dalam jangka pendek, menengah, dan panjang.Kata kunci: intervensi pasar, ARMA, ARCH/GARCH, Structural Time-Series Model
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia
2019-02-14
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/990
10.22212/jekp.v9i2.990
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 9, No 2 (2018); 173-186
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 9, No 2 (2018); 173-186
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/990/657
Copyright (c) 2019 Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/4280
2024-01-04T02:21:51Z
ekp:FPG
Preface
Redaksi, Redaksi
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2024-01-04
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Front Pages
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/4280
10.22212/jekp.v14i1.4280
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 14, No 1 (2023)
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 14, No 1 (2023)
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/4280/1203
Copyright (c) 2023 Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/122
2018-10-15T04:38:09Z
ekp:ART
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PRODUKSI GARAM NASIONAL
Izzaty, .
Permana, Sony Hendra
Economic, Public Policy
Industri Garam; Impor; Pemberdayaan; Stok Penyangga.
Garam memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusiasebab garam digunakan untuk konsumsi dan industri setiap hari. Produksigaram nasional masih jauh di bawah kebutuhan masyarakat Indonesia,padahal Indonesia adalah Negara kepulauan yang luas lautnya lebih luas daridaratan. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan Pemerintah danalternatifnya dalam mendorong peningkatan produksi garam. Hasil kajianmenunjukkan bahwa permasalahan industri garam seperti lemahnyainstitusi kelembagaan, dan posisi tawar petambak garam akibat tidakmemadainya infrastruktur dan fasilitas produksi akibat lahan potensial tidak semuanya dimanfaatkan untuk memproduksi garam dan masih dikelola secara tradisional. Selain itu masalah permodalan, regulasi yang menyangkut pengaturan penetapan harga awal dan pengaturan garam impor, isu tata niaga yang terkait dengan impor, serta masih tingginya deviasi harga, serta terjadinya penguasaan kartel perdagangan garam pada tingkat lokal dan regional. Kebijakan penanganan impor garam dan pemberdayaan usaha garam rakyat diharapkan mampu meningkatkan produksi garam nasional. Di samping itu pembentukan buffer stock (stok penyangga) untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan kebutuhan pangan nasional, khususnya garam, sudah mendesak untuk segera direalisasikan.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-03-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/122
10.22212/jekp.v2i2.122
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 2, No 2 (2011); 657-680
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 2, No 2 (2011); 657-680
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/122/77
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (Trial)
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/2019
2021-12-30T22:55:26Z
ekp:ART
Dampak Penerapan Rencana Aksi APEC pada Lima Indikator Ease of Doing Business terhadap Pendirian Usaha di Kawasan APEC
Yunita, Elsya
Soesilo, Nining Indroyono
Economic; Public Policy
APEC; ease of doing business; firm creation; regulation; panel data; kemudahan berusaha; pendirian usaha; regulasi; data panel
Inefficient business regulation may hinder the growth of business activities. In 2009, APEC established the APEC Ease of Doing Business Action Plan (the APEC Action Plan) to promote business regulatory reforms in its member region. There are five indicators of ease of doing business identified as reform priorities in the APEC Action Plan, namely starting a business, dealing with construction permits, getting credit, trading across borders, and enforcing contracts. This study tested the impact of regulatory reforms on these fiveindicators on firm creation in the APEC region in the presence of the APEC Action Plan as an intervention. Using a combination of Fixed Effects Model, Random-Effects Model, and Random Effects-instrumental variables on the panel data of 15 APEC member economies over the 2006-2018 period, results show a better score improvement in the five indicators of ease of doing business after implementing the APEC Action Plan. Regulatory reforms on the starting a business indicator have the most significant impact on firm creation in the APEC region. Specifically, the increasing number of firm creations is strongly driven by the decreasing number of days required to obtain a license to start a business. The other four indicators show an insignificant relationship to the firm creation. APEC members are suggested to design policies that focus on providing licensing services to start a business that is easy, cheap, and fast. For example, by implementing “one-stop-shops” services and developing electronic-based services to speed up the licensing process and minimize costs.Keywords: APEC, ease of doing business, firm creation, regulation, panel dataAbstrakRegulasi usaha yang tidak efisien dapat menghambat pertumbuhan aktivitas usaha. Pada tahun 2009, APEC menetapkan Rencana Aksi Kemudahan Berusaha APEC (Rencana Aksi APEC) sebagai bentuk intervensi untuk mendorong perbaikan regulasi usaha di kawasan anggotanya. Terdapat lima indikator kemudahan berusaha yang menjadi prioritas perbaikan dalam Rencana Aksi APEC, yaitu memulai usaha, perizinan terkait mendirikan bangunan, akses perkreditan, perdagangan lintas negara, dan penegakan kontrak. Penelitian ini menguji bagaimana dampak perbaikan regulasi usaha pada kelima indikator tersebut terhadap pendirian usaha di kawasan APEC, dalam kondisi adanya intervensi berupa penerapan Rencana Aksi APEC. Menggunakan kombinasi Fixed Effects Model, Random-Effects Model, dan Random Effect-instrumental variable pada data panel 15 ekonomi anggota APEC tahun 2006-2018, hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perbaikan skor pada lima indikator kemudahan berusaha setelah adanya penerapan Rencana Aksi APEC. Perbaikan regulasi pada indikator memulai usaha memiliki pengaruh paling signifikan terhadap pendirian usaha di kawasan APEC, di mana peningkatan jumlah pendirian usaha di kawasan APEC dipengaruhi secara signifikan oleh penurunan jumlah hari yang dibutuhkan untuk mengurus perizinan memulai usaha. Adapun empat indikator kemudahan berusaha lainnya menunjukkan hubungan yang tidak signifikan terhadap pendirian usaha. Dari hasil penelitian, disarankan agar anggota APEC merancang kebijakan yang memfokuskan pada penyediaan layanan perizinan memulai usaha yang mudah, murah dan cepat. Misalnya dengan mengimplementasikan layanan “one-stop shops” serta mengembangkan layanan berbasis elektronik untuk mempercepat proses perizinan dan meminimalkan biaya yang harus dikeluarkan.Kata kunci: APEC, kemudahan berusaha, pendirian usaha, regulasi, data panel
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2021-12-31
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/2019
10.22212/jekp.v12i2.2019
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 12, No 2 (2021); 89-101
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 12, No 2 (2021); 89-101
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/2019/1012
Copyright (c) 2021 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/75
2018-10-29T04:51:25Z
ekp:ART
PERUBAHAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN DAN PERANNYA DALAM MEMPERKUAT FUNGSI BUDGETAIR PERPAJAKAN
Satya, Venti Eka
Dewi, Galuh Prila
Economic, Public Policy
Pajak, Pajak Penghasilan, Perubahan UU, Tarif Pajak.
