Membangun Skema Ekolabel Perikanan Nasional sebagai Wujud Perlindungan terhadap Hak Nelayan dan Sumber Daya Perikanan [Building the National Fisheries Ecolabeling Scheme as Form of Protection of Fishermen Rights and Fisheries Resources]

Andre Notohamijoyo, Martani Huseini, Raldi H. Koestoer, Syafril Fauzi
| Abstract views: 172 | views: 105

Abstract

World Bank & FAO state that 75 percent of global fisheries resources face the threat of depletion or reduced stock due to excessive fishing and environmental damage. Indonesia also has a similar situation. It encouraged a number of parties to push for a mechanism for controlling the production and consumption of sustainable through ecolabeling. There are many weaknesses in the implementation of the certification system in developing countries. The lack of protection for fishermen’s rights is one of the main problems of ecolabeling. The aim of study is to see the importance and priority of each ecolabel scheme that effectively promotes sustainable fisheries management. This study uses a mixed-method with a purposive sampling-based Delphi and Analytic Hierarchy Process (AHP) method. The results indicate that the national ecolabel scheme is a priority choice of stakeholders including small fishermen in Indonesia. The trust of stakeholders is the basic capital in its preparation. The Indonesian government through the Ministry of Maritime Affairs and Fisheries needs to immediately initiate the national ecolabel scheme. Another challenge is how to develop the national fisheries ecolabeling as a brand of sustainable fishery products and encourages the welfare of fishermen.
Keywords: fisheries ecolabel, small scale fishermen, fishermen rights, stakeholder support


Abstrak
World Bank dan FAO menyatakan bahwa sejak tahun 2006 sebesar 75 persen sumber daya perikanan global mengalami ancaman deplesi atau penurunan stok akibat praktik penangkapan yang berlebihan dan merusak lingkungan. Indonesia juga menghadapi hal serupa di mana kelestarian sumber daya perikanan terancam akibat praktik penangkapan berlebih, merusak, dan ilegal. Kondisi tersebut mendorong dilakukannya mekanisme pengendalian produksi dan konsumsi berkelanjutan melalui ecolabelling. Namun demikian penerapan sistem sertifikasi tersebut di negara berkembang menemui banyak kendala. Minimnya perlindungan terhadap hak nelayan menjadi salah satu masalah utama ekolabel perikanan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat bobot kepentingan dan prioritas masing-masing skema ekolabel yang efektif mendorong pengelolaan perikanan yang lestari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixed method dengan metode Delphi berbasis purposive sampling serta metode Analytic Hierarcy Process (AHP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa skema ekolabel nasional menjadi prioritas pilihan stakeholder termasuk nelayan kecil di Indonesia. Kepercayaan stakeholder terhadap skema ekolabel perikanan nasional menjadi modal dasar dalam penyusunannya. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan, perlu segera melakukan inisiasi skema ekolabel perikanan tersebut. Tantangan lainnya adalah bagaimana mengembangkan ekolabel perikanan nasional sebagai sebuah merek produk perikanan yang berkelanjutan dan mendorong peningkatan kesejahteraan nelayan.
Kata kunci: ekolabel perikanan, nelayan kecil, hak nelayan, dukungan stakeholder

Keywords

fisheries ecolabel; small scale fishermen; fishermen rights; stakeholder support; ekolabel perikanan; nelayan kecil; hak nelayan; dukungan stakeholder

Full Text:

PDF

References

Buku:

FAO. (2014). The state of world fisheries and aquaculture: Opportunities and challenges. Rome: Food and Agriculture Organization.

KKP. (2016). Statistik kelautan dan perikanan. Jakarta: Kementerian Kelautan dan Perikanan.

KKP. (2015). Statistik kelautan dan perikanan. Jakarta: Kementerian Kelautan dan Perikanan.

KKP. (2014). Statistik kelautan dan perikanan. Jakarta: Kementerian Kelautan dan Perikanan.

KKP. (2013). Statistik kelautan dan perikanan. Jakarta: Kementerian Kelautan dan Perikanan.

World Bank & FAO. (2009). Sunken billion: The economic justification of fisheries reform. Washington D.C.: The World Bank.

Jurnal dan Working Paper:

Amstel, M. van, Driessen, P., & Glasbergen, P. (2008). Ecolabeling and information asymmetry: A comparison of five eco-labels in the Netherlands. Journal of Cleaner Production, 16, 263-276.

Bush, S.R., Simon, Toonen, H., Oosterveer, P., & Mol, A.P.J. (2013). The ‘devils triangle’ of MSC certification: Balancing credibility, accessibility and continuous improvement. Marine Policy, 37, 288-293.

Bratt, C., Hallstedt, S., Robèrt, K.-H. Broman, G., & Oldmark, J. (2011). Assessment of eco-labelling criteria development from a strategic sustainability perspective. Journal of Cleaner Production, 19, 1631-1638.

Hadjimichael, M., & Hegland, T.J. (2016). Really sustainable? Inherent risks of eco-labeling in fisheries. Fisheries Research, 174, 129-135.

Klooster, D. (2010). Standardizing sustainable development? The Forest Stewardship Council’s plantation policy review process as neoliberal environmental governance. Geoforum, 41, 117-129.

Kvalvik, I., Noestvold, B.H., & Young, J.A. (2014). National or supranational fisheries sustainability certification schemes? A critical analysis of Norwegian and Icelandic responses. Marine Policy, 46, 137-142.

Notohamijoyo, A., Huseini, M., & Fauzi, S. (2018b). ASEAN tuna ecolabelling: The challenge and opportunity of the first seafood regional ecolabelling in the world. E3S Web of Conferences. 74, 04004. International Conference Series on Life Cycle Assessment: Life Cycle Assessment as A Metric to Achieve Sustainable Development Goals (ICSoLCA 2018), Jakarta-Indonesia, 24-25 Oct, 2018.

Perez-Ramirez, M., Ponce-Díaz, G., & Lluch-Cota, S. (2012a). The role of MSC certification in the empowerment of fishing cooperatives in Mexico: The case of red rock lobster co-managed fishery. Ocean & Coastal Management, 63, 24-29.

Perez-Ramirez, M., Phillips, B., Lluch-Belda, D., & Lluch-Cota, S. (2012b). Perspectives for implementing fisheries certification in developing countries. Marine Policy. 36(1), 297-302.

Vitalis, V. (2002). Eco-labels: Trade distorting, discriminatory and environmentally disappointing. Working Paper of OECD. Roundtable on Sustainable Development–Private Voluntary. Paris: OECD.

Disertasi:

Notohamijoyo, A. (2016). Penerapan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan pada seritifikat ekolabel perikanan (Studi kasus kegagalan penerapan Marine Stewardship Council di Indonesia). Disertasi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Makalah:

KKP. (2014). Policy paper of ASEAN tuna ecolabelling. The 5th ASEAN Tuna Working Group Meeting “Building One ASEAN identity on Sustainable Tuna”, 29-31 October 2014, Bali.

Koran:

Notohamijoyo, A. (2018a). The great momentum of ASEAN tuna ecolabelling. The Jakarta Post, 1 November 2018.

Peraturan:

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 25 Tahun 2011 tentang Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 107 Tahun 2015 tentang Rencana Pengelolaan Perikanan Tuna Cakalang dan Tongkol.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 02 Tahun 2014 tentang Ketentuan Sertifikat Ekolabel Ramah Lingkungan.

Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan terhadap Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan

United Nations. (1992). United Nations Conference on Environment & Development: Agenda 21, Rio de Janeiro, Brazil, 3 to 14 June 1992.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.