PENGARUH KEBIJAKAN PENGALIHAN BPHTB TERHADAP PENERIMAAN BPHTB KABUPATEN DAN KOTA DI INDONESIA PERIODE TAHUN 2006-2019

Widya Sari, Riatu Mariatul Qibthiyyah
| Abstract views: 0 | views: 0

Abstract

This study aims to determine the effect of land and building transfer tax (BPHTB) devolution on district and municipality BPHTB revenues in Indonesia. Through the policy enacted by Law Number 28 of 2009 concerning local taxes and charges (PDRD), local governments have devolved the authority to manage BPHTB in their respective regions. The analysis was carried out using the fixedeffect method during the period 2006 to 2019 (2007 was excluded due to data limitations) at the district and municipality levels in Indonesia. The variable of interest used in this study is the dummy of the year when BPHTB realization data were found in the Local Statement of Budget Realization as a proxy for BPHTB Devolution Policy. The results showed that the policy was proven to have a significant effect on increasing district and municipality BPHTB revenues in Indonesia. This is due to the enthusiasm of local governments, especially those with high potential for BPHTB revenue, to implement the policy. The strategy and steps for transferring BPHTB from the central government to the regions that are clearly and consistently defined are also factors supporting the devolution policy. In addition, the self-assessment nature of BPHTB makes the role of local government in managing BPHTB easier than other tax management, such as land and building tax for rural-urban sector (PBB P2) which requires a more complicated administrative process.

Keywords: fiscal decentralization, BPHTB, fixed effects model

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kebijakan pengalihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) terhadap penerimaan BPHTB kabupaten dan kota di Indonesia. Melalui kebijakan yang diatur dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ini, pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk mengelola sendiri BPHTB di daerahnya masing-masing. Analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan fixed effect selama periode tahun 2006-2019 (tahun 2007 dikecualikan karena keterbatasan data) pada level kabupaten dan kota di Indonesia. Variabel utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah dummy tahun mulai adanya data realisasi BPHBT pada Laporan Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten dan Kota sebagai proksi kebijakan pengalihan BPHTB. Hasil penelitian menunjukkan, kebijakan pengalihan BPHTB terbukti berpengaruh signifikan dalam meningkatkan penerimaan BPHTB kabupaten dan kota di Indonesia. Hal ini disebabkan antusiasme pemerintah daerah, terutama daerah yang memiliki potensi penerimaan BPHTB tinggi untuk menerima pengalihan. Strategi dan langkah pengalihan BPHTB dari pemerintah pusat ke daerah yang ditetapkan secara jelas dan konsisten juga menjadi faktor pendukung kebijakan pengalihan. Selain itu, sifat BPHTB yang self-assesment menyebabkan peran pemerintah daerah dalam pengelolaan BPHTB lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan pengelolaan pajak lain seperti misalnya Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2) yang memerlukan proses administrasi yang lebih rumit.

Kata kunci: desentralisasi fiskal, BPHTB, fixed effects model

Keywords

fiscal decentralization; BPHTB; fixed effects model; desentralisasi fiskal

Full Text:

PDF

References

Buku:

Baltagi, H.B. (2005). Econometric Analysis of Panel Data (Third Edition). England: John Wiley & Sons Ltd.

Greene, W.H. (2012). Econometric analysis (7th Ed). England: Pearson Education Limited.

Gujarati, D.N., & Porter, Dawn. C. (2015). Dasar dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba Empat.

Kelly, R., White, R., & Anand, A. (2020). Property Tax Diagnostic Manual. Washington D C: The World Bank.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. (2011). Tinjauan Pelaksanaan Pengalihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) menjadi Pajak Daerah. Jakarta: Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan.

Jurnal dan Working Paper:

Ali, M., Fjeldstad, O.H., & Katera, L. (2017). Property taxation in developing countries. CMI Brief, 16(1), 1-4.

Awasthi, R., Le, T.M., & You, C. (2020). Determinants of property tax revenue: lessons from empirical analysis. SSRN Electronic Journal, 9399.

Bahl, R. W., & Martinez-Vazquez, J. (2007). The property tax in developing countries: current practice and prospects. Lincoln Institute of Land Policy, WP07RB1.

Barako, D. G., & Shibia, A. G. (2015). Fiscal decentralization and determinants of property tax performance in Kenya : cross-county analysis. Research Journal of Finance and Accounting, 6(14), 205-214.

Castro, G. Á., & Camarillo, D. B. R. (2014). Determinants of tax revenue in OECD countries over the period 2001-2011. Contaduria y Administracion, 59(3), 35–59.

