Peran Sosial Perempuan dalam Masyarakat dan Implikasinya terhadap Penempatan Perempuan Anggota Legislatif Pada Komisi-Komisi di DPR RI Periode 2019-2024 [Women’s Social Role in Society and Its Implication to The Division of Job of Women’s MP]

Halida Nabilla Salfa
| Abstract views: 0 | views: 0

Abstract

Social role suggests that almost all behavioral differences between male and females are the result from cultural stereotypes about gender. For women is expected to behave differently, task assigned to them in working space is also different. It has recently observed that the extension of gender-dominated jobfield might have extension to legislative commission in Indonesia. Commission that deals with health issue, social work, and anything related to soft politics are high in women’s involevement, but not in commission that related to military, internal affairs, or anything that relates to hard politics. Thus, a study regarding the disproportional gender ratio between certain commission is required to examine the impact of social role to the job division among women in Indonesian legislative. Using data gathered from interview and literature review, this research concludes that the social role does not affect the legislative institutions by system, but it rather stems from cultural perspectives that stem from lack supply of women-gendered legislative member. These hindrances are virtually nonexistent to male, as they are expected to lead and get involved in the government as breadwinner, while women are still expected to take caretaking role of the family. Therefore, although the women are not systematically oppressed, the social role is still affecting their involvement in the legislative process as they are naturally few in number by supply and has internal willingness to take task that is close to their social role as a woman in the family.

Abstrak

Teori peran sosial menjelaskan bahwa setiap perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan adalah hasil dari stereotype budaya tentang gender. Perempuan diharapkan untuk berperilaku sesuai dengan gendernya, sehingga hal ini menyebabkan perbedaan tugas yang diberikan pada mereka oleh masyarakat. Dewasa ini, perbedaan tersebut dapat ditemui di komisi-komisi legislatif Indonesia. Komisi yang terkait dengan subjek kesehatan, kegiatan sosial, atau komisi-komisi dengan nuansa soft politics, tampak memiliki keterlibatan perempuan yang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan komisi-komisi yang terkait dengan urusan militer, dalam negeri, atau komisi-komisi lain dengan nuansa hard politics. Sehingga, riset mengenai perbedaan proposi gender antar komisi perlu untuk dilakukan untuk melihat dampak peran sosial kepada pembagian tugas di DPR RI. Menggunakan data yang dikumpulkan melalui proses wawancara dan studi literatur, riset ini menemukan bahwa peran sosial tidak mempengaruhi institusi legislatif secara system, tetapi lebih berakar pada pengaruh budaya yang membuat perempuan sulit untuk ikut terlibat dalam institusi legislatif. Walaupun masalah ini terus coba untuk diselesaikan oleh pemerintah, perempuan masih mengalami berbagai halangan untuk bergabung dalam institusi legislatif, karena mereka harus memiliki kemauan, kemampuan finansial, dan izin dari keluarga. Halangan-halangan ini tidak terjadi pada laki-laki karena peran laki-laki dalam keluarga masih diharapkan untuk menjadi pencari uang, memimpin, dan tergabung dalam pemerintahan. Sedangkan, perempuan masih diharapkan untuk mengambil peran sosial sebagai pengurus keluarga. Sehingga, peran sosial masih mempengaruhi perempuan untuk tergabung dalam institusi legislatif yang akhirnya membuat jumlah perempuan secara supply lebih sedikit dan tugas komisi yang mereka pilih juga masih dipengaruhi oleh peran sosial sebagai perempuan dalam keluarga.

Keywords

Women; Social Role; Member of Parliament; Perempuan; Peran Sosial; Anggota DPR

References

Alexander, Patricia A., and P. Karen Murphy. "Nurturing the seeds of transfer: A domain-specific perspective." International journal of educational research 31, no. 7 (1999): 561-576.

Andersen, Kristi. "The gender gap and experiences with the welfare state." PS: Political Science & Politics 32, no. 1 (1999): 17-19.

Androne, Mihai. "A terminological analysis of feminist ideology." Procedia-Social and Behavioral Sciences 63, no. 1 (2012): 170-176.