The income tax law that was passed in Indonesia in 1983, has been amended for several times. This study discusses about the objectives and main points of changes have been made to income tax laws. This paper also discusses the impact of the changes in general and whether changes in tax rates have a significant impact on the state income tax revenue. The portion of tax revenue derived from income tax showed an increase as well as the increasing number of taxpayers. It is one positive side of the reform legislation of this income, but the changes did not have a significant influence to the state revenues. This is caused by the motif of that changes is not only to meet the budgetair function, but also for the other tax functions.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-03-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/75
10.22212/jekp.v1i1.75
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 1, No 1 (2010); 75 - 100
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 1, No 1 (2010); 75 - 100
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/75/42
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (Trial)
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1661
2020-07-16T06:25:11Z
ekp:FPG
Front Cover
Redaksi, Redaksi
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2020-01-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Front Pages
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1661
10.22212/jekp.v10i2.1661
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 10, No 2 (2019)
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 10, No 2 (2019)
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1661/823
Copyright (c) 2020 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/835
2020-06-15T11:01:43Z
ekp:ART
Strategi Peningkatan Daya Saing Industri Bandeng di Kabupaten Indramayu [Increasing Competitiveness Strategy of Milkfish Industry in Indramayu]
Dhelia, Ia Arga
Oktaviani, Rina
Iskandar, Budhi Hascaryo
Fisheries
AHP; analisis gap; daya saing; industri bandeng; model Porter’s diamond; competitiveness; gap analysis; milkfish industry; Porter’s diamond model
The fisheries sector played an important role in the formation of national gdp with the capture fisheries and aquaculture sector as the main pillar. Director general of aquaculture claimed that milkfish is an option to increase aquaculture production that has not yet been optimized though it is affordable, rich in the womb nutrition, easy to cultivate, and will raise the income of the coastal communities. West Java were the third largest of milkfish producers in Indonesia and more than half of its production produced in Indramayu. Indramayu had the largest pond potential in West Java. Its production always beyond the target and increased each years. The purpose of this study is to identify the factual condition of milkfish fisheries in Indramayu, analyze industrial competitiveness of milkfish in Indramayu, and find the policy strategy to improve industrial competitiveness of milkfish in Indramayu. The analytical methods used were Porter’s diamond model, gap analysis, and anaytical hierarchy process (AHP). The results of the analysis showed that Indramayu can increase its competitiveness by concern to the several factors, such as increasing the quality of human resources, the creation of accessibility capital resources, strengthening infrastructure, and ease cooperation with supporting industry and related industries. The main factor was capital resources, with main actor and objective were businessman and to increase income of it. The following alternative strategies based on priority were increase production strategy, infrastructure strengthening strategy, cooperation strengthening among stakeholders, counseling strategy, and regulatory improvement strategy.Keywords: AHP, competitiveness, gap analysis, milkfish industry, Porter’s diamond modelAbstrakSektor perikanan berperan penting dalam pembentukan PDB nasional dengan tumpuan utama sektor perikanan tangkap dan budidaya perikanan. Dirjen Perikanan Budidaya menyatakan ikan bandeng merupakan salah satu pilihan untuk meningkatkan produksi perikanan budidaya yang belum optimal meskipun harganya terjangkau, kaya akan kandungan gizi, budidaya mudah dilakukan, dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir. Provinsi Jawa Barat menjadi produsen bandeng terbesar ke tiga di Indonesia dan lebih dari setengah produksinya dihasilkan di Kabupaten Indramayu. Kabupaten Indramayu memiliki potensi tambak terluas di Jawa Barat. Produksinya selalu melampaui target dan meningkat setiap tahunnya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kondisi faktual perikanan bandeng di Kabupaten Indramayu, menganalisis daya saing industri bandeng di Kabupaten Indramayu, dan merumuskan strategi kebijakan untuk meningkatkan daya saing industri bandeng di Kabupaten Indramayu. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah model Porter’s diamond, analisis gap, dan analytical hierarchy process (AHP). Hasil analisis menunjukkan bahwa Kabupaten Indramayu dapat meningkatkan daya saing dengan memerhatikan beberapa faktor, yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia, terciptanya kemudahan akses sumber daya modal, penguatan infrastruktur, serta kemudahan kerja sama dengan industri pendukung dan industri terkait. Faktor utama adalah sumber daya modal, dengan aktor dan tujuan utama adalah pelaku usaha dan meningkatkan pendapatan pelaku usaha. Strategi alternatif berdasarkan prioritas secara berturut-turut adalah strategi meningkatkan produksi, strategi penguatan infrastruktur, strategi peningkatan kerja sama antar stakeholder, strategi penyuluhan, serta strategi perbaikan regulasi.Kata kunci: AHP, analisis gap, daya saing, industri bandeng, model Porter’s diamond
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2018-06-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/835
10.22212/jekp.v9i1.835
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 9, No 1 (2018); 1-14
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 9, No 1 (2018); 1-14
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/835/566
Copyright (c) 2018 Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/175
2018-10-15T05:06:30Z
ekp:ART
SEKTOR KONSTRUKSI NASIONAL DAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI
Suhartono, .
Economic, Public Policy
sektor konstruksi; kompetisi; kebijakan
Industri konstruksi telah menjadi sektor ekonomi yang penting bagi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Posisinya di tempat ketiga terbesar dalam pertumbuhan ekonomi. Oleh karena sektor ini sangat menarik bagi pengusaha jasa konstruksi. Selain itu, produk konstruksi telah menjadi modal aset bagi bangsa, negara, masyarakat, dan menjadi simbol kemajuan bangsa. Besarnya daya tarik sektor ini, mengarah ke kompetisi dan menarik kepentingan antara negara dan masyarakat, antara negara-negara atau antara sekelompok orang di mana hal tersebut pada akhirnya mempengaruhi perkembangan sektor ini. Untuk mengatur hal itu, Indonesia memerlukan penataan sektor, karena perubahan dalam tantangan global, dinamika sosial, dan politik di tingkat nasional harus dikelola dengan baik untuk pertumbuhan sektor konstruksi. Hal ini seharusnya dapat diatur melalui perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Kostruksi.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-03-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/175
10.22212/jekp.v3i1.175
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 3, No 1 (2012); 137-163
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 3, No 1 (2012); 137-163
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/175/120
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (Trial)
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/2023
2021-07-30T05:11:00Z
ekp:ART
Dampak Kebijakan Hilirisasi Industri Kelapa Sawit terhadap Permintaan CPO pada Industri Hilir
Irawan, Bambang
Soesilo, Nining Indroyono
Economic; Public Policy
downstreaming policy; CPO consumption; downstream industry; Fixed Effect Model; kebijakan hilirisasi; konsumsi CPO; industri hilir
The Indonesian palm oil industry has an important role in the national economy as a foreign exchange earner, a provider of employment and a source of household income. In developing the palm oil industry, Indonesia only emphasizes on CPO exports so that the added value obtained is still low. Domestic consumption of CPO is only about 30 percent, while the other 70 percent is exported. This study aims to analyze the impact of the government’s downstream policy on CPO consumption in the downstream industry. The analysis technique used in this study is Fixed Effect Model on panel data from the downstream CPO industries with the 2000-2015 research year period. The results showed that the downstream policy and the export duty did not have a significant effect on CPO consumption. The number of companies and international CPO prices have a positive and significant effect, while the price gap and production output in the previous year have a significant negative effect on CPO consumption. Industries that have a significant influence in absorbing domestic CPO are the palm cooking oil industry, the pet food ration industry, the basic oleochemical and biodiesel industry, and the edible oil and vegetable fats industry. Meanwhile, the coconut cooking oil industry and the soap and cleaning industry did not have a significant effect. From the results of this study, it is suggested that downstream policies should be accompanied by accelerated in infrastructure development and adequate energy availability so as not to hamper production and smooth logistics.Keywords: downstreaming policy, CPO consumption, downstream industry, Fixed Effect ModelAbstrakIndustri minyak sawit Indonesia memiliki peran penting bagi perekonomian nasional sebagai penghasil devisa dan penyedia lapangan kerja serta sumber pendapatan rumah tangga. Dalam pengembangan industi sawit ini, Indonesia hanya menekankan pada ekspor CPO sehingga nilai tambah yang diperoleh masih rendah. Konsumsi CPO domestik hanya sekitar 30 persen, sedangkan 70 persen lainnya diekspor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak dari kebijakan hilirisasi dari pemerintah terhadap konsumsi CPO pada industri hilir. Teknik analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah Fixed Effect Model pada data panel dari industri-industri hilir CPO dengan periode tahun penelitian 2000-2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan hilirisasi dan kebijakan bea keluar tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap konsumsi CPO domestik. Sementara itu jumlah perusahaan dan harga CPO internasional mempunyai pengaruh yang postif dan signifikan, sedangkan gap harga dan output produksi tahun sebelumnya berpengaruh negatif signifikan terhadap konsumsi CPO pada industri hilir. Industri yang berpengaruh signifikan dalam menyerap CPO domestik adalah industri minyak goreng kelapa sawit, industri ransum makanan hewan, industri oleokimia dasar dan biodiesel serta industri minyak makan dan lemak nabati lainnya. Sedangkan industri minyak goreng kelapa dan industri sabun dan bahan pembersih keperluan rumah tidak berpengaruh secara signifikan. Dari hasil penelitian ini disarankan kebijakan hilirisasi harus dibarengi oleh percepatan pembangunan infrastruktur dan ketersediaan energi yang memadai sehingga tidak menghambat produksi dan juga kelancaran logistik.Kata kunci: kebijakan hilirisasi, konsumsi CPO, industri hilir, Fixed Effect Model