Fjeldstad, O.H., Ali, M., & Katera, L. (2019). Policy implementation under stress: C e n t r a l -local government relations in property tax administration in Tanzania. Journal of Financial Management of Property and Construction, 24(2), 129–147.

Haldenwang, C. Von. (2017). The political cost of local revenue mobilization: decentralization of the property tax in indonesia. Public Finance & Management, 17(2),1-27.

Harefa, M. (2016). Kendala implementasi dan efektivitas pemungutan pajak PBB-P2 oleh pemerintah Kota Makassar. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik, 7(1), 67–82.

Hsiao, C. (2011). Panel data analysis - advantages and challenges. Wise Working Paper Series, WP0602.

Hutomo, S. (2017). Analisis perbedaan pendapatan asli daerah (PAD) sebelum dan sesudah pengalihan pajak bumi dan bangunan sektor perkotaan perdesaan (PBB-P2). Kinerja, 18(1), 32.

Kelly, R. (2003). Property taxation in indonesia: challenges from decentralization. Lincoln Institute of Land Policy, WP03RK1.

Mahi, B.R. (2016). Indonesian decentralization: evaluation, recent movement and future perspectives. Journal of Indonesian Economy and Business, 31(1), 119-133.

Mahi, B.R. & Supriyanti, S.S. (2019). Dampak desentralisasi fiskal terhadap volatilitas belanja pemerintah kabupaten/kota di indonesia. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, 19(1),118-138.

Norregaard, J. (2013). Taxing immovable property revenue potential and implementation challenges. International Monetary Fund WP /13/129.

Presbitero, A. F., Sacchi, A., & Zazzaro, A. (2014). Property tax and fiscal discipline in OECD countries. Economics Letters, 124(3), 428–433.

Rahmatunnisa, M. (2015). Jalan terjal kebijakan desentralisasi di indonesia pada era reformasi. PADJADJARAN Jurnal Ilmu Hukum, 2(3), 505-522.

Rizkina, M. (2019). Pengaruh efektivitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) terhadap pendapatan asli daerah dengan jumlah penduduk sebagai variabel moderating. Jurnal Perpajakan, 1(2), 80-94.

Rosdiana, H., Irianto, E.S., & Murwendah. (2018). Analyzing the determinant variables on the difficulty of transfer power of rural and urban property tax from central to regional government in Indonesia. E3S Web of Conferences, 74.

Sari, D.H.P., Heriansyah, K., & Masri, I. (2018). Analisis efektifitas dan kontribusi penerimaan BPHTB dan PBB-P2 terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Bogor (studi kasus pada badan pengelolaan pendapatan daerah Kabupaten Bogor). Jurnal Wahana Akuntansi, 13(2), 176–193.

Simanjuntak, R.A. (2006). Bagi hasil pajak pertambahan nilai: sebuah alternatif penguatan keuangan daerah di era desentralisasi. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, 6(2).

Soewardi, T.J., & Ananda, C.F. (2015). The transformation of bea acquisition rights to land and buildings (BPHTB): case study in Kediri City of East Java. Procedia -Social and Behavioral Sciences, 211, 1179–1185.

Sunyoto & Hidayanti, E. (2011). Pelimpahan pajak bumi dan bangungan sektor pedesaan dan perkotaan (PBB-PP) dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) menjadi pajak daerah, antara peluang dan tantangan. Jurnal WIGA 2(2), 43–49.

Zamaya, Y., Tampubolon, D., & Mardiana, M. (2020). Analisis pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) Kota Pekanbaru dan Kota Dumai. WELFARE, 1(1), 35-44.

Peraturan Perundangan:

Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Lembaran Negara RI Tahun 2000, No. 3988. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Lembaran Negara RI Tahun 2004, No. 4438. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah. Lembaran Negara RI Tahun 2009, No. 5049. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 129 Tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200, Nomor 4036. Sekretariat Negara. Jakarta.

Sumber Digital:

Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. (2021). Data keuangan daerah mulai 2006. Diperoleh 3 Januari 2021, dari http://www.djpk.kemenkeu.go.id/?p=5412.

Wahyudi, E. (2012). Studi kasus devolusi PBB P2 peluang dan tantangan bagi pemda kabupaten kota di Provinsi Sumbarja. Diperoleh 9 Juli 2021, dari https://eddiwahyudi.com/2012/03/04/studi-kasus-devolusi-pbb-p2-peluang-dan- tantangan-bagi-pemda kabupatenkota-di-provinsi-sumbaraja/.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.