WORKPLACE WELL-BEING PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL SETELAH REFORMASI BIROKRASI (STUDI KASUS: PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA)

Sulis Winurini
| Abstract views: 0 | views: 0

Abstract

Bureaucratic reform means a change of paradigm and governance. Every change in the bureaucracy raises new experiences for civil servants who are in it. This experience then affects the welfare of the employee itself. Workplace well-being (WWB) is a concept that explains the interest of employees at work. What are the government's efforts to improve the WWB, and how the description of WWB to government agencies that have carried out bureaucratic reform is the study's questions? The development of a merit system in staffing policies and management is the government's effort to realize employee welfare. With a merit system, a healthy bureaucratic environment will be created and will encourage bureaucratic reform goals. Most of the participants had high WWB scores (54.4%). More specifically, the average score of the outside dimension is higher than the intrinsic size. When viewed from the domain, the meaning of work is the domain with the highest score than other fields, followed by ability and knowledge at work. In comparison, wages that are part of the outside dimension are the domain with the lowest score. Besides, there were no significant differences in WWB scores based on sex, age, marital status, last education, length of work, and average hours worked per day. WWB measurements need to be carried out on an ongoing basis to identify the effects of improving the personnel management system.
AbstrakReformasi birokrasi berarti perubahan paradigma dan tata kelola pemerintahan. Setiap perubahan di dalam birokrasi menimbulkan pengalaman baru bagi PNS yang ada di dalamnya. Pengalaman ini kemudian berpengaruh pada kesejahteraan pegawai itu sendiri. Workplace well-being (WWB) merupakan konsep yang menjelaskan kesejahteraan pegawai di tempat kerja. Apa saja upaya yang sudah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan WWB PNS dan bagaimana gambaran WWB PNS pada instansi pemerintah yang sudah melakukan reformasi birokrasi menjadi pertanyaan dalam penelitian ini. Pengembangan sistem merit di dalam kebijakan dan manajemen kepegawaian menjadi upaya pemerintah mewujudkan kesejahteraan pegawai. Dengan sistem merit, akan tercipta lingkungan birokrasi yang sehat dan mendorong tercapainya sasaran reformasi birokrasi. Sebagian besar partisipan berada pada skor WWB tinggi (54,4%). Lebih spesifik lagi, rata-rata skor dimensi ekstrinsik lebih tinggi dibanding dimensi instrinsik. Apabila dilihat dari domainnya, makna kerja adalah domain dengan skor tertinggi dibanding domain yang lainnya, diikuti kemampuan dan pengetahuan di pekerjaan. Sementara upah yang merupakan bagian dari dimensi ekstrinsik adalah domain dengan skor terendah. Selain itu, tidak terdapat perbedaan skor WWB secara signifikan berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan terakhir, lama bekerja, dan rata-rata jam kerja per hari. Pengukuran WWB perlu dilakukan secara berkelanjutan untuk mengidentifikasi efek dari perbaikan sistem manajemen kepegawaian.

Keywords

bureaucratic reform; merit system; workplace well-being; reformasi birokrasi; sistem merit; kesejahteraan pegawai di tempat kerja

Full Text:

PDF

References

Buku

Guilford, J.P., & Fruchter, Benjamin. (1978). Fundamental Statistics in Psychology and Education. Singapore: McGraw Hill Book Co.

Fairhurst, D., & O’Connor, J. (2010). Employee wellbeing: taking engagement and performance to the next level, London: Towers Watson.

Harter, J.K., Schmidt, F.L., & Keyes, C.L.M. (2003). Well-Being In The Workplace and Its Relationship To Business Outcomes: A Review Of The Gallup Studies. In Keyes, Corey L.M & Haidt, Jonathan (Eds). Flourishing: Positive psychology and the life well-lived (pp.205-227). Washington DC: American Psychological Association.

Kumar, R. (1999). Research Methodology: A Step By Step Guide For Beginners. London: Sage Publications.

Little, Laura M., Gooty, Janaki., Nelson, Debra L., edited by Debra L. Nelson&Cary L. Cooper. (2007). Positive Organizational Behaviour, Positive Psychological Capital: Has positivity clouded Measurement Rigor?, London: Sage Publication.

Makmur. (2009). Patologi Birokrasi Serta Terapinya dalam Ilmu Administrasi dan Organisasi. Bandung: Refika Aditama.