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2021-07-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/2023
10.22212/jekp.v12i1.2023
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 12, No 1 (2021); 29-43
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 12, No 1 (2021); 29-43
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/2023/980
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/downloadSuppFile/2023/316
Copyright (c) 2021 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/66
2018-10-15T05:18:12Z
ekp:ART
ANALISIS KINERJA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA: PRA DAN PASCA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH
Sayekti, Nidya Waras
Mauleny, Ariesy Tri
Economic
perbankan syariah; Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah; analisis kebijakan
Bank memiliki peranan sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat suatu negara, dan bank syariah dapat menjadi alternatif dalam membantu pencapaiannya. Perbankan syariah membutuhkan landasan hukum dalam operasionalisasinya sehingga dapat memberikan kontribusi yang maksimum bagi perekonomian nasional. Oleh karena itu, pemerintah mengesahkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pada tanggal 16 Juli 2008. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perkembangan kinerja perbankan syariah pra dan pasca Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah serta permasalahan yang dihadapinya dan strateginya dalam mengembangkan perbankan syariah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dengan melakukan review dan sintesis serta analisis tren terhadap perkembangan kinerja perbankan syariah di Indonesia. Keberadaan Undang-Undang tersebut telah mendukung kinerja perbankan syariah di Indonesia. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan kinerja perbankan syariah dilihat dari sisi aktiva, penghimpunan dana pihak ketiga, penyaluran pembiayaan, jumlah jaringan kantor bank, serta rasio-rasio keuangan. Namun dalam perkembangannya, perbankan syariah tidak luput dari permasalahan yang dihadapi oleh Bank Indonesia sebagai regulator dan pengawas serta pelaku industri dalam mengembangkan industri perbankan syariah. Permasalahan tersebut antara lain, belum adanya fatwa dan peraturan teknis operasionalisasi beberapa produk perbankan syariah yang prospektif untuk dikembangkan, minimnya tenaga profesional di bidang perbankan syariah, dan kebutuhan modal yang tinggi untuk melakukan spin off bagi unit usaha syariah. Strategi yang dapat dilakukan oleh Bank Indonesia dan pelaku industri perbankan syariah antara lain yaitu (a) proaktif mempromosikan sistem perbankan syariah kepada masyarakat luas, dan (b) meningkatkan layanan dan permodalan untuk mewujudkan perbankan syariah yang kuat dan sehat.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-03-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/66
10.22212/jekp.v4i1.66
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 4, No 1 (2013); 27-38
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 4, No 1 (2013); 27-38
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/66/33
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (Trial)
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1650
2020-06-15T09:23:28Z
ekp:BP
Back Cover
Redaksi, Redaksi
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2019-06-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1650
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 10, No 1 (2019)
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 10, No 1 (2019)
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1650/812
Copyright (c) 2020 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/691
2020-06-15T11:15:36Z
ekp:ART
Impact of Increase on the Inter Household Transfers on the Economy in Indonesia
Winardi, Wisnu
Susanto, Hadi
Martana, Kadim
Economic; Public Policy
inter household transfers; social solidarity; CGE model; economic aspects
In these recent years Indonesian economy has gained a robust growth coupled with declining unemployment rate and poverty rate. However, the achievement is still flawed by persistent problem of income distribution. As a large country with heterogeneous population that bound by strong cultural and religious values, Indonesia has underlying factors to improve the situation. One of the important factors is inter household transfers. This research aims at identifying economy-wide impacts of increased inter household transfers as a reflection of better social care on some aspects of national economy. This research utilized CGE model with 2008 Indonesia Social Accounting Matrix as database and analyzed the model with the assumption of long term period of simulation result. Results suggest that increased inter household transfers brought about positive changes in all household income, improved government income, fixing price level as well as distributional income. Furthermore, the shocks cause adjustment in the national economic structure on expenditure, particularly on household consumption and investment. Share of household consumption to GDP is expected to slightly decrease, while that investment is to increase. These findings indicate that the increased household transfers are worth conducting from the view point of social aspects as well as economic aspects.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2017-07-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/691
10.22212/jekp.v8i1.691
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 8, No 1 (2017); 1-12
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 8, No 1 (2017); 1-12
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/691/531
Copyright (c) 2017 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1646
2020-06-08T07:18:38Z
ekp:BP
oai:jurnal.dpr.go.id:article/164
2018-10-15T04:25:27Z
ekp:ART
Upaya Peningkatan Ekspor Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Melalui Peningkatan Daya Saing Produk
Rasbin, .
Ginting, Ari Mulianta
Economic, Public Policy
UMKM; Daya Saing; Standarisasi; Pemeringkatan
The ability of Micro, Small and Medium-sized Enterprises (UMKM) to survive amid globalization and world trade liberalization is highly important to Indonesia for at least two reasons. First, SMEs have historically been one of the key economic actors in the Indonesian economy, accounting for over 90 percent of all the enterprises across sectors and providing employment opportunities for over 90 per cent of the country’s total workforce. Second, the Indonesian trade regime has shifted significantly from a highly protected market to a more open economic system. By focusing on SMEs in Indonesia, this paper analyzes how to increase the purchasing power of demand from other country, and government’s efforts of infra-structure better of, product standardisation, and good governance to SMEs that are verry important to implement. It is also, the government, especially at the district level (e.g. provincial or municipal), have a best role to play, such as by providing technicalassistance, information, soft loans, as well as in facilitating the cooperation between SMEs and local universities, R&D institutes, and business associations.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-03-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/164
10.22212/jekp.v2i1.164
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 2, No 1 (2011); 395-525
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 2, No 1 (2011); 395-525
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/164/108
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (Trial)
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/3768
2023-11-02T10:36:40Z
ekp:FPG
Preface
Redaksi, Redaksi
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2023-02-06
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Front Pages
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/3768
10.22212/jekp.v13i2.3768
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 13, No 2 (2022)
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 13, No 2 (2022)
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/3768/1106
Copyright (c) 2023 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/104
2018-10-15T05:10:19Z
ekp:ART
OVERVIEWFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERINGKAT OBLIGASI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTOR
Satya, Venti Eka
Sudarwati, Yuni
Economic, Public Policy
obligasi; pemeringkatan obligasi; teori sinyal; investor; rasio keuangan
Obligasi merupakan suatu kontrak utang dari penerbit kepada investor dengan janji akan mengembalikan pokoknya pada waktu yang telah ditentukan. Dan sebagai kompensasinya investoratau bondholderakan memperoleh kupon (bunga obligasi) yang dibayarkan secara periodik. Rating obligasi memberikan informasi dan sinyal mengenai tingkat profitabilitas dan kegagalan utang suatu perusahaan. Pemeringkatan obligasi dilakukan oleh lembaga rating independen, baik yang berskala nasional maupun internasional. Lembaga pemeringkat obligasi memiliki metode tersendiri dalam menentukan peringkat suatu obligasi. Tulisan ini membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemeringkatan obligasi, baik itu obligasi pemerintah maupun perusasahaan privat. Selanjutnya dipaparkan mengenai dampaknya terhadap pengambilan keputusan yang diambil oleh investor. Untuk menjawab tujuan penelitian tersebut penulis melakukan literature reviewterhadap berbagai artikel, buku, maupun hasi-hasill penelitian. Dari review tersebut penulis menyimpulkan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian obligasi, baik pemerintah maupun perusahaan privat. Rating obligasi pemerintah dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro, fiskal, politik, dan sosial seperti tingkat pengangguran. Sedangkan yang mempengaruhi ratingobligasi perusahaan terbagi atas dua faktor yaitu faktor-faktor akuntansi dan nonakuntansi. Faktor-faktor akuntansi yang berpengaruh adalah rasio kas, profitabilitas, likuiditas, leverage, growth,dan size. Sedangkan faktor nonakuntansi adalah tingkat jaminan obligasi, singking fund, reputasi auditor, maturity, dan corporate governance. Dampak dari pemeringkatan obligasi pemerintah terhadap perilaku investor terlihat dari meningkatnya jumlah investasi luar negeri. Akan tetapi hal ini tidak berdampak secara signifikan pada perilaku investor perusahaan. Sedangkan pemeringkatan obligasi perusahaan terlihat berdampak secara signifikan terhadap expected returninvestor.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-03-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/104
10.22212/jekp.v3i2.104
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 3, No 2 (2012); 139-151
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 3, No 2 (2012); 139-151
2086-6313
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (Trial)
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/49
2018-10-15T05:43:29Z
ekp:ART
KEBIJAKAN PENETAPAN UPAH MINIMUM DI INDONESIA
Izzaty, .