Arivia, Gadis, and Nur Iman Subono. Seratus tahun feminisme di Indonesia: analisis terhadap para aktor, debat, dan strategi. Jakarta: Friedrich-Ebert-Stiftung Indonesia Office, 2018.

Ballington, Julie, and Azza M. Karam, eds. Women in parliament: Beyond numbers. Vol. 2. International Idea, 2005.

Blackburn, Susan. Women and the state in modern Indonesia. Cambridge: Cambridge University Press, 2004.

Beauvoir, Simone de. The second sex. 1949. Trans. HM Parshley. Harmondsworth: Penguin, 1972.

Creswell, John W. Research design: Qualitative, quantitative, and mixed methods approaches. California: Sage publications, 2007.

Eagly, Alice. H. Sex differences in social behavior: A social-role interpretation. Hillsdale, N.J: L. Erlbaum Associates, 1987.

Lim, Christina P. Women in the Fishery Sector in Asia dalam Confluence and Challenges in Building the Asian Community in the Early 21st Century. Tokyo: The Nippon Foundation, 2009.

Lorenzi-Cioldi, Fabio, and Clara Kulich. Sexism. Amsterdam: Elsevier, 2015.

Mead, George Herbert, and Cornelius Schubert. Mind, self and society. Vol. 111. Chicago: University of Chicago press, 1934.

Mulyono, Ignatius. Strategi meningkatkan keterwakilan perempuan. Jakarta: Makalah Disampaikan dalam Diskusi Panel RUU Pemilu-Peluang untuk Keterwakilan Perempuan, 2010.

Oun, Musab A., and Christian Bach. Qualitative research method summary. Qualitative Research 1, no. 5 (2014): 252-258.

Puspadini, Mentari. "Tak Prioritaskan RUU PKS, Puan Dinilai Abai Isu Perlindungan Perempuan." Metro TV. 18 Agustus 2021. Diakses 28 Februari 2022. https://www.medcom.id/nasional/politik/nbwXP5mk-tak-priotitaskan-ruu-pks-puan-dinilai-abai-isu-perlindungan-perempuan

Rich, Adrienne. Of woman born: Motherhood as institution and experience. New York: Bantam, 1976.

Rosida, Ida, and Lestari Rejeki. "Woman in Patriarchal Culture: Gender Discrimination and Intersectionality Portrayed in Bob Darling by Carolyn Cooke." Insaniyat: Journal of Islam and Humanities 1, no. 2 (2017): 129-139.

Sasmita, Ira. & Muhammad, Djibril. "Caleg Perempuan Hanya Beban dan Pemanis Ketimbang Aset." Republika. 27 Februari 2013. Diakses 28 Februari 2022. https://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/02/27/mivfu5-caleg-perempuan-hanya-beban-dan-pemanis-ketimbang-aset

Sigiro, Atnike Nova. "Perempuan dan kesejahteraan keluarga di Indonesia: Kritik atas model keluarga lelaki sebagai pencari nafkah utama." Jurnal Perempuan untuk Pencerahan dan Kesetaraan: Perkawinan dan Keluarga 1, no. 1 (2012): 7-17.

Smith, Jonathan A., and Pnina Shinebourne. Interpretative phenomenological analysis. Washington DC: American Psychological Association, 2012.

Tjiptoherijanto, Prijono. "Kegiatan-Kegiatan Produktif Perempuan: Ada di Mana?." Jurnal Perempuan 73, no.1 (2012): 97-107.

Wängnerud, Lena. "Sweden: A step-wise development." Women in parliament: beyond numbers 1, no. 1 (2005): 238.

Wee, Vivienne. Gender and Development in Post-crisis Southeast Asia. Hongkong: Southeast Asia Research Centre, 2001.

Wojnar, Danuta M., and Kristen M. Swanson. "Phenomenology: an exploration." Journal of holistic nursing 25, no. 3 (2007): 172-180.

Zulminarni, Nani. "Dunia Tanpa Suami: Perempuan Kepala Keluarga sebagai Realitas yang Tidak Tercatat." Jurnal Perempuan 73, no.1 (2012): 52.

Copyright (c) 2022 Jurnal Politica Dinamika Masalah Politik Dalam Negeri dan Hubungan Internasional
Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.