Riyadini B. (2013). Responsibilitas Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Melalui Penelitian Evaluasi. Jakarta: Banyu Nusa Atmanakarya.

Utomo TWW. (2011). Building Good Governance Through Decentralization in Indonesia (Recognizing Some Inhibiting Factors in The Implementation Stage. Limits of Good Governance in Developing Countries, Yogyakarta: Gadjah Mada Press University.

Jurnal

Danna, Karen., Griffin, Ricky W. (1999). Health and Well Being in the Workplace: A Review and Synthesis of the Literature. Journal of Management, Vol. 25, No. 3, 357-384.

Ip, P. K. (2009). Developing a concept of workplace well-being for greater China. Social Indicators Research, Vol. 91 No.1, 59-77.

Page, K. M., & Vella-Brodrick, D. A. (2009). The ‘what’,‘why’and ‘how’of employee well-being: A new model. Social Indicators Research, Vol. 90 No.3, 441-458.

Russel, Joyce. (2008). Promoting Subjective Well Being at Work. Journal of Career Assessment, Vol.16 No.1, 117-131.

Winurini, Sulis. (2014). Mengatasi Perilaku Kontraproduktif Aparatur Negara melalui Sistem Remunerasi (Sebuah Review Mengenai Keadilan Organisasi). Jurnal Aspirasi. Vol.5 No.1, 35-49.

Skripsi dan Thesis

Karanzia, Mayestika. (2010). Pengaruh Psychological Capital Terhadap Workplace Well-being (Studi Pada Karyawan Perusahaan Minyak Bumi dan Gas). Skripsi, Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Restika. (2013). Hubungan Antara Workplace Well-being dan Work Locus of Control Pada Karyawan Perusahaan Manufaktur. Skripsi, Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Ria, Mai Damai. (2016). Analisis Pengaruh Reformasi Birokrasi Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah, Studi Kasus Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Thesis, Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB.

Sawitri, D., W. (2013). Hubungan Antara Perceived Organizational Support dan Workplace Well-being Pada Pekerja Pabrik. Skripsi Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Dokumen Elektronik

Komisi Aparatur Sipil Negara. (2018). Pemetaan Penerapan Sistem Merit dalam Manajemen Aparatur Sipil Negara. (online), (https://www.kasn.go.id/details/item/360-pemetaan-penerapan-sistem-merit-dalam-manajemen-aparatur-sipil-negara-asn-2018, diakses pada 12 Agustus 2019).

Direktorat Evaluasi Kinerja Pembangunan Sektoral Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas. (2013). Evaluasi Kebijakan Reformasi Birokrasi. (online), (https://www.bappenas.go.id/files/ekps/2013/4.Evaluasi%20Kebijakan%20 Reformasi%20Birokrasi.pdf, diakses pada 12 Agustus 2019).

Jones, M. (2006). The American Pursuit of Unhappiness: Gross National Happiness (GNH)-A New Economic Metric, International Institute of Management. Excutive Journal, (online), (http://www. iimedu. org/grossnationalhappiness/, diakses 9 Agustus 2019)

Nayla, Alawiya., Aryuni, Yuliantiningsih., Tedi, Sudrajat., Dessi, Perdani Yuris Puspita Sari. (2013). Kebijakan Remunerasi Pegawai Negeri Sipil (Analisis Materi Muatan Penentuan Nilai dan Kelas Jabatan Dalam Pemberian Remunerasi). (online), (http://www.fh.unsoed.ac.id/index.php/JDH/article/viewFile/204/152, diakses 15 Agustus 2019).

Page, K. (2005). Subjective Well Being in the Workplace. Unpublished Honours Thesis, Deakin University, Melbourne, Australia. (online), (http://www.deakin.edu.au/research/acqol/instruments/index.htm, diakses 20 Agustus 2019).

Makalah

Bratakusumah DS. (2015). Administrative Reform In Indonesia: Reform and Challenges. Paper, Presented at 2015 ASEAN-KOREA International Symposium 21-22 May 2015. Bangkok.

Dokumen Perundangan

Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara

Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil

Permenpanrb No.11 Tahun 2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019

Permenpanrb No.13 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi di Lingkungan Instansi Pemerintah

Permenpanrb No.30 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Permenpanrb No.14 Tahun 2014 tentang Pedoman Evaluasi Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah.

Copyright (c) 2023 Kajian
Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.