Sari, Rafika
Economic
kebijakan upah minimum; produktivitas; kebutuhan hidup layak; pekerja
Penetapan upah minimum berperan dalam meningkatkan upah para pekerja yang masih berpendapatan di bawah upah minimum. Upah minimum yang ideal akan mampu memenuhi harapan pekerja, pengusaha, dan pencari kerja. Kebijakan upah minimum tidak hanya berdampak pada upah pekerja dengan tingkat upah di sekitar upah minimum, tetapi juga berdampak ke seluruh distribusi upah, harga, iklim usaha, dan penyerapan tenaga kerja. Paper ini bertujuan untuk mengetahui tahapan penetapan upah minimum dan kebijakan yang mempengaruhi penetapan upah minimum di Indonesia. Metode yang digunakan dalam membahas studi ini adalah metode deskriptif dengan memanfaatkan data sekunder dan publikasi yang ada. Penetapan upah minimum masih menghadapi kendala di antaranya mekanisme bersifat adhoc dan tidak pasti sehingga upah minimum sulit diprediksi dan diperhitungkan. Penetapan upah minimum yang ada saat ini hanya memperhatikan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dan belum memperhatikan faktor lainnya seperti pertumbuhan ekonomi, produktivitas, dan usaha marjinal. Pemerintah perlu berhati-hati dalam menaikkan upah minimum untuk menghindari sejumlah masalah berupa tingkat ketidakpatuhan yang tinggi dan menghambat ekspansi lapangan kerja. Upah minimum yang ideal akan mampu memenuhi harapan pekerja, pengusaha, dan pencari kerja.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-03-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/49
10.22212/jekp.v4i2.49
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 4, No 2 (2013); 131-145
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 4, No 2 (2013); 131-145
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/49/16
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (Trial)
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1158
2020-06-15T09:23:28Z
ekp:ART
The Spillover Effects from Foreign Direct Investment (FDI) on Labor Productivity: Evidence from Indonesian Manufacturing Sector [Efek Spillover dari Foreign Direct Investment (FDI) terhadap Produktivitas Tenaga Kerja: Studi pada Sektor Manufaktur Indonesia]
Karentina, Riesta
Economics; Public Policy; International Economics
FDI spillovers; horizontal spillover; backward spillover; labor productivity; produktivitas tenaga kerja
Despite growing concern regarding the productivity benefits of foreign direct investment (FDI), few studies have been conducted on the impact of FDI spillovers on domestic firms’ labor productivity in Indonesia. This study aims to do three things. First, it examines the effect of FDI spillovers on domestic firms’ productivity. Second, it investigates the short-term and long-term effects of FDI spillovers on domestic firms’ productivity. Third, it explores the impact of FDI spillovers on domestic firms’ productivity in different groups of industries based on their factor intensity. Micro-level panel data covering about 20,000 medium and large manufacturing establishments in each year over the period 2010 and 2014 was employed. This study suggests that, within the same industry, horizontal spillovers are associated with domestic firms’ productivity: this relationship is negative in the short-term but positive in the long-term. This study’s findings also demonstrate that, across industries, there are negative backward spillover effects on domestic firms’ productivity. In addition, this study points out that FDI spillovers affect domestic firms’ productivity effectively when they are capital-intensive. Therefore, the results imply the importance of maintaining a long-term perspective toward foreign-invested firms in Indonesia and the government needs to stimulate policies that can enhance domestic firms’ capacity to supply intermediate materials and capital to foreign firm in downstream market by truncating the technology gap between foreign and domestic firms.Keywords: FDI spillovers, horizontal spillover, backward spillover, labor productivityAbstrakMeskipun perhatian terkait manfaat foreign direct investment (FDI) terhadap produktivitas semakin berkembang, masih sedikit penelitian yang menguji pengaruh FDI spillovers terhadap produktivitas tenaga kerja pada perusahaan domestik di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan tiga hal. Pertama, menguji pengaruh FDI spillovers terhadap produktivitas perusahaan domestik. Kedua, menginvestigasi dampak jangka pendek dan jangka panjang dari FDI spillovers terhadap produktivitas perusahaan domestik. Ketiga, menelaah lebih dalam dampak dari FDI spillovers terhadap produktivitas perusahaan domestik pada kelompok industri yang berbeda berdasarkan intensitas faktor produksinya. Penelitian ini menggunakan mikro panel data yang mencakup kurang lebih 20.000 perusahaan industri manufaktur sedang dan besar tiap tahunnya pada tahun 2010-2014. Hasil estimasi menunjukkan bahwa, di industri yang sama, horizontal spillovers memiliki pengaruh negatif terhadap produktivitas perusahaan domestik di jangka pendek namun positif pada jangka panjang. Hasil estimasi juga menunjukkan bahwa di industri yang berbeda, backward spillovers berdampak negatif terhadap produktivitas perusahaan domestik. Selain itu, FDI Spillovers memengaruhi produktivitas perusahaan domestik dengan lebih efektif ketika industri tersebut capital-intensive. Dengan demikian, hasil penelitian menunjukkan pentingnya mempertahankan perspektif jangka panjang terhadap perusahaan investasi asing di Indonesia, dan pemerintah perlu untuk menstimulasi kebijakan yang dapat meningkatkan kapasitas perusahaan domestik dalam memasok barang setengah jadi dan barang modal ke perusahaan asing di pasar hilir dengan cara memotong kesenjangan teknologi antara perusahaan asing dan domestik.Kata kunci: FDI spillovers, horizontal spillover, backward spillover, produktivitas tenaga kerja
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2019-07-09
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1158
10.22212/jekp.v10i1.1158
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 10, No 1 (2019); 19-30
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 10, No 1 (2019); 19-30
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1158/735
Copyright (c) 2019 Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/415
2020-06-16T01:06:57Z
ekp:ART
Tata Kelola Kelembagaan Mineral Fund Dalam Menunjang Pembangunan Berkelanjutan: Studi Kasus Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara
Alwi, La Ode
Dharmawan, Arya Hadi
Fauzi, Akhmad
Hutagaol, M. Parulian
Economic, Public Policy
tata Kelola; kelembagaan; mineral fund; pembangunan berkelanjutan
Pengelolaan pertambangan pada suatu daerah sejatinya dapat memberikan kesejahteraan masyarakat khususnya pada daerah penghasil tambang itu sendiri. Namun yang terjadi justru daerah penghasil tambang terjebak dalam natural resource curse dan dutch disease. Pendapatan daerah dari mineral fund merupakan instrumen cash transfer yang cenderung gagal menyejahterakan masyarakat yang disebabkan adanya bias sasaran, bias program, dan bias koordinasi. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah (1) menentukan indikator kunci tata kelola kelembagaan mineral fund dan (2) menentukan alternatif terbaik dalam pemanfaatan mineral fund. Hasil penelitian menunjukkan (i) indikator kunci yang mempunyai tingkat kepentingan dan pengaruh yang tinggi dalam tata kelola kelembagaan mineral fund adalah adanya ketersediaan regulasi, program yang tepat sasaran, adanya pengawasan terhadap biaya produksi tambang yang digunakan perusahaan, pengawasan hasil produksi tambang yang dihasilkan perusahaan, dan adanya badan pengelola mineral fund yaitu institusi multi pihak (ii) alternatif terbaik pemanfaatan mineral fund yang menunjang pembangunan daerah berkelanjutan, yakni (a) aspek sosial, meliputi peningkatan sarana kesehatan, pendidikan dan ibadah, peningkatan peran masyarakat adat dalam pengambilan keputusan, kualitas SDM yang tinggi, pemberdayaan masyarakat, serta peningkatan peran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan, (b) aspek ekonomi, meliputi pengembangan lembaga ekonomi dan keuangan, diversifikasi ekonomi perdesaan, pembangunan investasi primer, peningkatan iklim investasi dan pengembangan produk lokal, dan (c) aspek ekologi/lingkungan, meliputi: penanganan pencemaran, proteksi dan keselamatan ekologi dan manusia, penanganan munculnya bencana alam dan penanganan lahan akhir sebagai sektor primer.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-12-07
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/415
10.22212/jekp.v7i1.415
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 7, No 1 (2016); 29-42
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 7, No 1 (2016); 29-42
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/415/499
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/155
2018-10-15T05:56:25Z
ekp:ART
KEBIJAKAN PENGENTASAN KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Saragih, Juli Panglima
