Implementasi Kebijakan Otonomi Khusus di Aceh [Implementation of Special Autonomy Policies In Aceh]

Debora Sanur
| Abstract views: 226 | views: 694

Abstract

The granting of special autonomy or special authority by the central government to the Province of Aceh through the concept of asymmetric decentralization was aimed at embracing the province of Aceh to remain within the territory of the Republic of Indonesia and improve the welfare of the people of Aceh. Nevertheless, in its implementation, various problems were identified. This paper is intended to assess the implementation of Law No. 11 of 2006 concerning the Government of Aceh. The reason for this is because through the asymmetric decentralization policy, the central government has granted extensive concessions to the Province of Aceh by delegating various administrative and political authorities, managing local identity, to providing financial resources, in accordance with the LoGA. However, the challenge that comes with asymmetric decentralization policy is with the risk of failure in implementation if the central government and the provincial government of Aceh did not implement the mandate of the law optimally.

Abstrak

Pemberian otonomi khusus atau kewenangan khusus oleh pemerintah pusat kepada Provinsi Aceh melalui konsep desentralisasi asimetris bertujuan untuk merangkul provinsi Aceh agar tetap berada dalam kesatuan NKRI dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Aceh. Meski demikian dalam implementasinya ditemukan berbagai permasalahan.Tulisan ini bertujuan untuk melihat bagaimana implementasi Undang-Undang No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh dilaksanakan. Hal ini karena melalui kebijakan desentralisasi asimetris pemerintah pusat telah memberi konsesi-konsesi yang luas kepada Provinsi Aceh dengan melimpahkan berbagai kewenangan administrasi, politik, mengakomodasi identitas lokal, sampai memberikan sumber-sumber keuangan, sebagaimana yang diatur dalam UU PA. Akan tetapi yang menjadi tantangannya adalah, kebijakan desentralisasi asimetris itu bisa terancam gagal apabila dalam pelaksanaannya kinerja pemerintah pusat dan pemerintah provinsi Aceh tidak maksimal dalam melaksanakan amanat UU tersebut.

Keywords

Special Autonomy; Aceh Government; Asymmetric Decentralization; Policy Implementation; Otonomi Khusus; Pemerintahan Aceh; Desentralisasi Asimetris; Implementasi Kebijakan.

References

Agustino, Leo. Sisi Gelap Otonomi Daerah. Bandung: Widya Padjadjaran. 2011.

Agung Djojosoekarto, dkk., Kebijakan Otonomi Khusus di Indonesia, Pembelajaran dari Kasus Aceh, Papua, Jakarta, dan Yogyakarta, Jakarta: Kemitraan, 2008.

Darmansjah Djumala, Soft Power Untuk Aceh: Resolusi Konflik dan Politik Desentralisasi, Jakarta: Gramedia.2013.

Desentralisasi Aceh, diakses tanggal 20 Agustus 2019.https://aceh.tribunnews.com/2015/03/03/desentralisasi-aceh.

Desentralisasi Asimetris Politik Aceh dan Papua, diakses tanggal 20 Agustus 2019 http://www.imparsial.org/publikasi/opini/desentralisasi-asimetris-politik-aceh-dan-papua/.

Didik J. Rachbini. Ekonomi Politik dan teori Pilihan Publik. Bogor : Ghalia Indonesia Anggota Ikapi, 2006.

Djohermansyah Djohan, Desentralisasi Asimetris Ala Aceh, diakses 20 Agustus 2019. https://www.academia.edu/3879561/Desentralisasi_Asimetris_Ala_Aceh_Djohermansyah_Djohan1_Pendahuluan.

Djohermansyah Johan, dalam FGD tentang rencana revisi UU PA yang dilaksanakan di PUU BK DPRRI, tanggal 6 Februari 2020.

Effendi, Sofyan. Reformasi Tata Kepemerintahan: Menyiapakan Aparatur Negara Untuk mendukung Demokratisasi Politik Dan Ekonomi Terbuka, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2010.

Huda, Ni’matul. Desentralisasi Asimetris Dalam NKRI Kajian Terhadap Daerah Istimewa, Daerah Khusus dan Otonomi Khusus. Bandung: Nusa Media, 2014.

Husin,Taqwaddin.Kapita Selekta Hukum Adat Aceh dan Qanun Wali Nanggroe, Banda Aceh: Banda Publishing, 2013.

Jacobus Perviddya Solossa, Otonomi Khusus Papua, Mengangkat Martabat Rakyat Papua di Dalam NKRI, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2006.

Kurniadi, B.D. 2012. Desentralisasi Asimetris di Indonesia. Seminar di LAN Jatinangor tanggal 26 November 2012. diakses tanggal 20 Agustus 2019 http://bdardias.staff.ugm.ac.id/wp-,.

M. Mas’ud Said, http://www.profmmasudsaid.com/news-desentralisasi-asimetris.html, diakses tanggal 20 Agustus 2019.

Rachbini, Didik J. Ekonomi Politik dan teori Pilihan Publik. Bogor: Ghalia Indonesia. 2006.

Ranisa, Anggota KIP, dalam wawancara tanggal 26 Juni 2019 pukul 09.30 di ruang kerja kantor KIP Banda Aceh.

Rasyidin. El. all. Desentralisasi Aceh Pasca Reformasi dan MoU Helsinki. Lhokseumawe: Unimal Press, 2015.

RI dan GAM berdamai di Helsinki, diakses tanggal 20 Agustus 2019, https://liputan6.com/global/read/2294284/15-8-2005-ri-dan-gam-berdamai-di-helsinki

tahun Pembagunan Aceh 2016, diakses 20 Agustus 2019. https://www1-media.acehprov.go.id/uploads/4_Thn_Pembangunan_Aceh2016.pdf.

Laporan Kinerja Dan Rekomendasi, Tim Pemantau DPR RI Mengenai Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh 2015 – 2019, DPR RI 2019, Belum Diterbitkan.

Laporan Hasil Pengumpulan Data Dalam Rangka Penyusunan Naskah Akademik Dan Draf RUU Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh tanggal 12 S/D 15 Februari 2020.

Stefanus, K.Y. Pengembangan Desentralisasi Asimetris dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Makalah Seminar.2009.

Syaiful, Wawancara dilakukan pada tanggal 26 Juni 2019 pukul 14.00 di ruang kerja kantor Wali Nanggroe Aceh.

Wawancara dengan Kepala Dinas Pertanahan Kota Subulussalam, 11 Juli 2019.

Copyright (c) 2020 Jurnal Politica Dinamika Masalah Politik Dalam Negeri dan Hubungan Internasional
Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.