Economic, Public Policy
kemiskinan; kebijakan pemerintah; Daerah Istimewa Yogyakarta
Angka kemiskinan penduduk di DIY masih relatif tinggi apabila dibandingkan dengan angka kemiskinan secara nasional. Berbagai program kebijakan pengurangan kemiskinan yang telah banyak dilakukan namun ternyata belum mampu mengurangi angka kemiskinan di DIY secara signifikan. Selain itu kebijakan pengentasan kemiskinan di DIY juga belum didukung anggaran yang memadai, baik anggaran pusat maupun daerah. Tujuan penelitian ini untuk mencari alternatif solusi kebijakan ke depan dalam upaya mempercepat mengentaskan kemiskinan di DIY lebih efektif. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif menggunakan metode deskriptifanalisis. Sumber data menggunakan data sekunder yang relevan. Hasil penelitian menemukan bahwa pemerintah pusat dan DIY harus terus berupaya meningkatkan kesejahteraan ekonomi penduduk miskin di daerahnya, dengan menciptakan strategi baru seperti, menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan kesempatan usaha bagi kelompok miskin, serta meningkatkan anggaran baik anggaran negara maupun anggaran daerah. Pemerintah DIY juga perlu melindungi si miskin dari ketidakberdayaannya dan mengidentifikasi serta mengembangkan potensi ekonomi lokal dan usaha-usaha produktif dalam rangka meningkatkan pendapatan per kapita mereka. Koordinasi kebijakan dan program antara pusat dan daerah yang baik sangat membantu dalam mengentaskan kemiskinan di DIY ke depan.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-03-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/155
10.22212/jekp.v6i1.155
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 6, No 1 (2015); 45-59
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 6, No 1 (2015); 45-59
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/155/99
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (Trial)
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/3219
2023-02-06T01:45:23Z
ekp:FPG
Front Cover
Redaksi, Redaksi
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2022-07-18
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Front Pages
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/3219
10.22212/jekp.v13i1.3219
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 13, No 1 (2022)
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 13, No 1 (2022)
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/3219/1050
Copyright (c) 2022 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/93
2018-10-15T06:08:51Z
ekp:ART
Kriminalitas:Sebuah Sisi Gelap Dari Ketimpangan Distribusi Pendapatan
Hendri, Davy
Economic
kriminalitas; distribusi pendapatan; pertumbuhan ekonomi.
Artikel ini menguji hubungan tingkat ketimpangan pendapatan dan kejahatan properti di Indonesia. Analisis dilakukan dengan menggunakan data sosial-ekonomi dari 33 provinsi selama tahun 2007-2011. Hubungan antara indeks Gini sebagai proxy ketimpangan pendapatan dan tingkat kejahatan properti diuji secara ekonometri dengan menggunakan model data panel efek tetap. Penulis menemukan fakta setelah dikontrol dengan berbagai variabel yang ada, ternyata ketimpangan pendapatan berkorelasi positif secara signifikan dengan kejahatan properti. Mengejutkan, bahwa ternyata menurut data yang ada, dalam konteks Indonesia, korelasi kedua variabel berpola U-invers (bentuk punuk). Dengan kata lain, setelah mencapai titik maksimum, peningkatan tingkat kejahatan properti mengalami penurunan begitu indeks Gini menjadi makin memburuk. Faktor lain yang menentukan perbedaan dalam tingkat kriminalitas yang diharapkan oleh literatur yang ada adalah proporsi penduduk perkotaan. Relasi dan pola hubungan indeks Gini dengan kriminalitas juga amat dipengaruhi oleh initial value. Intuisi dari hal ini adalah terjadi konvergensi dalam kriminalitas. Provinsi dengan indeks ketimpangan awal yang rendah akan saling berlomba untuk “mengejar” ketertinggalannya dengan provinsi lain yang telah memiliki indeks Gini dan kriminalitas tinggi. Hasil analisis juga memperlihatkan bahwa pertumbuhan ekonomi noninklusif merupakan salah satu kontributor semakin memburuknya ketimpangan pendapatan. Temuan ini menyiratkan bahwa laju pertumbuhan yang tidak “berkualitas” pada gilirannya secara tidak langsung akan menuntut biaya sosial yang besar, salah satunya berupa kriminalitas yang makin meningkat. Jadi, dinamika data lapangan memberikan peringatan penting bahwa tidak ada jaminan bahwa daerah yang selama ini aman akan terus menikmati kondisi keamanan itu jika lalai dalam menyikapi fenomena ketimpangan pendapatan yang ada. Berdasarkan hal ini, tampak jelas bahwa untuk mengatasi peningkatan tingkat kejahatan properti, pemerintah provinsi harus memiliki strategi yang unik untuk menurunkan ketimpangan pendapatan di antara penduduk sesuai dengan atribut daerahnya.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2014-12-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/93
10.22212/jekp.v5i2.93
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 5, No 2 (2014); 239-252
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 5, No 2 (2014); 239-252
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/93/60
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (Trial)
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1745
2021-07-08T21:02:15Z
ekp:ART
RCEP dari Perspektif Indonesia: Menguji Faktor Kedekatan Pembangunan Sebagai Strategi Peningkatan Ekspor
Can, Edy
Hastiadi, Fithra Faisal
Economic, Public Policy, International Trade, Development Study
export; RCEP; development proximity; gravitation theory; ekspor; kedekatan pembangunan; teori gravitasi
Indonesia and 15 other countries are negotiating the Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) since 2013 until thisresearch has been written. This is a free trade agreement which considered different from what has been made before in the AsiaPacific Region. This research examines development proximity factors as a strategy to increase Indonesia’s exports in the RCEP market through the Gravity Model. The estimation model used is Random Effect Generalized Least Squared and Prais-Winsten with Standard Corrected Errors Panels. The results of the estimated coefficient are then used to determine the trade growth space using the trade potential ratio. The results show GDP per capita, similarity levels of GDP per capita, geographical distance and investment affect Indonesian exports. Indonesia has potential export to seven of 14 countries in RCEP. The highest trade potential ratio values in theRCEP market are New Zealand, Thailand, Australia, the Philippines, the Republic of Korea, Cambodia, and Malaysia. In the agriculturalsector, Indonesia has export potential with eight of the 14 RCEP members. The eight countries are Australia, Cambodia, Laos,Malaysia, New Zealand, the Philippines, the Republic of Korea, and Thailand. Meanwhile, in the manufacturing sector, Indonesia hasexport potential with six out of 14 countries. The six countries are Australia, Cambodia, New Zealand, Singapore, the Philippines, andThailand. This means that Indonesia has better room for export growth in the agricultural sector than in the manufacturing sector.Keywords: export, RCEP, development proximity, gravitation theoryAbstrakIndonesia dan 15 negara lainnya sedang bernegosiasi tentang Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) sejak tahun2013 hingga penelitian ini ditulis. Ini adalah perjanjian perdagangan bebas yang dianggap berbeda dengan yang telah ada sebelum-sebelumnya di Kawasan Asia Pasifik. RCEP akan menghapus tarif dan hambatan nontarif semua perdagangan barang secara substansial serta menghapus secara substansial pembatasan dana atau tindakan diskriminatif sektor jasa. Penelitian ini mengujifaktor-faktor kedekatan pembangunan (development proximity) sebagai strategi untuk meningkatkan ekspor di pasar RCEP denganModel Gravitasi. Model estimasi yang dipergunakan adalah Random Effect Generalized Least Squared dan Prais-Winsten denganPanels Standard Corrected Errors. Hasil dari estimasi koefisien kemudian dipakai untuk mengetahui ruang pertumbuhan perdagangan dengan menggunakan rasio potensi perdagangan. Hasil dari model estimasi menunjukkan PDB per kapita, tingkat kesamaan PDB per kapita, jarak geografis dan investasi berpengaruh terhadap ekspor Indonesia. Indonesia mempunyai ruang pertumbuhan ekspor di tujuh dari 14 negara di RCEP. Nilai rasio potensi perdagangan tertinggi di pasar RCEP adalah Selandia Baru, Thailand, Australia, Filipina, Korea Selatan, Kamboja, dan Malaysia. Di sektor pertanian, Indonesia mempunyai potensi ekspor dengan delapan dari 14 negara yang tergabung dalam RCEP. Delapan negara tersebut yakni Australia, Kamboja, Laos, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Korea Selatan, dan Thailand. Sementara di sektor manufaktur, Indonesia mempunyai potensi ekspor dengan enam dari 14 negara. Keenam negara tersebut yakni Australia, Kamboja, Selandia Baru, Singapura, Filipina, dan Thailand. Ini artinya Indonesia mempunyai ruang pertumbuhan ekspor yang lebih baik di sektor pertanian dibandingkan dengan sektor manufaktur.Kata kunci: ekspor, RCEP, kedekatan pembangunan, teori gravitasi
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2021-02-17
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1745
10.22212/jekp.v11i2.1745
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 11, No 2 (2020); 79-92
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 11, No 2 (2020); 79-92
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1745/922
Copyright (c) 2021 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/351
2018-10-15T06:10:40Z
ekp:ART
AGLOMERASI, PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI, DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JAKARTA
Mauleny, Ariesy Tri
Economic
aglomerasi; sosial ekonomi; pembangunan; Jakarta
Perpaduan pembangunan Jakarta dan daerah sekitarnya secara alami berawal dari aglomerasi yang didorong oleh konsentrasi spasial dari aktivitas ekonomi yang meliputi aspek ruang, tingkat komunitas, skala kota, dan kawasan. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan keterkaitan antara aglomerasi, pertumbuhan, dan perubahan sosial ekonomi yang terjadi di Jakarta. Pendekatan yang digunakan adalah metode estimasi regresi data panel fixed effect menggunakan data kota/kabupaten administrasi di Jakarta tahun 2008-2013. Hasil penelitian menunjukkan aglomerasi produksi berpengaruh nyata dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi namun negatif terhadap tingkat kemiskinan dan IPM. Sementara aglomerasi penduduk berpengaruh nyata dan negatif bagi pertumbuhan dan tingkat kemiskinan namun positif terhadap IPM. Kota/kabupaten yang memiliki tanda fixed effect cross positif terhadap perkembangan sosial ekonomi adalah Jaksel, Jaktim, Jakpus, dan Jakbar, sementara Jakut dan Kepulauan Seribu menunjukkan tanda negatif. Rancangan kawasan megapolitan Jabodetabekjur diharapkan menjadi solusi bagi permasalahan Jakarta seperti banjir, kemacetan dan sampah, serta permasalahan tata ruang lainnya. Mempercepat koordinasi untuk penanganan isu-isu strategis daerah yang dapat meningkatkan kinerja perekonomian secara keseluruhan dan memperluas dampak pemerataan pembangunan, harus segera dilakukan. Pengembangan sistem transportasi yang menunjang aktivitas ekonomi, sosial, dan budaya, perbaikan kualitas jalan, pengembangan angkutan umum massal, serta peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam pengendalian urbanisasi dan pengelolaan tata ruang dan wilayah, menjadi alternatif solusi yang dapat dilakukan.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-08-22
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/351
10.22212/jekp.v6i2.351
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 6, No 2 (2015); 147-162
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 6, No 2 (2015); 147-162
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/351/282
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/142
2018-10-15T05:50:38Z
ekp:ART
UPAYA INDONESIA MENGHADAPI MIGRASI TENAGA KERJA DALAM KOMUNITAS EKONOMI ASEAN (KEA) 2015
Sudarwati, Yuni
Economic
migrasi tenaga kerja; migrasi internasional; Komunitas Ekonomi ASEAN
Indonesia perlu menyiapkan diri dalam menyambut pelaksanaan Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA) pada tahun 2015, terutama terkait sumber daya manusia (SDM). Cetak biru KEA menyepakati pembebasan arus tenaga kerja ahli terbatas sampai tahun 2020. Setelah itu, baik tenaga kerja ahli maupun kurang ahli, bisa melakukan migrasi dengan bebas di seluruh kawasan ASEAN. Sementara pada saat yang sama kondisi tenaga kerja Indonesia masih kurang bersaing di luar negeri maupun untuk bersaing menghadapi serbuan tenaga kerja asing. Kajian dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi tenaga kerja Indonesia saat ini dan upaya yang seharusnya dilaksanakan untuk menyiapkan tenaga kerja yang berdaya saing. Analisis dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan memakai teori-teori tentang migrasi internasional. Hasil kajian menunjukkan bahwa memang kondisi tenaga kerja Indonesia belum berdaya saing. Oleh karena itu diperlukan upaya yang tepat untuk bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM Indonesia sehingga mempunyai daya saing dan siap menghadapi KEA 2015.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-03-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/142
10.22212/jekp.v5i1.142
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 5, No 1 (2014); 15-28
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 5, No 1 (2014); 15-28
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/142/91
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (Trial)
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/2808
2021-12-30T22:55:26Z
ekp:FPG
Preface
Redaksi, Redaksi
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2021-12-31
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Front Pages
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/2808
10.22212/jekp.v12i2.2808
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 12, No 2 (2021)
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 12, No 2 (2021)
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/2808/1019
Copyright (c) 2021 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/80
2018-10-15T03:09:03Z
ekp:ART
DAYA SAING EKSPOR BARANG‐BARANG DARI KARET
Permana, Sony Hendra
Izzaty, Izzaty
Economic and Public Policy
rubber, competitiveness, commodity, export
Indonesia is the second largest rubber producer in the world in which along with Thailand and Malaysia, the market share is about 70%. With the increasing of world demand for rubber planting, Indonesia is the high potential to become the country's first largest rubber producer in the world. However, although Indonesia has the largest rubber plantation area,hers quality and productivity below those 2 countries. This analysis using the Method Revealed Comparative Advantage (RCA), Acceleration Ratio (AR), and Trade Specialization Index (TSI) which hd found that rubber from Indonesia, mostly a raw natural rubber (HS 4001 and 4003), while the other products do not have a competitive advantage. Therefore, it is necessary to increase the productivity and efficiency through the expansion of planting areas, new planting trees, and the using clones superior rubber. In addition, it is necessary to develop the rubber processing industry, to gain added value both for industry in order to reach the welfare of the society.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-03-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/80
10.22212/jekp.v1i2.80
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 1, No 2 (2010); 153 - 187
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 1, No 2 (2010); 153 - 187
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/80/47
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (Trial)
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1485
2020-07-16T06:35:38Z
ekp:ART
Potensi, Peran Pemerintah, dan Tantangan dalam Pengembangan E-Commerce di Indonesia [Potency, Government Role, and Challenges of E-Commerce Development in Indonesia]
Bahtiar, Rais Agil
Ekonomi; Kebijakan Publik
internet; e-commerce; digital economy; ekonomi digital
E-commerce is one of the rising stars from the rapid internet development and becomes global trends for the past ten years. In Indonesia, the number of online shopping site usage and also online transactions tends to increase although infrastructure and regulation are still left behind. These conditions are an opportunity and need a comprehensive policy to leverage how to develop and multiple the benefit from digitalization activity. This paper aims to analyze (a) the potential of e-commerce application for supporting economic growth, (b) the role of government in driving the growth of e-commerce activities, and (c) the challenges to maximize e-commerce activities in the national economy. This paper used a qualitative approach with a literature review method. The finding showed that e-commerce can improve economic growth because it stimulates saving transaction costs, eliminates space and time restrictions, reduces shipping costs, minimizes transportation barriers, facilitates communication between sellers and buyers, and reduces advertising and transportation costs. The government has a pivotal role to implement six strategies for encouraging digital economics, namely knowledge development, knowledge dissemination, subsidies, mobilization, the direction of innovation, and standard-setting. To develop e-commerce activities, there are main challenges that should be copped, which are security and consumer protection, logistics and infrastructure, and taxation related to e-commerce transactions.Keywords: internet, e-commerce, digital economyAbstrakE-commerce merupakan salah satu bentuk kemajuan yang muncul dari pesatnya perkembangan internet dan menjadi tren di dunia selama sepuluh tahun terakhir. Di Indonesia, angka penggunaan situs belanja online dan transaksi toko online cenderung meningkat meskipun infrastruktur dan regulasinya masih tertinggal. Hal ini merupakan peluang besar dan membutuhkan kebijakan yang komprehensif guna dapat mengembangkan dan memanfaatkan aktivitas digitalisasi ekonomi secara optimal. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis (a) potensi dari penerapan e-commerce terhadap pertumbuhan ekonomi, (b) peran pemerintah dalam mendorong pertumbuhan aktivitas e-commerce, dan (c) tantangan yang perlu diatasi agar mampu memaksimalkan potensi dari aktivitas e-commerce dalam ekonomi nasional. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan metode tinjauan literatur. Hasil temuan menunjukkan bahwa praktik e-commerce mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena dapat menghemat biaya transaksi, menghilangkan batasan ruang dan waktu, mengurangi biaya pengiriman, meminimalkan hambatan transportasi, memudahkan komunikasi penjual dan pembeli, dan mengurangi biaya periklanan dan transportasi. Di sisi lain, pemerintah berperan penting untuk melaksanakan enam strategi agar mampu mendorong praktik ekonomi digital, yaitu pembangunan pengetahuan, penyebaran pengetahuan, subsidi, mobilisasi, pengarahan inovasi, dan penetapan standar. Sedangkan tantangan dalam rangka pengembangan aktivitas e-commerce adalah keamanan dan perlindungan konsumen, logistik dan infrastruktur, serta perpajakan terkait transaksi e-commerce.Kata kunci: internet, e-commerce, ekonomi digital
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2020-07-15
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1485
10.22212/jekp.v11i1.1485
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 11, No 1 (2020); 13-25
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 11, No 1 (2020); 13-25
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1485/847
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/downloadSuppFile/1485/162
Copyright (c) 2020 Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/984
2020-06-15T10:56:59Z
ekp:ART
Eksistensi dan Determinan Middle Income Trap di Indonesia [Existence and Determinants of Middle Income Trap in Indonesia]
Lumbangaol, Hotmaria Elecktawati
Pasaribu, Ernawati
Economic; Statistic; Public Policy;
MIT; ECM; PNB per kapita; GNP per capita
World Bank has classified that Indonesia has been included in lower-middle income countries in the last 13 years. This shows that Indonesia’s economic growth is quite stagnant for a long time and made Indonesia very potential to enter MIT. This study applies to identify whether Indonesia is already included in MIT. The time series analysis of ECM is also used to determine actions that can be taken in the long term to get out or avoid MIT. GNP per capita as the basis classification of income groups of countries in the world used as a variable to see MIT. The results show that both in the short and long term, service sector and high-educated labour have a positive effect to GNP per capita. The agricultural sector has a positive effect only in the short term, while the manufacturing sector is negatively affected in the long term. Economic structure condition that not supported together by these economic sectors show that economic structural transformation did not go well and indicates that Indonesia has fallen into MIT. The government is expected to improve the services sector, PMTB, and high-educated labour and improve the agricultural and manufacturing sectors in Indonesia as a way to get out from MIT and transition to developed countries.Keywords: MIT, GNP per capita, ECMAbstrakBank Dunia mengklasifikasikan negara Indonesia ke dalam kelompok negara dengan pendapatan menengah ke bawah (lower-middle income country) selama 13 tahun terakhir. Hal ini, menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup stagnan dalam waktu yang lama dan membuat potensi Indonesia masuk jebakan pendapatan menengah (middle income trap) sangat besar. Penelitian ini, diantaranya bertujuan untuk mengidentifikasi apakah Indonesia telah masuk dalam MIT. Analisis time series ECM digunakan sekaligus untuk mengetahui tindakan apa yang perlu dilakukan dalam jangka panjang untuk keluar atau terhindar dari jebakan pendapatan menengah. PNB per kapita sebagai dasar pengklasifikasian kelompok pendapatan negara-negara di dunia digunakan sebagai variabel untuk melihat MIT. Didapatkan hasil bahwa dalam jangka pendek maupun jangka panjang sektor jasa dan jumlah tenaga kerja berpendidikan tinggi akan berpengaruh positif terhadap PNB per kapita. Sektor pertanian berpengaruh positif hanya dalam jangka pendek, sedangkan sektor manufaktur berpengaruh negatif dalam jangka panjang. Struktur perekonomian yang tidak didukung bersama-sama oleh sektor-sektor ekonomi ini menunjukkan bahwa transformasi struktur ekonomi tidak berjalan dengan baik dan mengindikasikan Indonesia telah masuk dalam jebakan pendapatan menengah. Pemerintah diharapkan dapat meningkatkan sektor jasa, PMTB, dan tenaga kerja berpendidikan tinggi (human capital), serta memperbaiki sektor pertanian dan manufaktur di Indonesia sebagai upaya keluar dari jebakan pendapatan menengah dan bertransisi menuju negara maju.Kata kunci: MIT, PNB per kapita, ECM
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2019-02-14
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/984
10.22212/jekp.v9i2.984
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 9, No 2 (2018); 83-97
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 9, No 2 (2018); 83-97
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/984/658
Copyright (c) 2019 Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/3925
2024-01-04T02:21:51Z
ekp:ART
THE ROLE OF THE SPECIAL AUTONOMY FUND TO IMPROVE THE PUBLIC SERVICE IN THE PAPUA PROVINCE
Ginting, Ari Mulianta
economics; public policy; public service
fiscal policy; public economics; regional autonomy; special autonomy fund; public service; kebijakan fiskal; ekonomi regional; ekonomi publik; ekonomi regional; Dana Otonomi Khusus Papua
This paper examines the special autonomy fund's role in public service in health and education sector in districts/cities in Papua Province. Using panel data from 29 districts/cities in Papua Province covering 2013-2020, our findings are based on panel data. The special autonomy fund has a positive and significant impact on public service in health and education sector in districts/cities in Papua Provinces. Moreover, we identify that fiscal decentralization also positively and significantly affects public service in districts/ cities in Papua Province. A special autonomy fund is a necessary condition for increasing public service. There are requirements to implement the special funding for Papua, such as participation of the people in determining and supervising the use of the special fund, accountability of local government to use the special fund, synergy, and coordination among stakeholders in Papua. Finally, the central government must ensure that special funds must be allocated to public services such as health and education sector. Indonesian Parliament should make an evaluation and monitoring of the special autonomy fund for Papua Province. The evaluation and monitoring of the special autonomy fund are needed in order to fulfill the aims of the fund. Keywords: fiscal policy, public economics, regional autonomy, special autonomy fund, public serviceAbstrakTulisan ini mengkaji peran dana otonomi khusus (otsus) terhadap pelayanan publik baik di bidang kesehatan maupun pendidikan di kabupaten/kota di Provinsi Papua. Menggunakan data panel dari 29 kabupaten/kota di Provinsi Papua tahun 2013-2020, temuan kami didasarkan pada data panel. Dana otsus berdampak positif dan signifikan terhadap pelayanan publik baik di bidang kesehatan maupun pendidikan di kabupaten/kota di Provinsi Papua. Selain itu, kami mengidentifikasi desentralisasi fiskal juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap pelayanan publik di kabupaten/kota di Provinsi Papua. Dana otsus merupakan prasyarat untuk peningkatan pelayanan publik. Ada persyaratan untuk melaksanakan dana khusus untuk Papua, seperti partisipasi masyarakat dalam menentukan dan mengawasi penggunaan dana khusus, akuntabilitas pemerintah daerah untuk menggunakan dana khusus, sinergi, dan koordinasi para pemangku kepentingan di Papua. Terakhir, pemerintah pusat harus memastikan dana khusus harus dialokasikan untuk pelayanan publik seperti sektor kesehatan dan pendidikan. DPR RI perlu mendorong pengawasan dan evaluasi terhadap dana otonomi khusus di Provinsi Papua agar sesuai dengan tujuan pemberian dana tersebut.Kata kunci: kebijakan fiskal, ekonomi regional, ekonomi publik, ekonomi regional, Dana Otonomi Khusus Papua
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2024-01-04
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/3925
10.22212/jekp.v14i1.3925
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 14, No 1 (2023); 47-60
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 14, No 1 (2023); 47-60
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/3925/1199
Copyright (c) 2023 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/111
2018-10-15T05:14:20Z
ekp:ART
PERKEMBANGAN KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN PERUMAHAN DI BATAM
Mangeswuri, Dewi Restu
Purwanto, Niken Paramita
Economic, Public Policy
perumahan; ketersediaan dan kebutuhan; KPR; kebijakan pemerintah
Rumah dan kelengkapannya merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Sebagai daerah yang sedang membangun, kebutuhan perumahan di Batam cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan kinerja ketersediaan dan kebutuhan perumahan rakyat, serta kebijakan antisipatif dalam pengembangannya. Pengumpulan data dilakukan melalui diskusi dan wawancara dengan pakar, serta melalui kajian literatur dan Undang-Undang pendukungnya. Hasilnya menunjukkan bahwa pembangunan perumahan di Batam menunjukkan prospek yang baik. Pemerintah diharapkan mengeluarkan kebijakan dalam hal kemudahan proses pembiayaan dan suku bunga KPR yang kondusif, sehingga mampu mendorong perkembangan ekonomi perumahan, khususnya perumahan tipe menengah dan sederhana.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-03-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/111
10.22212/jekp.v3i2.111
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 3, No 2 (2012); 215-228
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 3, No 2 (2012); 215-228
2086-6313
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (Trial)
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/2331
2021-07-30T05:11:00Z
ekp:FPG
Preface
Redaksi, Redaksi
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2021-07-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Front Pages
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/2331
10.22212/jekp.v12i1.2331
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 12, No 1 (2021)
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 12, No 1 (2021)
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/2331/986
Copyright (c) 2021 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/71
2018-10-15T05:41:07Z
ekp:ART
PERANAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Wuryandani, Dewi
Meilani, Hilma
Economic
UMKM; kebijakan; pemerintah daerah
Keberadaan UMKM di Indonesia berperan penting dalam meningkatkan perekonomian bangsa dan membantu program pemerintah karena merupakan usaha padat karya yang membutuhkan banyak tenaga kerja. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai sumber daya manusia yang potensial dari segi akademis, merupakan sumber calon-calon enterpreneur muda yang kreatif dan inovatif. Namun tanpa dukungan dan dorongan yang maksimal dari pemerintah daerah, hal tersebut akan menjadi kendala. Adapun beberapa kendala yang masih dihadapi oleh UMKM di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, adalah (1) pemasaran, (2) modal atau pendanaan, (3) inovasi dan pemanfaatan teknologi informasi, (4) ketersediaan bahan baku, (5) peralatan produksi, (6) penyerapan dan pemberdayaan tenaga kerja, (7) rencana pengembangan usaha, dan (8) kesiapan menghadapi tantangan eksternal. Masih adanya tumpang tindih kebijakan antar daerah, juga antar daerah dan pusat, sehingga pemerintah daerah perlu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi UMKM untuk menghasilkan produk berkualitas ekspor.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-03-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/71
10.22212/jekp.v4i1.71
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 4, No 1 (2013); 103-115
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 4, No 1 (2013); 103-115
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/71/38
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (Trial)
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1656
2020-06-15T11:01:43Z
ekp:BP
Back Cover
Redaksi, Redaksi
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2018-06-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1656
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 9, No 1 (2018)
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 9, No 1 (2018)
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/1656/818
Copyright (c) 2020 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/821
2020-06-16T01:08:51Z
ekp:ART
Analisis Perbandingan Peta Kemampuan Keuangan Daerah Penghasil SDA dan Non-SDA di Era Desentralisasi Fiskal Studi Kasus: Penggunaan Metode Kuadran
Haryanto, Joko Tri
Public Policy
penghasil SDA; metode kuadran; share; growth
Pemetaan kemampuan keuangan daerah sangat penting untuk melihat tingkat kemandirian daerah dalam menjalankan kewenangannya. Dalam beberapa kasus, rendahnya kemandirian daerah, selain disebabkan oleh lemahnya penerimaan PAD juga disebabkan oleh beban pengelolaan belanja APBD yang besar. Di sisi lain, kondisi daerah di Indonesia sangat bervariasi. Beberapa daerah merupakan penghasil SDA dan beberapa lainnya tergolong non-SDA namun memiliki basis pajak yang besar. Sementara sebagian besar daerah lainnya justru tidak memiliki kekayaan apapun. Dengan kondisi yang sangat bervariasi tersebut, tentu dibutuhkan sebuah analisis yang komprehensif dalam pengambilan kebijakan secara nasional dengan tetap memerhatikan karakteristik masing-masing daerah. Sayangnya, penelitian dengan mendasarkan karakteristik daerah tersebut belum banyak dilakukan. Untuk itulah di tahap awal, kajian ini memfokuskan analisis pada perbandingan daerah penghasil SDA dan non-SDA. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuadran dengan pendekatan analisis share dan growth dari masing-masing daerah. Dari hasil analisis share, disimpulkan bahwa daerah penghasil SDA memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan daerah non-SDA. Sebaliknya dari analisis growth, daerah non-SDA memiliki nilai lebih besar dibandingkan daerah penghasil SDA. Dari analisis metode kuadran, hanya Kabupaten Badung yang masuk di kuadran I. Seluruh daerah non-SDA masuk di kuadran II, sementara keseluruhan daerah penghasil SDA masuk di kuadran III minus Kabupaten Indragiri Hilir. Di dalam kuadran IV, dari seluruh lokus penelitian hanya ada Kabupaten Indragiri Hilir. Berdasarkan hasil tersebut, pemerintah wajib memfokuskan kebijakan Transfer ke Daerah kepada daerah-daerah yang berada kuadran IV sehingga ke depannya mereka dapat melakukan berbagai perbaikan menuju kondisi yang lebih baik.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
Fiscal Policy Agency
2017-12-31
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/821
10.22212/jekp.v8i2.821
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 8, No 2 (2017); 103-116
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 8, No 2 (2017); 103-116
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/821/563
Copyright (c) 2017 Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:jurnal.dpr.go.id:article/1666
2020-06-15T02:05:06Z
ekp:FPG
oai:jurnal.dpr.go.id:article/171
2018-10-15T04:51:40Z
ekp:ART
PENGARUH TIGA INDIKATOR SEKTOR KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI LIMA NEGARA ASEAN PADA TAHUN 1990-2010
Budiyanti, Eka
Lisnawati, .
Economic
pertumbuhan ekonomi; indikator sektor keuangan; perkembangan sektor keuangan ASEAN
Sejak krisis global tahun 2008, perkembangan ekonomi global terutama sektor keuangan menunjukkan perbaikan, termasuk di kawasan ASEAN. Hal ini dapat dilihat dari indikator keuangan beberapa negara ASEAN seperti rasio money supply terhadap PDB, rasio tingkat kredit terhadap PDB, dan rasio investasi terhadap PDB. Peningkatan sektor keuangan juga disertai dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN. Berdasarkan fakta ini, penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pengaruh indikator keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi di lima negara ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Singapura. Indikator keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio money supply terhadap PDB, rasio tingkat kredit terhadap PDB, dan rasio investasi terhadap PDB. Dengan menggunakan data panel untuk periode 1990-2010, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua indikator keuangan yang secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di lima negara ASEAN, yaitu rasio money supply terhadap PDB dan rasio investasi terhadap PDB.
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
2016-03-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/171
10.22212/jekp.v3i1.171
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik; Vol 3, No 1 (2012); 1-17
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik; Vol 3, No 1 (2012); 1-17
2086-6313
eng
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/171/116
Copyright (c) 2016 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (Trial)
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
ca22c7cd44b5fcee97d00706a2e9cf53